Pilpres 2024
Besok, Prabowo Kumpulkan Korban Penculikan 98, Ada Budiman Sudjatmiko, Andi Arief Hingga Agus Jabo
Jika tak ada aral melintang, besok Selasa 12 Desember 2023, Prabowo Subianto akan mengumpulkan para aktivis dan korban penculikan 98 terkait debat.
Penulis: Frans Krowin | Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM – Jika tak ada aral melintang, besok Selasa 12 Desember 2023, Prabowo Subianto akan mengumpulkan para aktivis dan korban penculikan 98. Langkah itu dilakukan menjelang debat capres-cawapres yang sudah diagendakan Komisi Pemilihan Umum atau KPU RI.
Rencana ini disampaikan Nusron Wahid, Sekretaris TKN Prabowo-Gibran dalam jumpa pers di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, Senin 11 Desember 2023.
Dalam jumpa pers tersebut, hadir sejumlah orang yang merupakan aktivis dan korban penculikan yang saat ini merupakan pendukung Prabowo-Gibran.
Para pendukung pasangan calon yang diusung Koalisi Indonesia Maju tersebut, antara lain Budiman Sudjatmiko, Andi Arief, juga Agus Jabo. Hadir pula pegiat antikorupsi seperti Irma Hutabarat, pegiat HAM Natalius Pigai, dan aktivis NGO Rachland Nashidik.
Untuk diketahui, para korban penculikan itu dihimpun berkaitan dengan tema depat Pilpres 2024 yang salah satu itemnya menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM).
Debat yang dilaksanakan besok, merupakan debat pertama yang diselenggarakan KPU RI. Debat menghadirkan tiga pasangan capres-cawapres yakni Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo – Mahfud MD.
Terkait debat tersebut, Nusron Wahid mengatakan, item yang didebatkan, antara lain masalah hukum, hak asasi manusia, pencegahan dan pemberantasan korupsi, pemerintahan, penguatan demokrasi serta disinformasi dan kerukunan warga.
“Jadi, ada 6 topik yang akan dibahas dalam debat perdana capres-cawapres yang diselenggarakan oleh KPU RI besok,” ujar Nusron Wahid.
Ia juga menyebutkan bahwa pada momen itu pasti akan muncul pertanyaan yang berkaitan dengan masa lalu Pak Prabowo, hubungan dengan Pak Budiman Sudjatmiko dan lainnya.
Nusron menegaskan bahwa masa lalu Prabowo Subianto sudah terselesaikan dengan baik. "Karena setiap momen debat apalagi isu domokratisasi, HAM, selalu saja dikaitkan dengan problem masa lalu yang sudah terkubur dan sudah selesai,” ujarnya.
Sudah Dikembalikan Semua
Sebelumnya, politisi PDIP yang memilih bergabung dengan Prabowo Subianto, yakni Budiman Sudjatmiko mengungkapkan bahwa aktivis yang merupakan korban penculikan 98, sudah dipulangkan semuanya.
Hanya saja, Prabowo tidak mengetahui nasib korban yang hingga saat ini belum pernah kembali ke rumah atau masih dinyatakan hilang. Setidaknya ada 13 korban penculikan yang sampai saat ini masih belum pulang.
Budiman menyampaikan hal itu dalam program Gaspol!, seperti disiarkan YouTube Kompas.com. Budiman menjelaskan, pada 2002 lalu, Budiman bersama salah satu korban penculikan dipulangkan ke rumah.
“Jadi, tahun 2002 itu saya sudah menanyakan itu saat diwawancarai Nezar Patria," ujar Budiman dalam program tersebut.
Budiman lalu mengungkapkan perihal jawaban Prabowo saat itu. Menurut dia, Prabowo mengakui dirinya memang menculik para aktivis. Akan tetapi, dia sudah mengembalikan semuanya ke rumah masing-masing.
Sementara, aktivis lain yang hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya, Prabowo mengaku tidak tahu nasib mereka. "(Prabowo bilang) 'Yang saya ambil sudah kembalikan semua. Saya tidak tahu kenapa sebagian tidak pernah kembali ke rumah. Tapi yang saya ambil saya sudah lepaskan semua'. Itu pengakuannya," ungkap Budiman.
Budiman menyebut pertemuan di tahun 2002 itu adalah yang pertama. Sementara terkait dengan peristiwa penculikan itu, Prabowo masih menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus.
Kala itu, Kopassus membentuk tim kecil yakni Tim Mawar, untuk melakukan operasi penculikan. Langkah itu sabagai salah satu cara Presiden Soeharto menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya.
Tim Mawar yang dibentuk bertepatan dengan peristiwa 27 Juli 1996. Saat itu, para preman didukung tentara menyerang kantor dan simpatisan yang mendukung Megawati di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Baca juga: Beda Tipis Sama Ganjar-Mahfud, Anies-Muhaimin Kini Menanjak Walau Tak Mampu Saingi Prabowo-Gibran
Baca juga: Sekjen PDIP Klaim: Pemimpin Gemar Blusukan Itu Ciri PDIP, Kalau Prabowo Tidak Bisa
Kala itu, Tim Mawar bertugas mendeteksi kelompok radikal, pelaku aksi kerusuhan, dan teror. Pada 18 Januari 1998, terjadi ledakan di Rusun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Kejadian ini membuat Tim Mawar semakin berpengaruh dalam urusan keamanan.
Tim Mawar menyusun rencana untuk menangkap sejumlah aktivis yang dicurigai terlibat dalam insiden ledakan bom tersebut. (*)
Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.