Berita Rote Ndao
Kisah Petronela Mbalu, Jauh-jauh dari Desa Daudolu Datang Jual Gula Rote di Kota Ba'a
Nela berkisah, setiap hari, tepat di jam 7 pagi, dia berangkat dari desanya untuk menjual gula di lapaknya yang berada di Kota Ba'a.
Penulis: Mario Giovani Teti | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Mario Giovani Teti
POS-KUPANG.COM, BA'A - Langit sore terlihat mendung membungkus matahari. Waktu menunjukkan tepat pukul 15.00 Wita, pada Kamis, 18 Januari 2024, POS-KUPANG,COM berkeliling Kota Ba'a di Kabupaten Rote Ndao.
Mentari seakan mengenakan kerudung, membuat Pos Kupang harus rehat sejenak di depan Mercusuar yang menjulang tinggi ke angkasa.
Tak disangka, tempat persinggahan Pos Kupang merupakan sebuah lapak penjualan gula orang Rote.
Sekitar 15 menit berdiri di depan lapak berukuran 4×3 meter itu, seorang ibu sedang tersenyum sambil membawa sebuah kursi plastik sembari memanggil Pos Kupang katanya, "kakak mari duduk di sini saja".
Tak tanggung-tanggung, Pos Kupang langsung menemui ibu itu dan mengucapkan rasa syukur dan terima kasih.
Sambil duduk di depan lapak dengan mata berkaca-kaca, Pos Kupang membaca gapura bertuliskan "Pelabuhan Ba'a" dengan jarak 100 meter tepat di samping lapak ibu itu.
Sementara mencari obyek pemandangan yang indah di sore itu, Pos Kupang pun 
membuka perbincangan dengan ibu tersebut.
Pos Kupang mulai memperkenalkan diri dan dibalas dengan sapaan perkenalan.
Ibu itu bernama Petronela Mbalu (63). Sering orang menyapa dengan panggilan Mama Nela.
Perbincangan antara Pos Kupang dan Ibu Nela semakin akrab.
"Saya sudah masuk 4 tahun jual gula di tempat ini kakak. Saya jual gula sejak tahun 2020," ucap Nela.
Baca juga: Siswa SD Inpres Oebatu Dapat Bantuan PMT dari Persit Candra Kirana Kodim 1627/Rote Ndao
Gula yang dijual Nela dibeli dari penyadap gula di sebuah desa pedalaman yang dikenal dengan sebutan desa gula. Desa itu adalah Desa Daudolu di Kecamatan Rote Barat Laut.
Kira-kira jarak Desa Daudolu dari jantung Kota Ba'a sejauh 17 Km dengan waktu tempuh 30 menit.
Rumah Nela juga berlokasi di Desa Daudolu, tepatnya di Dusun Daudolu.
Nela berkisah, setiap hari, tepat di jam 7 pagi, dia berangkat dari desanya untuk menjual gula di lapaknya yang berada di Kota Ba'a.
Dia datang ke kota, diantar oleh sang suami menggunakan sepeda motor milik mereka.
"Biasa bapak antar pakai motor. Saya keluar dari rumah jam 7 pagi, tutup jam 7 malam baru saya pulang kembali ke rumah," pungkas Nela.
Di usia yang semakin menua, Nela tetap bersemangat untuk menjual gula.
Nela dikarunia empat orang anak. Ke-4 anak Nela telah menamatkan diri di jenjang Sekolah Menengah Atas.
Baca juga: Dapat Ijin dari BPOM NTT, Produk Gula Rote Gerson Enus Siap Dipasarkan ke Luar Daerah
"Saya punya 4 orang anak. Mereka semua sudah tamat SMA dan sekarang mereka sudah kerja, ada yang nelayan, ada yang bertani," kata Nela.
 
Ibu empat anak ini menjual aneka jenis gula orang Rote. Dimulai dari gula lempeng, gula semut, gula air, teng-teng, kacang-kacangan, buah-buahan hingga kuliner lainnya.
"Saya jual gula air, gula lempeng, gula semut, teng-teng, jagung, kacang tanah, kacang hijau dan makanan ringan," ungkap Nela.
Dia menjual gula lempeng per kilo Rp 20 ribu. Lalu gula semut per kilo Rp. 25 ribu. Sementara gula air satu jeriken ukuran lima liter dengan harga Rp 100 ribu.
Kemudian, gula lempeng yang dibeli dengan harga Rp 10 ribu, pelanggan akan mendapat 25 lempeng dan gula semut yang dibalut dalam satu kemasan dijual Nela dengan harga Rp 5 ribu.
Sedangkan gula air yang dijual Nela dengan takaran botol aqua sedang, senilai Rp 15 ribu.
Lalu makanan khas orang Rote lainnya seperti teng-teng, satu mika, dijual Nela dengan harga Rp 10 ribu.
Nela juga menjelaskan, makanan khas orang Rote bernama teng-teng, terbuat dengan bahan kacang tanah yang dicampur gula dan dipadatkan sesuai cetakan.
Terkait harga jualan Nela lainnya, dipasarkan Nela mengikuti harga di pasaran.
"Kalau ramai saat kapal masuk, banyak pembeli yang singgah beli. Tapi musim begini saya dapat uang sedikit," jelas Nela.
Dia membeberkan, penghasilan yang didapat per hari tergantung ramainya pembeli.
Apabila banyak pengunjung yang singgah di lapaknya, per hari Nela bisa mendapat uang di kisaran Rp 800 ribu sampai 1 juta.
Namun jika pembeli sepi, Nela hanya memperoleh omset Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu.
Asyik bercerita, sembari Nela pun berharap mendapat sentuhan dari pemerintah guna membantu, mendukung usaha kecilnya, baik membangun lapak yang layak maupun modal usaha.
Perbincangan Pos Kupang dan Mama Nela ditutup dengan ucapan terima kasih. (rio)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
												      	 
												      	 
												      	 
				
			 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.