Renungan Kristen

Renungan Pdt. Mesakh Dethan: Orang Kristen Modern Salah Kaprah tentang Dasatitah

Orang Kristen modern salah kaprah tentang Dasatitah karena tak memahami teologinya

Editor: Ryan Nong
Dok. Pdt Mesakh Dethan
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, M.Th, MA foto bersama dengan Pdt. Yahanis Ratu, S.Th, Pdt. Petrus Bani, S.Th dan Pdt. Tyas Mesakh, S.Th dan para presbiter Jemaat Pniel Oebobo yang baru ditahbiskan seusai kebaktian, Minggu, 21 Januari 2024. 

POS-KUPANG.COM - Orang Kristen modern salah kaprah tentang Dasatitah karena tak memahami teologinya. Seringkali banyak orang lupa teologi dari Sepuluh Hukum atau Dasatitah ini.   

Sebelum memberikan Dasatitah, Tuhan terlebih dahulu membebaskan bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Jadi kasih karunia Tuhan Allah mendahului perintah untuk melaksanakan hukum-hukum Allah. 

Tuhan tidak membalikkan keadaan dengan mengatakan ini ada Sepuluh Hukum, pelajari dan laksanakan dulu, baru kemudian Aku akan membebaskan kamu dari Perbudakan di Mesir. Ini tidak dilakukan Tuhan, tetapi Tuhan terlebih dahulu menunjukan kasih karunia-Nya dengan membebaskan bangsa Israel dari Mesir dan baru kemudian memberikan Sepuluh Hukum kepada mereka.

Pelaksanaan 10 hukum sebagai suatu respon rasa syukur atas karya pembebasan Allah bagi manusia. Supaya kehidupan Israel bisa terarah dan bisa mensyukuri kehidupan mereka yang baru sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan Allah, maka mereka patut melaksanakan sepuluh hukum tersebut". 

Mengutip buku kecil yang ditulis oleh Eka Darma Putera yang berjudul 'Sepuluh Perintah Allah Museumkan saja?, terdapat tiga alasan dari banyak orang, mengapa kita perlu memuseumkan 10 perintah Allah.

Pertama, orang beranggapan bahwa Sepuluh perintah Allah mengekang hidup manusia. Sekarang sudah zaman Merdeka! Jangan samapai kita kehilangan kemerdekaan hanya karena kita masih memegang erat Sepuluh Perintah Allah?

Kedua, Sepuluh Perintah Allah hanyalah peninggalan bangsa Israel zaman kuno. Apakah kita warga Indonesia yang hidup di abad 21 masih perlu melaknsanakannya?

Ketiga, Sepuluh Perintah Allah adalah produk Perjanjian Lama. Hukum kasih dalam Perjanjian Baru lebih akurat untuk kita ikuti.

Anggapan-anggapan tersebut adalah keliru. Eka menulis: “Namun bila orang dapat mengemukakan tiga alasan mengapa Dasa Titah layak dilupakan, saya dapat mengemukakan jauh lebih banyak alasan mengapa kita justru perlu kembali mengingatnya. Mengapa kita mesti menyadari maknanya yang abadi, serta menemukan kembali kekayaan spiritualnya”.

Teks ini menggambarkan momen ketika Tuhan memberikan Sepuluh Hukum kepada bangsa Israel melalui Musa di Gunung Sinai. Tuhan sendiri yang menuliskan Dasa Titah pada kedua loh batu melalui Firman Tuhan sendiri.

Ada fakta bahwa Dasa Titah dua kali ditulis (Kel. 31:18; 32:15, 16; 34:1, 28; Band. Ul. 10:4). Dua loh batu Dasa  Titah yang pertama  dihancurkan oleh Musa sebagai symbol ketidak taatan Israel yang menyembah anak lembu (Kel. 32:19); Dua buah Loh Batu Dasa Titah kedua, di tempatkan dalam Tabut Perjanjian (25:16; band. 10:5), Hywel R. Jones, Exodus, dalam New Bible Commentary, lihat halaman 131).  Ini bukanlah sekadar kumpulan aturan, melainkan fondasi moral dan spiritual yang menjadi landasan hubungan antara manusia dengan Allah dan sesama.

Dalam ayat 1 dan 2 sudah dengan sangat jelas ditegaskan agar bangsa Israel mengingat akan kebaikan Allah itu. “Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: 2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.“  Tuhan Allah sendiri yang menegaskan hal ini. Dan Tuhan yang penuh kasih itu menegaskan oleh karena itu  dalam ayat 3 dikatakan “ 3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” Tuhan Allah menginginkan kesetiaan penuh dari umat-Nya. Tidak ada Allah lain yang boleh disembah selain Dia. Ini mengajarkan kita untuk menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita”.

Sediakan waktu khusus untuk beribadah dan merenung, menjauhkan diri dari hiruk-pikuk dunia. Jadi para presbiter yang akan ditahbiskan, harus prioritaskan waktu untuk Tuhan dan pelayanan, dibandingkan dengan hobby dan kesenangan lainnya. Harus mampu membagi waktu untuk pekerjaan dan pelayanan.

Selanjutnya dalam Dasa Titah ini ada Larangan Terhadap Berhala (ayat 4-6):  Tuhan Allah menuntut pengabdian total dan mengingatkan kita akan sifat-Nya yang penuh kasih dan adil.

Kita diajak untuk menjauhi segala bentuk penyembahan palsu dan menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita. Ada pameo di kalangan orang muda: “cinta di tolak maka dukun bertindak”. Orang muda cari jodoh dengan pakai obat nona, atau leu-leu (jimat. Atau ada orang yang ditakuti karena orang bilang: awas loh bapa tua dan mama tua ada “pake-pake”.  Kita diminta untuk hanya mengandalkan kuasa Allah dan bukan kuasa lainnya, dalam hidup dan pekerjaan kita.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved