Liputan Khusus
Lipsus - Siswa di Posko Pengungsian Lewotobi Rindu Belajar di Kelas
Dua siswi SDI Jongwolor Boru, dan SDK Bawalatang di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang itu sulit memecahkan tugas matematika di posko pengungsian.
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Yufinti Bogin Rotan (11) dan Maria Nona Futa (12) tampak mengerutkan jidat di depan lembaran kertas putih bertuliskan angka-angka.
Dua siswi SDI Jongwolor, Desa Boru, dan SDK Bawalatang di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang itu sulit memecahkan tugas matematika di posko pengungsian SMPN 1 Wulanggitang.
Ada belasan pelajar tingkat dasar belajar secara berkelompok di teras pengungsian. Mereka meletakkan buku dan bolpoin pada meja kecil, lalu mengerjakan tugas dari relawan guru SDK Kemiri.
Baca juga: Tinjau Lokasi Terdampak Erupsi Lewotobi Laki-Laki, Kepala BNPB Tambah Dukungan DSP 250 Juta
Hari itu, Jumat (19/1), Yufinti dan Maria menyebutkan, setiap hari para siswa mengikuti kelas belajar darurat dari pukul 07.00 Wita sampai 10.00 Wita.
Tiga jam mengenyam ilmu membuat mereka bingung dan sulit menyerap materi. Kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi kurang efektif.
"Belajar hanya beberapa jam saja, rasanya kurang senang karena tidak nyaman. Materi sangat singkat dan kami sulit mengerjakan tugas," katanya saat ditemui wartawan.
Kerinduan belajar dalam ruang kelas dengan pakaian seragam, membawa tas sekolah, dan berjumpa dengan guru belum terwujud karena masih dalam situasi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang hingga kini berstatus Level IV (Awas).
Anak-anak usia sekolah merasa belajar dalam kegelisahan erupsi gunung yang hingga kini belum kondusif.
Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi kembali memperpanjang Surat Keputusan (SK) tanggap darurat hingga 24 Januari 2024.
"Kami rindu belajar di dalam kelas. Di kelas beda, guru ajar langsung praktek, kalau di sini hanya kasih tugas satu nomor langsung kerja, kami jenuh," ungkap Yufinti yang saat ini duduk di bangku kelas VI SDK Bawalatang.
Sementara orang tua siswa, Paulina Penu Rotan (32), mengatakan alat belajar yang paling dibutuhkan yaitu buku bacaan dan alat tulis. Terkadang, para siswa belajar dengan satu buku sehingga mereka saling berebutan.
Meski begitu, Paulina sedikit legah karena ada relawan guru selalu memberikan perhatian untuk anak-anak di posko pengungsian, meski dengan fasilitas seadanya.
"Yang paling dibutuhkan itu alat tulis, buku untuk baca, dengan materi yang lebih banyak," katanya.
Mendapat Dampingan Trauma Healing
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.