Cacar Monyet

Pasien Cacar Monyet Mayoritas Gay, Idap HIV dan Sifilis, Sudah Ada 35 Kasus

Cacar monyet terus tunjukkan tren kenaikan. Menkes Budi Gunadi Sadikin ungkap jika penularan Monkeypox tidak secepat Covid-19.

Editor: Alfons Nedabang
SHUTTERSTOCK via KOMPAS.COM
Ilustrasi cacar monyet. Di Indonesia sudah ada 35 kasus. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Monkeypox ( Mpox ) atau cacar monyet di Indonesia terus tunjukkan tren kenaikan. Terkait hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ungkap jika penularan Monkeypox tidak secepat Covid-19.

"Nggak terlalu secepat Covid-19, harus melalui hubungan seksual. Dan ini hubungan seksualnya di kelompok tertentu," ujar Menkes saat ditemui di bilangan Jakarta, Rabu (8/11).

Menurutnya ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, pencegahan harus baik. "Nomor satu, pervention (pencegahan) mesti baik," kata Budi.

Diantaranya seperti tidak melakukan hubungan seksual berisiko. Dianjurkan untuk melakukan perilaku seksual yang sehat. Kedua, adalah melakukan vaksinasi. Saat ini vaksin untuk Monkeypox telah tersedia. Begitu pun pengobatan untuk mereka yang terinfeksi Monkeypox ini.

"Vaksinnya sudah ada, kan 1.500 sudah divaksinasi," kata Budi lagi. Namun memang saat ini vaksinasi diberikan pada kelompok tertentu atau berisiko.

Baca juga: Awas! Cacar Monyet Muncul Lagi di Indonesia

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Mpox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Hanny Nilasari menyebut sudah ada 35 kasus positif Monkeypox. Lebih lanjut, Hanny berikan rincian terkait di mana saja kasus Monkeypox ditemukan.

"Update kasus 6 November 2023. Sudah ada 29 kasus terkonfirmasi DKI Jakarta. Ada 5 kasus terkonfirmasi Jawa Barat, 1 kasus di Banten. Saat ini ada 35 kasus," ujarnya.

Selain itu, Hanny menambahkan ada 82 kasus discarded atau negatif. Lebih lanjut, ia pun memberikan gambaran gejala pasien Monkeypox.

Gejala paling banyak ditemukan pada pasien adalah ruam pada kulit yaitu sebanyak 70 persen. Lalu pembesaran kelenjar getah bening 62 persen, dan demam 62 persen.

Sedangkan untuk penyakit penyerta atau komorbid untuk kasus di Jakarta yaitu 28 kasus aktif terkonfirmasi, 10 di antaranya dengan HIV. Sebanyak 3 dari 28 kasus positif infeksi sifilis. Lalu 9 dari 28 pasien itu terinfeksi HIV dan Sifilis.

Sedangkan untuk gambaran orientasi seksual pasien di Jakarta, 24 orang adalah lelaki seks lelaki (LSL) atau hampir 90 persen. "Dua orang heteroseksual sedangkan sisanya tidak diketahui dan lainnya," ujar Hanny.

Baca juga: Penduduk Kelahiran 1980 ke Bawah Berisiko Kecil Terpapar Cacar Monyet, Menkes : Jangan Panik

Hanny Nilasari juga menjelaskan secara teori masa inkubasi Monkeypox adalah 6 hingga 21 hari. Namun di lapangan, tidak semua kasus mengikuti hal tersebut.

"Ternyata terlihat bahwa gejala tidak selalu mengikuti hal itu. Ada pasien tidak bergejala atau demam. Baru mulai muncul kelainan kulit diikuti demam tiga hari berikutnya," kata Hanny.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan jika muncul kelainan di kulit. Namun diduga bukan alergi, dampak inflamasi, atau dermatitis. Jika sudah demikian, maka perlu dicurigai sebagai Mpox.

"Tetapi tidak semua lesi kulit Mpox, jadi harus hati-hati," kata Hanny. Selain itu, seseorang yang perlu melakukan pemeriksaan jika muncul kelainan kulit tidak biasa serupa Monkeypox. Dan orang tersebut memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved