Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Prof. Ikrar Nusa Bhakti: Gibran Tuna Etika, Harusnya Mundur

Ikrar Nusa Bhakti mengkritisi proses perjalanan Gibran Rakabuming menjadi calon wakil presiden yang diwarnai banyak kontroversi.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM
Pakar Politik Prof. Ikrar Nusa Bhakti saat Wawancara Eksklusif dengan News Manager Tribun Network, Rachmat Hidayat di Studio Tribunnews, Komplek Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta pada Senin (13/11). 

Nah itu kalau dia memang beretika, dia memiliki moral politik yang tinggi, dia harus yang mundur sebagai anak muda yang punya masa depan politik yang masih panjang. Jadi saya bukan kemudian menuduh tapi ini dari proses proses di Mahkamah Konstitusi, kemudian menjadi bagian dari penilaian dari mahkamah kehormatan MK dan kemudian keluar itu, makannya kemudian saya mengatakan kalau anda pinya etika, seharusnya mundur, karena anda memang tidak layak.

Memang pada saat itu seharuanya anda tidak lolos dari putusan MK tersebut, tapi karena sang Paman itu melakukan pelanggaran berat etika dan juga dianggap tidak independen, dianggap juga tidak profesional sebagai Hakim, makanya kemudian anda terpilih.

Nah kalau udh tau begitu cara-cara ini kan cara-cara yang tidak boleh, tidak adil, tidak mumpuni. Jadi kaya suatu seseorang menggunakan kata aji mumpung jadi wakil presiden.

Ketika sudah menjadi wakil presiden, apakah legitimasinya itu ada, walaupun nanti orang mengatakan kan banyak orang yang memilih Prabowo dan Gibran. Persoalan legitimasi politik lebih penting.

Saya beri contoh, misalnya anda duduk disini sebagai seorang pimpinan di lembaga anda, Tribunnews. Anda menjadi posisi di sini bukan mustahil berangkat dari bawah dan diterima oleh anak buah anda sebagai orang yang dihormati, apa artinya itu, itu berarti anda punya legitimasi, baik legitimasi hukum sebagai pimred ataupun apa di Tribunnews, anda memiliki profesionalisme yang tinggi.

Makannya apapun kata anda, menjadi suatu kalimat yang otoritatif. Jadi apa yang menjadi perintah anda kalimat itu udah dianggap bahwa ya itu memang perintah dari anda itu merupakan perintah yang apa benar-benar bisa diterima oleh anak buah. Dan itulah seorang penguasa atau pimpinan itu kan punya pernyataan yang benar-benar otoritatif.

Dan kalau anda enggak punya legitimasi, enggak mungkin anda punya suatu hak yang kemudian diterima oleh banyak orang, bahwa kalimat anda itu sebetulnya benar-benar kalimat dari seorang yang punya power dan legitimasi ataukah itu hanya kalimat dari seorang yang punya power, tapi dia tidak legitimet. (tribunnNetwork/yuda)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved