Lewotobi Erupsi
Cerita Stefanus Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Cemas karena Hewan Peliharaan Mati
Stefanus menuturkan, sejak erupsi gunung Lewotobi Laki-laki, 1 Januari 2024 lalu. Ia bersama keluarganya mengungsi ke SMP Negeri 1 Wulanggitang.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Arnold Welianto
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Stefanus Beda Tobi (55) salah satu pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki asal Desa Nawokote Kecamatan Wulanggitang mengaku cemas karena meninggalkan hewan peliharaannya.
Hewan peliharaan yang ditinggalkan Stefanus merupakan satu-satunya harapan untuk dijual demi memenuhi kebutuhan anak sekolah dan keluarga.
Stefanus menuturkan, sejak erupsi gunung Lewotobi Laki-laki, 1 Januari 2024 lalu. Ia bersama keluarganya mengungsi ke SMP Negeri 1 Wulanggitang.
Kata dia, memasuki hari ke-empat di pengungsian, Stefanus memberanikan diri untuk pulang ke rumah meski ada rasa takut karena suara gemuruh dari Gunung Lewotobi Laki-laki terus terjadi.
Ia nekat untuk melihat kondisi rumah dan beberapa ternak yang ada di kebun yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah mereka.
Namun, salah satu dari empat ekor kambing miliknya dalam posisi mati akibat tidak diberi makan.
"Kambinya ada empat ekor tapi satu ekornya sudah mati karena tidak ada makanan, karena waktu itu kami sudah mengungsi," ujarnya Rabu 24 Januari 2024.
Sejak saat itu, setiap hari, Stefanus Beda Tobi (55) dan anaknya Dominikus Desa Tobi (13) yang masih duduk di kelas 1 SMP Negeri 1 Wulanggitang ini harus pulang pergi ke rumah untuk memberi makan ternak dan membersihkan rumah.
Setiap pagi, Stefanus Beda Tobi (55) harus menunggu anaknya pulang sekolah kemudian mereka menuju ke rumah menggunakan sepeda motor dengan menempuh jarak sekitar 2 kilometer dari tempat pengungsian.
Sesampai di rumah tepatnya di bawah kaki Gunung Lewotobi Laki-laki ini, mereka harus bergegas untuk memberi makan ternak, selain itu mereka harus memindahkan hewan peliharaan di kebun agar mendapatkan makanan dedaun yang segar.
Meski takut dengan suara gemuruh dan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, namun mereka harus tetap nekat pulang ke rumah karena cemas hewan peliharaannya mati karena kelaparan.
Baca juga: Lomblen Mania Bawa Bantuan dari Warga Lembata Untuk Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
Kata dia, harapan mereka saat ini hanya hewan ternak yang bisa dijual untuk mendapatkan uang untuk biaya sekolah kedua anaknya Dominikus Desa Tobi (13) dan Kristina Esa Tobi (16) yang saat ini masih duduk dibangku sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Wulanggitang.
Sedangkan tanaman pertanian sudah rusak akibat tertutup abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Usia membersihkan rumah dan memberi makan ternak, mereka kemudian kembali lagi ke posko pengungsian di Desa Boru Kecamatan Wulanggitang.
Sementara itu, Petrus Nasu Kwuta(37) mengaku meski takut mereka terpaksa harus tetepa pulang ke rumah untuk mengecek kondisi rumah dan membersihkan rumah, setelah itu para warga ini akan kembali lagi ke posko pengungsian.
Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Flores Timur memperpanjang masa tanggap darurat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki selama 7 hari terhitung dari tanggal 25 Januari hingga 31 Januari 2024. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Aktivitas Penerbangan di Bandara Frans Seda Maumere Ditutup Imbas Erupsi Lewotobi Laki-laki |
![]() |
---|
Malaria Mulai Serang Huntara Penyintas Lewotobi Laki-laki |
![]() |
---|
Erupsi Beruntun Tanpa Jeda, Lewotobi Laki-laki Lontarkan Material 6.000 Meter |
![]() |
---|
Lewotobi Laki-laki Empat Kali Erupsi dalam 32 Menit, Status Level Siaga |
![]() |
---|
Material Vulkanik di Lereng Lewotobi Capai 3 Juta Ton Kubik Ancam Ribuan Jiwa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.