Berita Timor Tengah Utara

Jejak Layanan Indosat di Perbatasan dan Asa Baru Kebangkitan Ekonomi Kaum Perempuan Desa Tublopo

Sesekali terlihat kendaraan roda dua dan roda empat lalu-lalang di jalur utama yang menghubungkan Ibukota Kecamatan Bikomi Selatan

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Julia, pelaku UMKM dan Agen Indosat di Desa Tublopo, Senin, 30 Oktober 2023 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Langit di puncak Bukit Tublopo enggan menyisakan teduh. Panas membara tak terbendung. Deretan rumah warga Desa Tublopo, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada Senin, 30 Oktober 2023 nyaris sunyi tanpa aktivitas yang mencolok.

Sesekali terlihat kendaraan roda dua dan roda empat lalu-lalang di jalur utama yang menghubungkan Ibukota Kecamatan Bikomi Selatan itu dan Kota Kefamenanu (Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Utara). Hembusan angin beradu panas dengan fatamorgana.

Terlihat dua orang remaja yang sedang berteduh di bawah pohon depan rumah mereka, sibuk menggenggam handphone. Sedangkan tiga orang lainnya yang tidak jauh dari kedua remaja itu sibuk memainkan jarinya di atas tombol laptop.

Baca juga: PSSI dan Indosat Tandatangan Kerja Sama Dukung Perkembangan Timnas Indonesia

Di penghujung musim kemarau ini aktivitas Julia (30) tidak seperti masyarakat Desa Tublopo pada umumnya yang sedang sibuk mempersiapkan lahan di kebun sembari menanti datangnya hujan. Ia sibuk menjalani sejumlah bisnisnya yang kian hari kian membawa angin segar. Kurang lebih empat tahun terakhir,  ibu satu anak ini telah menjadi agen pulsa Indosat.

Ditemani suaminya yang selalu sabar meniti usaha bersama, Julia kini memiliki tempat usaha baru yang sedang dalam proses pembangunan. Asa Julia menggeluti dunia bisnis ini ditunjang oleh sejumlah fasilitas seperti tower BTS Indosat yang telah dibangun di lokasi ini beberapa tahun silam.

Selain menggeluti dunia bisnis menjadi agen Indosat, Julia telah melebarkan sayap usaha ke dunia bisnis online dengan menjajakan dagangan berupa pakaian di media sosial. Walaupun tidak meraup keuntungan layaknya pemilik perusahaan besar, asa merajut bisnis tersebut menjadi harapan terakhir Julia dan suaminya bertahan dari gempuran kemiskinan dan resesi.

Baca juga: Indosat Dukung dan Maksimalkan Potensi Pariwisata Lewat Rangkaian SheHacks 2023 di Labuan Bajo

Naik Bukit untuk Memperoleh Jaringan Seluler 

Sebelumnya, nestapa sepertinya menyelimuti Desa Tublopo dan sekitarnya, di tengah gencarnya arus globalisasi dan pemanfaatan teknologi komunikasi berupa handphone dan lain-lain. Warga setempat harus menempuh perjalanan sejauh 4 hingga 6 kilometer dari Desa Tublopo untuk bisa berkomunikasi dengan keluarga mereka lewat handphone.

Jaringan seluler nyaris tidak terdeteksi di desa tersebut. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografi Desa Tublopo yang berada di lembah serta dikelilingi bebukitan dan juga ketiadaan tower atau menara pendukung jaringan seluler.

Dengan demikian, untuk berkomunikasi dengan keluarga mereka, warga setempat harus menyusuri bebukitan di sekitar Desa Tublopo untuk memperoleh jaringan seluler. Perjuangan menempuh perjalanan ini juga menyita waktu yang tidak singkat.

Lebih banyak waktu dihabiskan oleh warga untuk menempuh perjalanan dengan berjalan kaki ke bebukitan hanya untuk berkomunikasi dengan handphone. Mereka berbondong-bondong ke bukit menyusuri jalan setapak demi berbagi cerita dengan sanak keluarga di perantauan maupun di tempat lain.

Baca juga: Indosat Berdayakan Perempuan NTT Atasi Tantangan Bisnis dan Berinovasi Melalui Transformasi Digital 

Warga setempat harus rela mengorbankan tenaga dan waktu ekstra hanya untuk berkomunikasi dengan keluarga maupun sahabat serta kenalan mereka. Hal ini juga berdampak terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan maupun pemerintah yang membutuhkan jaringan internet di wilayah itu.

Mirisnya, warga setempat juga harus menempuh perjalanan ke wilayah Maurisu dengan jarak tempuh 35 kilometer hanya untuk memperoleh jaringan internet maupun jaringan seluler. Kondisi ini kemudian diperparah dengan instalasi sambungan listrik yang baru masuk ke wilayah itu 3 tahun terakhir.

Riak-riak fakta ini berlangsung dan dialami masyarakat sejak handphone dan jaringan internet mulai ditemukan manusia hingga pada tahun 2018 lalu. Warga Desa Tublopo juga kesulitan mengakses segala informasi yang terjadi di luar wilayah mereka. Kesenjangan informasi dan komunikasi berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved