Berita NTT

El Nino Ancam Pertumbuhan Ekonomi di NTT

Agus Sistyo Widjajati mengatakan, secara nasional pertumbuhan ekonomi NTT melambat dan masih rendah di tahun 2023. 

Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Seorang petani mencangkul tanah saat musim kering di Penfui, Kupang 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Fenomena kekeringan atau El Nino masih akan terus berlanjut pada 2024. Bank Indonesia memproyeksikan angka inflasi akan melandai namun, El Nino juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (KPw BI NTT), Agus Sistyo Widjajati mengatakan, secara nasional pertumbuhan ekonomi NTT melambat dan masih rendah di tahun 2023. 

"Memang pertumbuhan ini tidak seperti yang kita bayangkan sebelumnya di 2022, harapannya menunjukkan optimisme pertumbuhan di 2023. Dan 2024 akan berbeda yang mempengaruhinya antara lain masalah cuaca ada El Nino yang mengubah musim tanam maupun musim panen. Harusnya sekarang sudah mulai musim tanam tetapi karena curah hujannya belum stabil, sehingga ada pergeseran demikian juga masa-masa panennya," jelas Agus, Selasa 16 Januari 2024.

Penghambat Laju Tumbuhnya Ekonomi NTT 

Faktor penahan lajunya pertumbuhan ekonomi di NTT adalah musim pancaroba dengan potensi siklon dan El Nino yang dapat menurunkan produktivitas tabama dan produksi perikanan.

Kemudian, potensi kenaikan harga BBM lebih lanjut oleh kebijakan penurunan produksi oleh negara OPEC di tengah ketidakpastian global.

Eskalasi konflik di Timur Tengah yang melibatkan Israel diklaim berpotensi mendorong kenaikan harga minyak dunia dan komoditas global dan Kenaikan harga komoditas pangan strategis akibat gangguan pasokan yang berpotensi memengaruhi daya beli masyarakat.

Baca juga: Bank Indonesia Proyeksi Inflasi Landai di NTT

Oleh karena itu harus ada upaya-upaya untuk menjaga dan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan beberapa upaya yang akan dilakukan antara lain, di sektor pertanian, akomodasi, makan dan minum (akmamin), dan konstruksi.

Pada 2023-2024, berbagai faktor pendorong di sektor pertanian yakni perluasan program Food Estate di Sumba Tengah seluas 15 ribu hektar, Kabupaten Belu seluas 5.000 hektar, dan Bena seluas 7.215 hektar.

Optimalisasi pemanfaatan Bendungan Napun Gete, Raknamo dan Rotiklot, pengembangan ekosistem peternakan dan rumput laut dengan pola kemitraan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi hortikultura oleh pemerintah daerah di tengah kondisi cuaca yang lebih kering.

Kemudian di sektor perdagangan, meningkatnya mobilitas masyarakat pasca perubahan status pandemi menjadi endemi Covid-19 di tengah persiapan tahun politik dan berlanjutnya kebijakan pelonggaran ketentuan uang muka KKB/PKB dan LTV dari B1 hingga Desember 2023.

Di sektor Akmamin, didorong oleh perhelatan ASEAN Summit 2023 di Labuan Bajo pada Mei 2023. Kemudian meningkatnya mobilitas pasca penetapan status endemi Covid-19 di tengah penyelenggaraan event strategis secara offline.

Di sektor konstruksi juga memiliki andil besar dalam pertumbuhan ekonomi NTT seperti penyelesaian pembangunan Perpres 116 percepatan pengembangan Tanamori di Labuan bajo untuk mendukung event ASEAN Summit, penyelesaian Bendungan Temef (TTS) pada 2023 dengan nilai proyek Rp2,6 triliun serta berlanjutnya pembangunan PSN Bendungan Manikin (Kabupaten Kupang) dan Mbay (Nagekeo). (dhe)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved