Timor Leste

Timor Leste: Patung Jalanan Lisbon Menceritakan Kisah Perdagangan Budak Portugal yang Terlupakan

Portugal telah mengakui peran buruknya dalam perdagangan budak transatlantik dengan memasang 20 plakat jalan – dan patung batu di Lisbon.

Editor: Agustinus Sape
REUTERS /PEDRO NUNES
Walikota Lisbon Portugal Carlos Moedas menghadiri peresmian patung budak Afrika yang dibebaskan Paulino Jose da Conceicao di Lisbon, Portugal, pada 13 Januari 2024. 

POS-KUPANG.COM - Portugal telah mengambil langkah tidak biasa untuk mengakui peran buruknya dalam perdagangan budak transatlantik dengan memasang 20 plakat jalan – dan patung batu – di lokasi bersejarah di ibu kota, Lisbon.

Dibuat oleh Batoto Yetu Portugal, sebuah organisasi yang mempromosikan budaya dan warisan Afrika, plakat tersebut menceritakan kisah “Lisbon Afrika” yang terlupakan dari abad ke-15 hingga ke-19.

Pada masa itu, sekitar enam juta orang Afrika diculik dan diangkut dengan kapal Portugis melintasi Atlantik dan dijual sebagai budak, sebagian besar ke Brasil.

Sejarah kolonial Portugal – yang menyaksikan penaklukan negara-negara termasuk Angola, Mozambik, Brasil, Tanjung Verde, dan Timor Leste – dianggap oleh banyak orang sebagai suatu kebanggaan.

Perannya sebagai pusat perdagangan budak telah lama dibayangi oleh kekayaan budaya dan prestasi maritim negara ini – dan hanya sedikit pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah Portugis.

Plakat tersebut, yang dibuat dengan dukungan balai kota Lisbon, membantu meluruskan hal ini.

Penundaan empat tahun

Empat tahun setelah pembangunannya, bangunan tersebut akhirnya diresmikan pada hari Sabtu 20 Januari 2024 dalam sebuah acara di pusat Largo de São Domingos – Lapangan Santo Dominikus – yang secara historis merupakan titik fokus penting bagi komunitas Afro-Portugis.

Di sini, patung setinggi 180 cm didirikan untuk mengenang pembela hak-hak kulit hitam terkemuka Pai Paulino, yang tinggal di lingkungan tersebut.

Baca juga: LSM Mahein: Perdagangan Manusia Sedang Meningkat di Timor Leste

Seorang budak yang dibebaskan dan buta pada satu matanya, Paulino tiba di Lisbon dari Brasil pada tahun 1832 dan menghabiskan beberapa dekade berikutnya untuk mempromosikan keadilan sosial dan berupaya meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat Afrika.

“Dia adalah seorang aktivis sosial yang membantu banyak orang kulit hitam pada saat itu,” pematung asal Mozambik, Frank Ntaluma, yang menciptakan karya tersebut, mengatakan kepada RFI.

(rfi.fr)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved