Gunung Marapi Meletus

Gunung Marapi Erupsi, 11 Jenazah Ditemukan, 12 Pendaki Masih hilang

Sebuah video yang dirilis oleh badan tersebut menunjukkan tim penyelamat mengevakuasi seorang pendaki yang terluka dengan tandu dari gunung

Editor: Agustinus Sape
Yoytube/natureworldnews.com
Dua orang bocah sedang menyaksikan erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat, Senin 4 Desember 2023. Gunung tersebut meletus sejak Sabtu 2 Desember 2023 dan hingga Senin 4 Desember 2023 sebanyak 11 pendaki gunung dinyatakan meninggal dan lain hilang. 

Gunung berapi tersebut berada pada tingkat kewaspadaan tertinggi ketiga dari empat tingkat kewaspadaan sejak tahun 2011, tingkat yang menunjukkan aktivitas gunung berapi di atas normal, sehingga melarang pendaki dan penduduk desa berada dalam jarak 3 kilometer (1,8 mil) dari puncak, kata Hendra Gunawan, kepala Pusat Vulkanologi. dan Mitigasi Bencana Geologi.

Artinya tidak boleh ada pendakian ke puncak, kata Gunawan, seraya menambahkan bahwa pendaki hanya diperbolehkan berada di bawah zona bahaya, namun terkadang banyak dari mereka yang melanggar aturan demi memenuhi kepuasannya untuk mendaki lebih jauh.

Sekitar 75 pendaki mulai mendaki gunung setinggi hampir 2.900 meter (9.480 kaki) itu pada hari Sabtu dan terdampar. Pihak berwenang menyelamatkan 52 orang, termasuk tiga orang pada hari Senin.

Delapan dari mereka yang diselamatkan pada hari Minggu dilarikan ke rumah sakit karena luka bakar dan satu orang mengalami patah anggota tubuh, kata Hari Agustian, seorang pejabat di Badan Pencarian dan Pertolongan setempat di Padang, ibu kota provinsi Sumatera Barat.

Seluruh pendaki telah mendaftar di dua posko atau secara online melalui Balai Konservasi Sumbar sebelum melanjutkan pendakian, kata Agustian.

Ketika ditanya mengenai jumlah total orang yang mungkin terdampar, dia mengatakan jumlah tersebut belum dapat dipastikan karena beberapa mungkin telah mengambil jalur ilegal untuk mendaki gunung dan mungkin saja ada warga yang berada di daerah tersebut.

Marapi memuntahkan kolom abu tebal setinggi 3.000 meter (9.800 kaki) pada letusan hari Minggu dan awan abu panas menyebar hingga beberapa mil.

Desa-desa dan kota-kota terdekat diselimuti oleh berton-ton puing vulkanik. Debu vulkanik dan hujan mengotori wajah dan rambut para pendaki yang dievakuasi, menurut sebuah video di media sosial.

Abu yang berjatuhan menyelimuti beberapa desa dan menghalangi sinar matahari, dan pihak berwenang membagikan masker sambil mendesak warga untuk memakai kacamata untuk melindungi mereka dari abu vulkanik.

Sekitar 1.400 orang tinggal di lereng Marapi di Rubai dan Gobah Cumantiang, desa terdekat sekitar 5 hingga 6 kilometer (3,1 hingga 3,7 mil) dari puncak.

Gunawan mengatakan, erupsi yang terjadi pada Minggu kemarin tidak didahului dengan peningkatan gempa vulkanik yang signifikan.

Gempa vulkanik dalam hanya tercatat tiga kali antara 16 November hingga Minggu, sedangkan alat deformasi atau tiltmeter di puncak menunjukkan pola horizontal pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial.

“Hal ini menunjukkan proses erupsi berlangsung cepat dan pusat tekanannya sangat dangkal, di sekitar puncak,” ujarnya.

Marapi tercatat mengalami erupsi rutin sejak tahun 2004 dengan jeda waktu 2 hingga 4 tahun, kata Gunawan.

Letusan Marapi selalu terjadi secara tiba-tiba dan sulit dideteksi menggunakan peralatan karena sumbernya dekat dengan permukaan,” kata Gunawan, “Letusan ini bukan disebabkan oleh pergerakan magma.”

Marapi telah aktif sejak letusan bulan Januari yang tidak menimbulkan korban jiwa. Gunung ini termasuk di antara lebih dari 120 gunung berapi aktif di Indonesia, yang rentan terhadap gejolak seismik karena lokasinya di “Cincin Api” Pasifik, yaitu busur gunung berapi dan garis patahan yang mengelilingi Cekungan Pasifik.

(ctvnews.ca/bnpb)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved