Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 13 Januari 2024, Ikutlah Aku
Pergulatan itulah yang menentukan kita untuk mau bertindak sesuai dengan panggilan dan ajakan itu atau tidak
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul : Ikutlah Aku.
Renungan Harian Bruder Pio Hayon, SVD Hari Sabtu Biasa Pekan I merujuk pada Bacaan I: 1 Sam. 9: 1-4.17-19;10: 1a, Injil : Mrk. 2: 13-17
Berikut ini teks lengkap renungan Bruder Pio Hayon SVD
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Ketika kita dipanggil, ada banyak reaksi yang menyertainya. Itu tergantung dari siapa yang memanggil kita dan bagaimana sikap batin seseorang yang dipanggil itu.
Jadi kalau ada yang memanggil kita apalagi disertai dengan sebuah ajakan tertentu maka akan memiliki banyak reaksi yang berbeda.
Apapun itu, semua kita akan mengalami pergulatan batin sebagai bentuk reaksi kita atas panggilan sekaligus ajakan itu.
Pergulatan itulah yang menentukan kita untuk mau bertindak sesuai dengan panggilan dan ajakan itu atau tidak.
Pergulatan itu selalu sampai pada sebuah keputusan untuk menjawab ya atau tidak.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari akhir pekan ini, kisah inspiratif yang direnungkan dan direfleksikan adalah tentang seorang Saul dalam kitab Samuel dan Lewi dalam Injil.
Dalam kisah Saul yang akhirnya dinobatkan menjadi raja Israel sesuai permintaan bangsa Israel yang sudah lama tidak memiliki raja atas mereka.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 12 Januari 2024, Tiga Cara Tetap Mau Mencari Solusi dalam Kehidupan
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 12 Januari 2024, Percaya vs Pesimis
Permintaan bangsa Israel itu di dengar oleh Allah dan mempersiapkan Saul menjadi raja Israel. Saul yang hendak mencari keledai ayahnya yang hilang itu kemudian bertemu dengan Samuel nabi Tuhan jaman itu.
Perjumpaan itulah yang menjadikan Saul dinobatkan menjadi Raja Israel dari suku Benyamin. Saul ditentukan oleh Tuhan untuk menjadi raja bangsa Israel sesuai dengan maksud dan rencana Allah melalui Samuel untuk menobatkannya menjadi raja Israel.
Saul terpanggil melalui mulut nabi Samuel untuk ditetapkan menjadi raja bangsa Israel. Sedangkan dalam kisah Injil berbeda. Yesus Tuhan sendirilah yang memanggil orang-orang yang dikehendakiNya untuk menjadi muridNya.
Kisah yang diangkat hari ini adalah tentang Yesus memanggil Lewi yang adalah seorang pemugut cukai itu dengan suara panggilan sekaligus ajakan: “Ikutlah Aku”.
Lewi yang ada duduk di rumah cukai sepertinya sedang menjalankan tugasnya sebagai pemungut cukai. Entah statusnya sebagai pemungut cukai atau siapapun di rumah cukai itu bukan menjadi persoalannya.
Yang menjadi sorotan di sini adalah rekasi Lewi ketika Yesus memanggilnya untuk mengikutiNya. Reaksinya adalah: “Maka berdirilah Lewi, lalu mengikuti Yesus.”
Menjadi menarik di sini adalah Lewi sepertinya tidak punya banyak waktu untuk berpikir atau bergulat tentang jawaban apa yang harus diberikan dalam panggilan ini. Dia ikut saja atau seperti apa.
Dalam kisah ini tidak diceritakan dengan rinci soal itu. Yang pasti di sini adalah dia bangun dari tempat duduknya lalu pergi mengikuti Yesus. Peristiwa tentang reaksi Lewi inilah yang menjadi titik refleksi kita.
Lewi dengan serta merta bangkit berdiri dari tempat duduk dan mengikuti Yesus. Dalam tanda kutip, kemungkinan besar sudah mendengar banyak tentang Yesus yang diceritakan orang-orang sebagai seorang nabi yang melakukan banyak mujizat dan tanda-tanda serta menyampaikan firmanNya kepada orang banyak.
Maka ketika dia dipanggil maka langsung mengikuti Yesus. Pribadi Yesus lalu menjadi fokus utama yang menonjol. Kepribadian Yesus yang sangat luar biasa itu menarik Lewi untuk langsung mengikutiNya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 12 Januari 2024, Pedulilah Penderitaan yang dialami Sesama
Lewi sendiri bukan orang yang luar biasa seperti Saul yang perawakannya lebih elok dari semua orang Israel pada saat itu. Namun Lewi hanyalah seorang pemungut cukai yang telah mendapat julukan “orang berdosa” di kalangan orang-orang Yahudi.
Lewi sendiri tidak memperhatikan hal itu apalagi Yesus. Lewi secara sadar, tahu dan mau untuk mengikuti Yesus ketika dia dipanggil. Panggil Lewi ini mengajarkan kita bahwa Tuhan tidak membeda-bedakan orang untuk mengikutiNya.
Yang menjadi fokus adalah diri kita sendiri. Apakah kita siap menerima panggilan Tuhan dan bangkit berdiri untuk mengikutiNya atau tidak. Untuk kita jaman ini, Tuhan dapat memanggil kita dalam banyak bentuk seperti lonceng gereja untuk misa atau ada orang yang sakit dan menderita atau dalam bentuk apa saja.
Dalam setiap situasi seperti itu, apakah kita siap untuk bangkit berdiri dari zona nyaman kita (tempat duduk) lalu pergi mengikuti Yesus atau tidak atau bertindak sesuai ajaran Yesus atau tidak.
Masalahnya ada pada kita. Kita kadang atau seringkali mengabaikan begitu saja panggilan Tuhan dengan begitu banyak alasan yang kita ciptakan atau bahkan dibuat-buat supaya kita terlihat begitu sibuk tentang hidup kita dan lupa untuk menjawabi panggilan Tuhan itu dengan pergi dan mengikutiNya.
Kita masih nyaman dengan ‘tempat duduk’ kita sendiri dan sulit untuk bangun dari tempat duduk itu. Maka marilah kita belajar dari Lewi untuk siap bangkit dan ikut Yesus.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: semua kita tentunya dipanggil oleh Tuhan. Kedua, cara kita bereaksi terhadap panggilan Tuhan selalu berbeda. Ketiga, kita perlu keluar dari zona nyaman kita agar kita bisa bangkit berdiri dan ikut Yesus.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.