Gempa Bumi
BMKG: NTT Punya 8 Sumber Gempa Tektonik dan Tsunami Berpotensi Sangat Tinggi dan Sulit Diprediksi
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) sebut NTT Punya 8 Sumber Gempa Tektonik dan Tsunami berpotensi Sangat Tinggi dan Sulit Diprediksi
POS-KUPANG.COM - Ini Peringatan Dini BMKG atau Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika untuk Warga NTT terkait ancaman Gempa Bumi besar di NTT.
BMKG menyebut mengingatkan masyarakat di Provinsi NTT bahwa Provinsi NTT dikepung Gempa Potensial.
Salah satu indikatornya, NTT saat ini mempunyai 8 Sumber Gempa Tektonik dan Tsunami dengan potensi sangat tinggi dan sulit diprediksi kapan datangnya.
Koordinator BMKG NTT Margiono di Kupang, Rabu 8 November 2023, mengatakan NTT memiliki sumber gempa sesar naik busur belakang (back arc thrust).
Baca juga: BMKG Mencatat Gempa Bumi Hari Ini Guncang NTT, Cek Kekuatan dan Pusat Gempa
Selain itu, lanjut Margiono, Provinsi NTT juga dekat dengan sumber gempa Megathrust Sumba sehingga potensi gempa tektonik sangat tinggi di NTT.
Delapan Sumber Gempa Tektonik dan Tsunami di NTT itu antara lain Flores Backarc Thrust, Semau Fault, Sawu Thrust, Timor FTB, Sumba Strike Slip, Bondowatu Fault, Sape Strike Slip, serta Kalaotoa Fault.
Salah satu sumber gempa yaitu pemicu baru gempa bumi yang terjadi pada 14 Desember 2021.
“Kolaotoa Fault adalah sesar baru pemicu gempa bumi yang terjadi pada 14 Desember 2021 lalu,” ucap Margiono.
Baca juga: Berita Viral Air Sumur Bor di Amarasi Barat Keruh Akibat Gempa Bumi 6.6 SR di Kupang
Margiono mengatakan, gempa-gempa tersebut sulit diprediksi.
BMKG sendiri tidak bisa memprediksi, seperti gempa bumi yang terjadi di Kota Kupang beberapa waktu lalu.
Dia juga mengatakan bahwa delapan sumber itu juga merupakan sumber yang menjadi penyebab tsunami yang pernah terjadi di wilayah NTT.
Margiono juga memaparkan data Tsunami yang pernah terjadi NTT.
1. Tsunami Bulukumba pada 29 Desember 1820
Pada 29 Desember 1820, gempa Magnituo 7,5 berpusat di Laut Flores mengguncang NTB, NTT dan Sulawesi.
Gempa ini memicu tsunami di beberapa lokasi, dari pantai utara NTB, NTT, Sumenep hingga pantai selatan Sulawesi.
Di Bima dan Sumbawa, gempa berlangsung lebih dari 2 menit, diikuti tsunami yang menghempaskan kapal ke daratan, rumah dan pohon-pohon tumbang.
Ratusan orang tewas akibat gempa dan tsunami ini.
Di Bulukumba gempa berlangsung 4-5 menit, mengakibatkan tsunami 25 meter menyapu pelabuhan Bulukumba dan merendam daratan sejauh 350-450 meter.
Beberapa kendaraan terlempar dari pantai ke sawah, serta barak dan benteng hancur.
Tsunami menewaskan sekitar 500 orang.
2. Tsunami Flores pada 12 Desember 1992
Bencana tsunami Flores dipicu gempa M 7,5 berpusat di laut, 35 km barat laut Kota Maumere, Kabupaten Sikka.
Gempa memicu longsor bawah laut membangkitkan tsunami yang menelan korban jiwa lebih dari 2.500 orang.
Gempa merusak terkini di NTT
Sebagai gempa yang merusak terkini di NTT, Margiono menyebut gempa Laut Flores Magnitudo 7,4 pada 14 Desember 2021 pukul 11.20 WITA.
Gempa ini memicu tsunami kecil untuk wilayah pesisir sekitar Laut Flores. Gempa ini menyebabkan setidaknya 346 rumah rusak berat.
Akibat gempa ini, BPBD mencatat rumah rusak berat 346 unit dan rusak ringan 800 unit.
Sedangkan untuk fasilitas umum berupa fasilitas pendidikan rusak berat 2 unit, tempat ibadah rusak berat 4 unit dan rusak ringan 1 unit.
Di samping itu, rumah jabatan kepala desa rusak berat 1 unit dan pelabuhan rakyat rusak berat 1.
Demikian juga gedung pemerintah 7 unit, fasilitas pendidikan 1 unit dan gudang 2 unit masih dilakukan verifikasi tingkat kerusakan.
Peringatan Dini Tsunami yang Menyelamatkan
Untuk memberikan peringatan dini Tsunami, di Maumere, Kabupaten Sikka, kata Margiono, telah dipasang Sirine Tsunami BMKG. Letaknya di dekat Pelabuhan Lorens Say, depan Istana Keuskupan Maumere.
Untuk memastikan Sirine dalam keadaan baik, pada tanggal 26 setiap bulan dilakukan pengecekan.
Untuk Sirine Tsunami BMKG di Maumere, menurut Margiono, saat ini sedang dalam perbaikan.
Margiono berharap Sirine Tsunami seperti di Maumere bisa dipasang di tempat-tempat lainnya di wilayah NTT.
Selain sirine, Margiono juga mengedepankan pemberdayaan kearifan lokal untuk Peringatan Dini, misalnya dengan membuat bunyi-bunyian dan meneriakkan ungkapan tertentu dalam bahasa lokal.
Dia memberi contoh tentang kebiasaan masyarakat Kabupaten Sikka meneriakkan "Ami Noran" yang berarti kami ada pada saat terjadi gempa.
Hal yang sama juga dalam Bahasa Flores Timur dengan kalimat “Kame no’on”. Dalam bahasa Manggarai "Ata do" yang artinya ada orang banyak.
Kearifan lokal lainnya adalah perihal menyelamatkan diri dengan fokus berlari menjauhi laut tanpa melihat ke belakang untuk menghindari kutukan.
Saat merasakan guncangan gempa bumi, warga berteriak “Gempa!” dalam bahasa Sikka disebut “Edo”, dalam bahasa Flores Timur (Lamaholot) “Berero (Flores) / Belero (Adonara)”, dalam Bahasa Ende “Edoweo”, atau dalam Bahasa Pulau Koja Doi “Luduh”.
Saat air laut naik ke daratan, warga berteriak “Air Laut Naik!” dalam Bahasa Sikka “Wair Tahi Lema”, dalam Bahasa Flores Timur “Ojokgere”, dalam Bahasa Ende “Ae Mesi Nuka”.
(*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.