Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 5 Februari 2024, MenjamahNya

Dalam situasi modern seperti sekarang ini, kata menjamah bisa akan mendatangkan masalah karena selalu dihubungkan dengan pelecehan dan semacamnya

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO
Bruder Pio Hayon SVD menulis Renungan Harian Katolik untuk Hari Senin 5 Februari 2024 

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul MenjamahNya.

Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD Senin Hari Biasa Pekan V PW. Sta. Agata, Perawan + Martir merujuk pada Bacaan I, 1Raj. 8: 1-7.9-13 dan Injil : Mrk. 6: 53-56

Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis, Bruder Pio Hayon SVD.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Kata menjamah selalu dihubungkan dengan menyentuh orang lain pada salah satu bagian atau tempat tertentu di tubuh kita. Itu bisa pada pakaiannya atau tubuh.

Dalam situasi modern seperti sekarang ini, kata menjamah bisa akan mendatangkan masalah karena selalu dihubungkan dengan pelecehan dan semacamnya.

Namun dalam konteks kitab suci menjamah berarti menyentuh dengan penuh hormat  kepada sesuatu barang atau orang yang dianggap lebih suci atau lebih tinggi nilainya.

Maka dalam perspektif inilah kita melihat konteks kata menjamah ini.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini gereja secara khusus memperingati santa Agata, perawan dan martir. gata adalah puteri seorang bangsawan kaya yang berkuasa di Palermo atau Kantania, Sisilia.

Penderitaannya sebagai seorang Martir berawal pada masa pemerintahan kaisar Decius (249 - 251). Penderitaan itu berawal dari peristiwa penolakannya terhadap lamaran Quintianus, seorang pegawai tinggi kerajaan Romawi.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 4 Februari 2024, "Menantikan Tuhan"

Ia menolak lamaran itu karena ia telah berjanji untuk tetap hidup suci di hadapan Tuhan. Akibatnya ia di tangkap dan dipenjarakan dengan maksud untuk mencemari kesuciannya. Semua usaha picik itu sia-sia belaka.

Dengan bantuan rahmat Tuhan, Agata tetap menunjukkan dirinya sebagai mempelai Kristus yang teguh dan suci murni. Diceritakan bahwa Quintianus semakin berang dan terus menyiksa Agata hingga mati. Agata menghadapi ajalnya dengan perkasa dan menerima mahkota keperawanan dan kemartirannya pada tahun 250.

Karena dipercaya bahwa Agata mempunyai kekuatan untuk mencegah dan mengendalikan letusan-letusan gunung api Etna di Sisilia, ia dimuliakan dan dihormati sebagai pelindung manusia dari ancaman-ancaman api.

Dalam perspektif ini, santa Agata rela mengorbankan dirinya demi iamnnya kepada Kristus karena telah menjadi mempelai Kristus.  Imannya yang teguh itu menghantar dia kepada kebenaran imannya sendiri akan Kristus. Hal yang sama dilakukan oleh Raja Salomon.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved