Berita NTT

Catatan Bank Indonesia Untuk Ekonomi NTT 2023

Harga beras mengalami peningkatan signifikan akibat belum masuknya masa panen di daerah-daerah pemasok.

|
Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, S Donny Heatubun saat Siaran Pers di KPw BI NTT pada Rabu, 22 November 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Menjelang akhir November tentu akan memasuki Desember atau memasuki triwulan IV-2023, Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)  bisa kendalikan inflasi walaupun dihadapkan beberapa isu menjelang Natal dan tahun baru (Nataru).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT (KPw BI NTT), S Donny Heatubun menyamapikan, biasanya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) tekanan harga beberapa komoditas mengalami kenaikan bahkan sebelum HBKN isu harga komoditas hingga tingkat nasional seperti harga beras dan gula yang menampakan kenaikan.

Tentunya Bank Indonesia selalu mengajak semua komponen yang ada di NTT untuk saling bahu-membahu mengendalikan angka inflasi yang bukan sekedar angka tetapi angka itu mencerminkan kondisi riil di lapangan yang  bisa dikendalikan sehingga masyarakat di NTT menikmati keberhasilan mengendalikan inflasi.

Semakin tinggi inflasi, akan mengurangi daya beli masyarakat.

Baca juga: Panen Perdana Digital Farming, Bank Indonesia Dukung Terkendalinya Inflasi Volatile Food di NTT

"Kalau kita melihat angka inflasi itu, kan kita sudah dua kali saving dalam arti deflasi sejak di bulan Agustus September itu kita deflasi ka sehingga pada saat bulan Oktober kita mengalami inflasi sebesar 0,42 sehingga kita masih punya tabungan sebetulnya karena dua bulan lalu mengalami deflasi dan angkanya di bulan Oktober itu masih dalam rentang 3 plus minus 1 yang merupakan target inflasi nasional. Kita berada di angka 2,37 dan itu angka inflasi NTT lebih rendah dibandingkan dengan angka inflasi nasional yang ada di angka 2,56 persen," jelas Donny dalam siaran pers Bincang Kekinian Kondisi Terkini Ekonomi di Akhir Bulan Provinsi NTT di KPw BI NTT pada Rabu, 22 November 2023.

Dengan kata lain, kerja sama semua komponen Yanga ada di provinsi kabupaten kota sudah melakukan pengendalian inflasi dengan baik sampai dengan di bulan Oktober atau bulan pertama di triwulan IV.

Tentunya dengan kondisi itu, yaitu modal utama NTT diusahakan di bulan terakhir ini di November dan Desember bisa dikendalikan sehingga bisa berada pada target namun tetap mengkalkulasi isu ke depan karena ada Nataru dan isu beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga.

Baca juga: Bank Indonesia NTT Tertibkan 5 Pelaku Usaha Money Changer Ilegal

Jika  dipahami tantangan dan modal mengendalikan inflasi melalui 4K yaitu Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif bisa mengendalikan angka inflasi sesuai target itu walaupun isu cukup banyak.

Selain itu, isu cuaca masih mendominasi bahwa El Nino atau musim panas berkepanjangan dan kekeringan yang diyakini, ternyata kondisi ini tidak menyeluruh secara nasional seperti beberapa kabupaten di NTT sudah memasuki musim hujan. 

"Kita harapkan musim tanam bisa segera dimulai untuk mengantisipasi triwulan I di tahun yang akan datang,"ungkapnya.

Secara isu inflasi NTT sudah dalam posisi yang pas hanya bagaimana menghadapi dua bulan ke depan ini saja yang menjadi tantangan dan tentunya dengan program yang ada berupa operasi pasar murah, subsidi transportasi dan komunikasi efektif dilakukan bisa berdampak secara baik dalam pengendalian inflasi di NTT.


Konsumsi Pangan Lokal 

Komunikasi efektif selain tagline Belanja Bijak, Bank Indonesia juga menambah untuk konsumsi pangan lokal sebagai substitusi jika harga komoditas yang biasa dikonsumsi mengalami kenaikan luar biasa seperti beras.

NTT dan wilayah Indonesia Timur sebetulnya bisa mengkonsumsi jenis pangan yang dulu biasanya dikonsumsi seperti ubi, jagung, ketela dan dibangkitkan kembali karena kamu harga sudah terlalu menjelang akhir tahun dan awal tahun dan isu cuaca ekstrem biasanya harga komoditas naik, ada dua Keterjangkauan komponen dan kelancaran distribusi tidak bisa tentu itu dua otomatis harganya tinggi sekal. Hal ini bisa disiasati dengan konsumsi pangan lokal.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved