Berita NTT
Alasan NTT jadi Provinsi Fokus Program Unicef
kalau kita investasi pada pengembangan anak di usia 0-6 tahun maka hasilnya akan sangat baik ketika dia tumbuh dewasa
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kepala perwakilan UNICEF untuk NTT dan NTB, Yudhistira Yewangoe menyebut alasan dibalik program Unicef di NTT.
"Salah satu perhatian adalah kondisi perkembangan anak di NTT masih lebih menantang dibandingkan perkembangan anak secara umum," kata dia, saat Kuliah Umum di Poltekkes Kemenkes Kupang, 5/12/2023.
Menurut Yudhistira, indeks pembangunan manusia di NTT masih jauh di bawah rata-rata nasional yang berada di atas 70 persen. Hal itu berkaitan dengan ekonomi, hingga pendidikan dan proporsi penduduk miskin.
NTT, kata dia, menjadi paling tinggi stunting di Indonesia. Kondisi saat ini sudah cukup baik. Berbeda dengan
sebelumnya, dimana satu dari dua anak di NTT mengalami stunting.
Baca juga: Kesiapan Poltekkes Kemenkes Kupang NTT Cegah Wasting Bersama Unicef
Dia menjelaskan, stunting bukan saja mengukur tinggi badan anak, tetapi juga melihat perkembangan anak secara umum yang dinilai sebagai hambatan. Dampaknya bisa terus terjaga hingga dewasa. Titik ini menjadi dasar perhatian akan stunting.
Sekalipun begitu, akses pendidikan anak NTT masih terbilang baik karena punya kesempatan hampir sama dengan daerah lain di Indonesia. Namun di aspek kualitas menjadi penilaian.
Hampir 2-3 tahun Indonesia melakukan asesmen kemampuan membaca dan berhitung secara internasional. Anak-anak NTT, khusus kelas IV dan VIII menjadi paling belakang menyangkut kemampuan membaca dan menulis.
"Bisa berkaitan banyak hal. Bisa juga stunting tadi. Stunting mempengaruhi perkembangan kognitif, sehingga dia kurang mampu menyerap pendidikan. Juga bisa berkaitan dengan kualitas sarana pendidikan, guru dan ekonomi keluarga," katanya.
Dia menyebut juga masalah kesehatan. Yudhistira bilang cakupan imunisasi anak-anak di NTT masih tergolong, padahal imunisasi menjadi benteng awal melindungi anak. Partisipasi anak dan pengertian orang tua menjadi tantangan tersendiri.
Baca juga: Gelar Kuliah Umum Poltekkes Kupang Gandeng Unicef Cegah Wasting di NTT
Sisi lain, sanitasi dan air bersih ikut menjadi tantangan lainnya. Akses terhadap sarana mendukung itu masih terbilang rendah. NTT, baru ada lima daerah yang memiliki predikat bebas buang air besar sembarang.
Kehadiran Unicef, diyakinkan dengan pembangunan keberlanjutan atau mencapai Indonesia emas 2045, harus dimulai dari anak-anak. Investasi pada anak-anak adalah jaminan akan kesejahteraan Indonesia ke depan.
Baginya, menjadi terlambat ketika melakukan perbaikan ketika anak itu sudah dewasa. Sehingga menjamin pembangunan keberlanjutan pada anak menjadi sangat penting.
Yudhistira menyebut lima jaminan. Pertama, mengenai jaminan pemenuhan nutrisi, lalu pemenuhan kesehatan, kemudian pendidikan, perlindungan dan pola asuh yang berkualitas.
Dia menyampaikan, lima jaminan itu menjadi penting. Unicef telah berperan dan ikut menjamin lima hal utama itu sejak anak dari kandungan hingga 18 tahun.