Lewotobi Erupsi
Tetua Adat Nawokote Gelar Ritual Adat Memohon Maaf ke Gunung Lewotobi
Ritual sakral sebagai ungkapan permohonan maaf atas semua kesalahan itu melibatkan suku Puka Wolo Kwuta Noba dan Tapun
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA- Langit Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, masih diselimuti kabut awan dan gas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki, Rabu, 3 Januari 2024.
Sejumlah pria lanjut usia melangkahkan kaki sejauh 1,5 kilo meter, membawa serta sirih pinang, telur ayam, arak, tembakau, dan braha. Perjalanan memakan waktu sekira 20 menit lamanya.
Debu vulkanik berupa belerang akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki menempel sendal jepit para lanjut usia yang tergabung dalam Lembaga Pemangku Adat (LPA) Nawokote itu.
Mereka berkumpul di areal perkebunan di Dusun Bawalatang, berjarak sekira 3 kilo meter dari pusat gunung untuk memulai ritual 'Tuba Ile' atau memberi makan Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.
Ritual sakral sebagai ungkapan permohonan maaf atas semua kesalahan itu melibatkan suku Puka, Wolo, Kwuta, Noba, dan Tapun.
Suka Puka adalah pemilik dua gunung yang dikenal dengan pasangan 'Suami dan Istri' itu.
Baca juga: Enam Desa di Talibura Sikka Terkena Dampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flotim
Baca juga: Dampak Lewotobi Erupsi, Abu Vulkanik Tutupi Run Way Bandara Frans Seda Maumere
Ketua LPA Nawokote, Mikhael Dare Wolor, mengatakan muntahan abu vulkanik dari Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan teguran untuk manusia yang serakah dan berbuat menyimpang dengan alam.
"Masih ritual permulaan. Itu permintaan maaf atas perbuatan yang sangat mengganggu Ile Bele (gunung besar). Kami juga minta supaya berhenti sudah, skaligus mengingatkan bahwa kami sudah tahu," katanya usai ritual.
Mikhael mengatakan, tetua adat, tuan tanah serta masyatakat sangat meyakini ritual Tuba Ile dapat menenangkan gunung yang mulai murka.
Masyarakat adat Nawokote menjadikan Ile Bele yang adalah Ile Wae (gunung perempuan) dan Ile Lake (gunung laki-laki) sebagai nenek moyang yang memberikan mereka tempat tinggal untuk merawat kehidupan hingga saat ini.
"Lake dan Wae berarti laki-laki dan perempuan, pasangan suami istri. Sebut sendiri-sendiri tidak bisa, mereka satu kesatuan," ungkapnya.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.