Nyamuk Wolbachia

Dinkes Kota Kupang Perlu Jelaskan Program Nyamuk Wolbachia ke Masyarakat

Dinkes disarankan melakukan konsultasi ke Kemenkes RI dan menjelaskan ke masyarakat mengenai dampaknya.

|
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang Theodora Ewalde Taek 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang perlu memperjelas program nyamuk Wolbachia ke  masyarakat. 

Sosialisasi masif itu harus dilakukan karena belakangan ini program dari Kemenkes RI untuk mencegah demam berdarah dengue (DBD) tersebut justru menuai kontroversi. 

Adapun Kota Kupang menjadi satu dari enam daerah secara nasional yang dijadikan Kemenkes RI sebagai daerah ujicoba penerapan program nyamuk Wolbachia

Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang Theodora Ewalde Taek mengatakan,  program nyamuk Wolbachia itu tentunya sudah melalui tahapan pengujian oleh para dokter dan ahli. 

Baca juga: Tuai Kontroversi, Program Nyamuk Wolbachia di Kota Kupang Tetap Berlanjut

"Ilmu ini tentu melewati penelitian dan uji coba," kata dia, Minggu 19 November 2023. 

Sebagai orang yang bukan kepakaran, Ewalde Taek tidak ingin mempersoalkan sejumlah penolakan maupun perdebatan mengenai nyamuk Wolbachia

Sebagai salah satu daerah pengujian program, Ewalde Taek menyebut Kota Kupang sudah melakukan pelatihan kepada tenaga kesehatan oleh Kemenkes RI. 

Politisi PKB itu berharap dua prespektif yang sedang timbul di tengah masyarakat bisa diberi penjelasan oleh para pihak yang membidangi. Para pakar harus buka suara sehingga tidak terjadi bias informasi. 

Pada dasarnya, kata dia, penyelesaian DBD harus dilakukan tanpa menimbulkan masalah lain akibat dari program ini. Untuk itu, Ewalde Taek menyerahkan perihal ini ke Dinkes Kota Kupang. 

Baca juga: Kemenkes Gelar Pilot Project dengan Kota Kupang, Implementasi Wolbachia Sebagai Penanggulangan DBD

"Kita menghormati ilmu yang didapat dari penelitian ini. Tentu dengan harapan persoalan DBD ini tidak menimbulkan persoalan lain," ujarnya. 

Untuk itu, Dinkes Kota Kupang segera memberi penjelasan lebih lanjut ke masyarakat. Sosialisasi yang masif harus dilakukan oleh Dinkes. Bagi dia, 
Dinkes sangat paham mengenai hal ini. 

Dinkes disarankan melakukan konsultasi ke Kemenkes RI dan menjelaskan ke masyarakat mengenai dampaknya.

Sisi lain, Dinkes juga perlu melakukan sosialisasi agar tidak ada informasi yang tidak searah. 

"Supaya jangan sampai ini ditolak, dicerna oleh masyarakat dengan informasi yang pertama dan ini dilakukan penolakan atau jangan sampai ada reaksi dari masyarakat. Perlu disosialisasikan untung rugi, kelebihan dan kekurangan dalam pelepasan nyamuk Wolbachia ini," ujarnya.

Baca juga: Menteri Kesehatan RI Resmi Launching Teknologi Wolbachia di Kota Kupang

Pada bulan September 2023 lalu,  Pemkot Kupang terbuka menyambut implementasi program nyamuk Wolbachia yang dilakukan dibeberapa Kota di Indonesia itu. 

Kala itu, Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Kupang, Ade Manafe membuka Sosialisasi Implementasi Wolbachia Tingkat Kota di Hotel Aston & Convention Center, Rabu 13 September 2023 lalu. 

Ade Manafe menyebut DBD masih menjadi masalah pokok bagi kesehatan masyarakat, khususnya di Kota Kupang. DBD berdampak hingga ke sektor ekonomi, di samping membuat panik maupun kematian dan usia harapan hidup yang berkurang. 

Agenda tersebut bakal membantu penurunan kasus maupun angka kematian akibat DBD. Dia bilang, selain di Kota Kupang, penerapan wolbachia juga ada di Jakarta Barat, Bandung, Semarang, dan Bontang. 

Baca juga: Menteri Kesehatan RI Resmi Launching Teknologi Wolbachia di Kota Kupang

Dia mendorong peserta, terutama pimpinan OPD yang hadir bisa menjadikan acara itu sebagai momentum dalam upaya menekan DBD. Ade Manafe meminta kolaborasi dari semua pihak terjalin agar Kota Kupang bisa terbebas dari DBD. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi menjelaskan, inovasi wolbachia merupakan salah satu bakteri alami yang hidup atau terdapat pada hampir 60 persen jenis serangga yang ada di sekitar lingkungan.

Contohnya, kata dia, seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia. Menurut dia, wolbachia  merupakan bakteri yang aman bagi manusia dan lingkungan. 

"Melalui bakteri wolbachia yang diambil dari serangga dan dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes Aegypti nantinya akan menghambat virus dengue penyebab DBD. Jadi ini aman untuk manusia, ungkapnya," katanya. 

Baca juga: Camat Oebobo Berharap Teknologi Wolbachia Bisa Turunkan Angka DBD Sampai Zero

Dia menerangkan, nyamuk yang telah mengandung wolbachia akan disebar untuk selanjutnya berkembang biak secara alami. Nantinya, seluruh nyamuk telah memiliki kandungan wolbachia yang mampu menghambat virus dengue penyebab DBD. 

“Kami mohon dukungan masyarakat, selain pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3M Plus yang telah berjalan, kami juga meminta peran serta aktif masyarakat untuk mensukseskan inovasi wolbachia. Karena tanpa masyarakat program ini tidak akan berhasil. Ini diharapkan dapat menjadi percontohan menuju Kupang  bebas DBD,” ujar dia. 

Ia mengapresiasi komitmen Pemkot Kupang dalam pelaksanaan program itu. 
Dia berharap program ini bisa berjalan lancar dalam mencegah DBD secara berkelanjutan. Tujuannya agar DBD di Ibukota provinsi NTT ini bisa berkurang. (fan)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved