Breaking News

Gempa Jepang

Gempa Jepang: Kemenlu RI Tidak Menemukan WNI yang Terluka dan Tewas

Kemenlu memastikan tidak ada WNI yang terluka atau meninggal dunia akibat gempa yang melanda Perfektur Ishikawa Jepang, Senin 1 Januari 2024.

|
Editor: Agustinus Sape
ANTARA/HO-Dian Novitasari
WNI melaksanakan salat magrib di Masjid Kanazawa, Prefektur Ishikawa, Jepang, pada saat wilayah itu diguncang gempa magnitudo 7,6 Senin, 1 Januari 2024. 

Belasan WNI itu bekerja di kapal perikanan dan tinggal di asrama yang terletak di tepi pantai.

“Jaraknya dari laut itu dekat sekali, cuma 200 meter keliatan laut dari asrama menuju bukit. Karena ada peringatan tsunami jadi lari semua ke atas bukit,” jelas Rizal Sokobiki, WNI asal Tuban, Jawa Timur kepada wartawan Sri Lestari yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Rizal menyebutkan lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah berjarak cukup jauh dari tempat tinggalnya.

Ia mengatakan hanya membawa sedikit air minum dan jajanan untuk bekal bermalam. Hingga wawancara dilakukan pada Senin (01/01) pukul 22.20 waktu setempat, ia mengaku belum ada bantuan dari pemerintah Jepang.

Ketika gempa terjadi ia bersama rekan-rekannya tengah beristirahat di asrama karena tidak bertugas di laut.

“Semua anak-anak sedang istirahat di kamar masing-masing, ada yang sedang makan berhamburan lari semua.”

Selama dua tahun bekerja di Ishikawa, ia mengatakan baru kali ini merasakan gempa yang cukup besar.

Sementara itu, Wawan Supriyanto, WNI yang tinggal di Kota Kahoku di Prefektur Ishikawa merasakan guncangan gempa ketika tengah berbelanja di toko peralatan rumah tangga.

Pria berusia 41 tahun ini mengatakan guncangan gempa itu membuat rangka baja di toko tersebut jatuh.

Kahoku berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Noto. Ia mengatakan selama 5 tahun tinggal di Ishikawa baru merasakan gempa sebesar ini.

“Kaget sekali…Baru hari ini saya merasakan gempa yang cukup besar sekali, sudah terbiasa, tapi kok makin kencang dan makin menakutkan," jelas Wawan.

"Gedung dirancang sedemikian rupa, akhirnya kita stay di sana, dan luar biasa gedenya sampai besi di atas saya itu jatuh. Kalau barang-barang sudah jatuh semua,” ujarnya kemudian.

Wawan mengatakan setelah gempa, pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan tsunami melalui email, sehingga ia dan keluarganya memilih tidak kembali ke apartemen dan menuju tempat yang lebih tinggi serta menjauh dari pantai.

Ia mengatakan apartemennya terletak dekat dengan pantai sehingga berisiko tinggi.

“Kita enggak berani balik ke apartemen karena kebetulan apartemennya itu dekat dengan pantai dan kita dapat peringatan dari pemerintah kota lewat email agar mengungsi, jangan kembali ke apartemen.”

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved