Berita NTT

Dinkes NTT - Nutrion Internasional Gelar Workshop Penguatan Manajemen Terpadu

Ruth mengatakan perlunya adanya perubahan pola pikir masyarakat untuk tidak menyebutkan Provinsi NTT sebagai provinsi dengan angka stunting terbanyak.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Peserta Workshop Penguatan Manajemen Terpadu dan Rantai Pasok Vitamin A pose bersama Kepala Dinas Kesehatan NTT Ruth D Laiskodata 

POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bekerja sama dengan Nutrition International melalui Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga Foundation) menyelenggarakan workshop penguatan manajemen terpadu dan rantai pasok kapsul vitamin A bagi pengelola program gizi dan farmasi tingkat kabupaten dan kota di Provinsi NTT.

Kegiatan ini berlangsung  14-16 November 2023 dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas petugas gizi dan farmasi di provinsi, kabupaten dan Puskesmas perwakilan di Provinsi NTT untuk menjamin kualitas kapsul vitamin A di sepanjang rantai pasokannya.

Workshop diikuti oleh 80 orang pengelola gizi dan farmasi dari 22 kabupaten/kota dan perwakilan Puskesmas di Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan.

Hadir Direktur Falmalkes Kementerian Kesehatan RI. Peserta lainnya, yakni Staf Direktorat Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Staf Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil dari Seksi Gizi dan Farmasi, Child Survival Program Officer, Nutrition International dan Staf Pengajar Sekolah Farmasi ITB bertindak sebagai narasumber dan fasilitator.

Baca juga: Dinkes NTT Sosialisasi Bahaya Malaria di Wilayah Perbatasan RI - Timor Leste

Deputy Country Director Nutrition International, Rozy A Jafar, dalam sambutannya mengatakan, vitamin A merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan bagi tubuh manusia terutama bagi bayi dan balita untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Oleh karena itu penting sekali semua bayi dan balita usia 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A. Sejak tahun 2008, kata dia, Nutrition International bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI telah memberikan pendampingan dan penguatan program suplementasi vitamin A di Indonesia, khususnya di NTT.

Rozy juga menekankan perlu adanya penyegaran kapastias secara berkala bagi pengelola dan pelaksana program gizi dan farmasi dalam manajemen program suplementasi vitamin A, mulai dari perencanaan, distribusi, monitoring, pencatatan dan pelaporan serta evaluasi capaian program, mengingat tingginya pergantian petugas yang sering terjadi di semua level (Pusat-Kemkes, Provinsi, Kabupaten, Kota dan Puskesmas) tanpa diikuti dengan transfer pengetahuan dan kemampuan teknis untuk mengelola dan melaksanakan program.

Baca juga: Jalan Sehat Meriahkan Ulang Tahun WHO, Dipimpin oleh Dinas Kesehatan NTT

Rozy mengapresiasi pencapaian Provinsi NTT dalam upaya penurunan angka prevalensi stunting yang dapat tercapai karena adanya komitmen yang tinggi dan kerja sama yang terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik dalam upaya mencegah terjadinya stunting di NTT.

Kepala Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur, Ruth D Laiskodat, dalam sambutannya menjelaskan kekurangan vitamin A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia.

Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, sekitar 82,3 persen anak usia 6-59 bulan menerima setidaknya satu dosis kapsul vitamin A, sedangkan cakupan suplementasi vitamin A dua dosis untuk anak usia 6-59 bulan adalah 53,3 % .

Sementara itu laporan rutin program melaporkan cakupan dua dosis vitamin A dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 86 % di tahun 2018 dan meningkat 90 % di tahun 2021.

Baca juga: Jalan Sehat Meriahkan Ulang Tahun WHO, Dipimpin oleh Dinas Kesehatan NTT

Data cakupan pemberian vitamin A pada balita hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa belum seluruh balita usia 6-59 bulan di Indonesia mendapatkan suplemen vitamin A dosis tinggi yang dapat melindungi dan meningkatkan imunitas balita terhadap risiko terkena penyakit.

Berdasarkan data rutin Dinas Kesehatan Provinsi NTT, angka stunting di Provinsi NTT dalam kurun waktu lima tahun berturut-turut mengalami penurunan 35,4 % tahun 2018 turun menjadi 15,2 % tahun 2023, atau secara absolut ada sebanyak 63.811 anak stunting di NTT yang perlu mendapat perhatian dan penanganan segera.

Ruth mengatakan perlunya adanya perubahan pola pikir masyarakat untuk tidak menyebutkan Provinsi NTT sebagai provinsi dengan angka stunting terbanyak.

Berkaitan dengan manajemen rantai pasok vitamin A, Ruth menambahkan bahwa jaringan rantai pasok tidak hanya terkait dengan kegiatan logistik tetapi juga meliputi jaringan produk dan arus informasi. Manajemen rantai pasok adalah manajemen yang efisien mencakup desain produk, pengadaan, perencanaan, produksi, distribusi, pemenuhan, dan dukungan/layanan pascapenjualan.

Baca juga: Dinas Kesehatan NTT Catat 77.338 Balita Penderita Stunting 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved