Bencana Banjir
Banjir Sumatera Selatan: Dua Rumah Hanyut dan Ratusan Lainnya Terendam
Banjir ini dikabarkan menyebabkan dua rumah warga hanyut di Lahat dan ratusan rumah terendam air dengan ketinggian sekitar 1 m di Pagaralam dan Lahat
POS-KUPANG.COM, PALEMBANG - Bencana banjir telah menerjang barat daya Sumatera Selatan, meliputi Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat. Banjir ini dikabarkan menyebabkan dua rumah warga hanyut di Lahat dan ratusan rumah terendam air dengan ketinggian sekitar 1 meter di Pagaralam dan Lahat.
Pagaralam dan Lahat masing-masing berada sekitar 300 kilometer atau 6 jam 30 menit ke arah barat daya dari Palembang dan sekitar 250 kilometer atau 5 jam ke arah barat daya dari ibu kota Sumsel tersebut. Kedua daerah itu berada di sekitar Bukit Barisan dengan topografi berbukit-bukit dan dilintasi Sungai Lematang, salah satu sungai terbesar di Sumsel.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, hujan lebat melanda Pagaralam dan Lahat sejak Sabtu (27/1/2024) sekitar pukul 05.00. Hujan dengan intensitas tinggi dan berdurasi cukup lama itu menyebabkan sejumlah anak sungai dan Sungai Lematang meluap dengan debit air tinggi.
Hal itu mengakibatkan 21 rumah terendam air dengan ketinggian 1-1,5 meter di Kecamatan Pagaralam Utara. Hingga Sabtu pukul 17.00, debit air mulai menurun. Ada rumah yang masih terendam dan ada yang berangsur terbebas dari genangan.
Dampak terparah
Di Lahat, dampak banjir jauh lebih parah. Ada satu rumah hanyut di Desa Pulau, Kecamatan Pajar Bulan, dan satu rumah hanyut di Desa Sukaraja, Kecamatan Sukamerindu. Selain itu, ada ratusan rumah yang terendam air, meliputi 290 rumah di Kecamatan Jarai, 102 rumah di Pajar Bulan, 37 rumah di Kecamatan Lahat, dan 33 rumah di Sukamerindu.
Sejumlah lahan penghasilan warga pun ikut terendam dan terancam gagal panen, yakni 50 hektar sawah dan 80 hektar kebun di Pajar Bulan, serta 15 hektar sawah, 24 hektar kebun, dan 22 kolam ikan di Sukamerindu.
Beberapa infrastruktur mengalami kerusakan, antara lain tiga jembatan rusak ringan dan satu jembatan rusak berat di Pajar Bulan, serta satu ruas jalan amblas di Kecamatan Lahat. Terpantau pula, ada longsoran bukit di Desa Tanjung Agung, Sukamerindu.

Kapala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Lahat Ananta saat dihubungi dari Palembang, Sabtu, mengatakan, ketinggian air sempat mencapai 1-1,5 meter hingga pukul 10.00 dan perlahan surut hingga Sabtu petang. Sejauh ini, warga yang rumahnya hanyut mengungsi di rumah keluarga mereka.
Untuk warga yang rumahnya sempat terendam, mereka mulai membersihkan rumah. ”Sekarang kondisi berlahan kondusif. Tetapi, kami tetap siaga dengan menyiapkan pasukan dan peralatan, serta mendirikan posko di lokasi yang terdampak banjir,” ujar Ananta.
Lebih waspada
Kepala Pelaksana BPBD Sumsel M Iqbal Alisyahbana menuturkan, seusai dilanda banjir cukup parah di Kabupaten Musi Rawas Utara dan sekitarnya, dia meminta segenap BPBD di kabupaten/kota dan instansi-instansi terkait lainnya lebih waspada. Mereka diminta terus memantau curah hujan dan debit air, serta segera menginformasikan kepada warga kalau tinggi muka air sungai meningkat.
”Kami terus memantau informasi yang diberikan oleh rekan-rekan di daerah. Kami akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait di provinsi kalau ada hal-hal yang dibutuhkan oleh daerah, seperti bantuan tambahan personel dan peralatan. Kami juga akan segera mendistribusikan bantuan logistik,” kata Iqbal.
Sebelum banjir melanda Pagaralam dan Lahat, banjir sempat menerjang tujuh kabupaten/kota di Sumsel antara awal dan pertengahan Januari lalu. Dampak terparah terjadi di Kabupaten Musi Rawas Utara. Hal itu setidaknya menyebabkan 2 rumah hanyut, 8 rumah rusak berat, 229 rumah rusak ringan, dan 13.287 rumah terendam.
Selain itu, 36 sekolah terendam, 679 hektar sawah gagal panen, 14 hektar kebun jagung gagal panen, 6 kolam ikan gagal panen, 7 jembatan gantung putus, dan beberapa ruas jalan putus.
”Belajar dari banjir di Musi Rawas Utara dan sekitarnya, kita berusaha untuk meminimalisasi dampak banjir di lokasi-lokasi lain dengan meningkatkan koordinasi lintas instansi,” tutur Iqbal.

Banjir di Palembang
Tak hanya di kawasan hulu Sumsel, banjir pun mulai merambah wilayah Palembang. Sejak Sabtu pagi, sejumlah permukiman di sekitar anak Sungai Musi Palembang tergenang air yang diakibatkan oleh akumulasi curah hujan tinggi dan pasang air laut.
Dari pantauan Kompas, banjir pasang-surut itu cukup parah di kawasan 30 Ilir, Palembang. Ada puluhan rumah yang terendam air dengan ketinggian sekitar 30 sentimeter. Selain kerugian materiil karena rusaknya peralatan elektronik dan perabotan rumah tangga, banjir itu menyebabkan satu kolam alias tambak ikan lele warga gagal panen.
Warga 30 Ilir, Robi (35), menyampaikan, banjir kali ini paling parah dalam sepuluh tahun terakhir. Air pasang dari anak Sungai Musi naik tiba-tiba sejak pukul 09.30. Semula warga mengira banjir itu tak ubahnya tradisi setiap awal tahun. Ternyata, air yang masuk lebih tinggi dari biasanya sehingga mereka tidak sempat menyelamatkan benda-benda besar yang sulit dikeluarkan, seperti kulkas, mesin cuci, dan kasur.
”Banjir kali ini lebih parah karena daya tampung anak Sungai Musi yang tidak lagi optimal dan banyak saluran pembuangan air yang tersumbat. Itu semua karena tumpukan sampah. Akibatnya, air masuk lebih tinggi, tetapi sulit untuk surut. Biasanya, air surut dalam waktu sekitar 3 jam. Sekarang sudah lebih dari 3 jam, air belum surut-surut. Kami berharap pemerintah lebih rutin membersihkan anak Sungai Musi dan saluran pembuangan air,” ujar Robi yang rugi jutaan rupiah karena ikan lelenya hanyut terbawa banjir.
Baca juga: Banjir di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, Satu Orang Meninggal
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Palembang Akhmad Bastari seusai Kuliah Umum bertema ”Infrastruktur Jalan dan Penanggulangan Banjir di Palembang” di Universitas IBA Palembang, Sabtu, mengatakan, tantangan utama mengatasi banjir di Palembang adalah kebiasaan buruk masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai. Di samping itu, banyak saluran pembuangan air yang ditutupi oleh bangunan liar milik warga.
Akan tetapi, mereka terus berusaha melakukan sosialisasi dengan mengajak warga gotong royong membersihkan sungai di setiap pekan dan melakukan pendekatan untuk membongkar bangunan-bangunan liar tersebut.
”Kita terus berusaha membersihkan sungai dan saluran pembuangan sebelum datang puncak musim hujan di Palembang yang diprediksi BMKG pada Maret ini. Yang jelas, titik rawan banjir sudah semakin berkurang seiring usaha pencegahan banjir yang kami lakukan,” katanya.
(kompas.id)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.