Berita NTT

Kunjungi Politeknik Negeri Kupang, Dirjen Vokasi Beri Arahan bagi Civitas Akademika

Di sisi lain Kiki Yuliati menyebut berapa pun anggaran yang disiapkan tidak akan mampu memberikan investasi teknologi bagi pendidikan vokasi khususnya

|
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
FOTO BERSAMA - Foto bersama Dirjen Vokasi Dr. Kiki Yuliati, Direktur Politeknik Negeri Kupang Frans Mangngi bersama dosen saat kunjungan Dirjen Vokasi di Kampus Politeknik Negeri Kupang. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Dr Ir Kiki Yuliati M.Sc  melakukan kunjungan ke Politeknik Negeri Kupang

Dalam kunjungan, Rabu 25 Oktober 2023 di kampus itu, Kiki Yuliati memberi pengarahan ke civitas akademika di Politeknik Negeri Kupang

Mengawali dialognya, Kiki Yuliati menayangkan tentang kurikulum yang diterapkan. Dia bertanya kepada mahasiswa dan dosen mengenai perubahan kurikulum atau tidak. 

"Setuju ya tidak kurikulum tidak diubah. Kita pakai kurikulum tahun 70-an. Tapi itu untuk anak dosen saja. Bagaimana," kata dia menanyakan. 

"Tidak mau," sahut mahasiswa dan dosen yang hadir di ruang auditorium Politeknik Negeri Kupang. 

Baca juga: Politeknik Negeri Kupang Jalin Kerja Sama dengan 85 UMKM Melalui Program Wirausaha Merdeka

Dia lalu membandingkan ada ketidakadilan ketika dosen menerapkan kurikulum lama sementara di satu sisi mahasiswa tidak menginginkan itu. Dia meminta penyelenggara pendidikan, termasuk dosen dan guru agar hati-hati. 

Tanggung jawab dosen, baginya, tidak hanya memberi bahan ajar dan selesai, kemudian mengisi administrasi dan mendapat kompensasi. Sebab, ada kesepakatan yang tidak disengaja ketika mahasiswa itu masuk ke perguruan tinggi. 

"Artinya bapak ibu yang menyelenggarakan pendidikan menjanjikan mereka akan hidup lebih baik, mereka akan punya peluang hidup lebih baik. Ketika janji itu tidak bapak ibu penuhi dengan mengajar sembarang, dengan kurikulum seadanya karena malas berubah lagi, siap-siap menjawab pertanyaan malaikat," ujarnya. 

Sekalipun dari sisi dokumen semua terpenuhi, katanya, tanggung jawab moral seorang dosen atau pengajar akan dipertanyakan.

Baca juga: Program Wirausaha Merdeka Angkatan 2, Politeknik Negeri Kupang Kolaborasi dengan 9 Kampus Mitra

Apalagi eks mahasiswa yang lulus justru tidak sesuai janji yang diajukan sejak awal hingga mahasiswa itu masuk ke kampus tersebut. 

Dia berujar, dosen ataupun pengajar harus memikirkan tanggung jawab itu dari saat ini hingga kehidupan ke depan. Hal itu menjadi mutlak dan perlu ada kesadaran bersama. 

Di lain pihak Kiki Yuliati menyebut berapa pun anggaran yang disiapkan tidak akan mampu memberikan investasi teknologi bagi pendidikan, vokasi khususnya. 

"Bapak ibu yang pegang handphone, berapa kali dalam sebulan mengupdate aplikasinya. Sering?" ujar Dr. Kiki Yuliati menanyakan. 

Ilustrasi itu dia hubungkan dengan kehadiran negara untuk membantu kampus mengupdate peralatan di laboratorium. Barangkali, kata dia, hingga 20 tahun juga hal itu tidak akan terwujud. 

Baca juga: Mahasiswa Politeknik Negeri Kupang Bernostalgia 90-an dalam Event Pentas Budaya

Alasannya karena tidak ada kelonggaran fiskal untuk menyokong sektor itu. Bahkan di negara maju sekalipun tidak memiliki peralatan secanggih perindustrian. Selain mahal, mesin di industri perubahannya sangat cepat. 

Bagian ini menyulitkan negara membantu kampus mengupdate peralatan di laboratorium. Padahal di kampus, hanya digunakan sebagai bahan atau media pembelajaran. 

"Dengan pemikiran ini, pendidikan tidak boleh semu, harus serius, harus benar. Lalu negara tidak memungkinkan untuk investasi terus-terusan," ujarnya. 

Jalan keluar mengurai persoalan seperti ini adalah menggandeng dunia usaha untuk mengajar mahasiswa. Sebaiknya  mahasiswa dikirim ke industri agar belajar langsung dan lebih dekat. 

Baca juga: 511 Wisudawan Politeknik Negeri Kupang Jawab Kebutuhan Dunia Usaha

Pemikiran ini juga yang mewujudkan adanya MKBM yang bercermin dari  cendekia. Filosofi cendekia, kata dia, selalu mengatakan ia ada di situ, karena sebelumnya ada cendekia lainnya. 

Kerendahan hati dari seorang cendekia juga yang melatari Kemendikbud Ristek untuk mengajak semua penyelenggara pendidikan agar rendah hati, mengajak dunia usaha maupun masyarakat agar ikut membantu mengajar para mahasiswa. 

Dr. Kiki Yuliati juga mendorong agar mahasiswa tidak hanya diajarkan tentang disiplin ilmu tertentu. Kemendikbud Ristek telah memberi ruang bagi mahasiswa maksimal selama tiga semester menggeluti keilmuan, selain ilmu yang menjadi fondasinya. 

Dengan mahasiswa yang memiliki kecakapan dari berbagai bidang ini, paling tidak pekerjaan yang dilakoni kemudian hari bisa diselesaikan hanya seorang diri. 

Baca juga: P3M PNK Gelar Workshop Penulisan Artikel Publikasi Jurnal Internasional Bereputasi

"Ini latar belakang keluarnya MKBM. Harus ubah kurikulum, enggak. Kalau bapak ibu yakini kurikulum bapak ibu akan relevan empat tahun lagi," katanya. 

Namun begitu, dia mengingatkan agar dosen tetap harus mengupdate kurikulum yang ada, melihat relevansi perkembangan zaman.

Dia mencotohkan perkembangan layanan jual beli online tanpa harus bertemu antar penjual dan pembeli. Perubahan ini, baginya, perlu juga dilakukan pada dunia pendidikan. 

"Hal prinsipnya tetap kita pegang. Ibaratnya kopinya kita pegang, tapi mau pakai susu, gula aren, itu terserah mahasiswa," sebutnya. 

Selain itu, kampus juga harus menjadi inspirasi bagi mahasiswa. Jika mahasiswa mampu mengerjakan sesuatu dengan kreativitas, maka itu merupakan keberhasilan dari kampus. Dosen harus mampu membuat dan menemukan cara lebih baik untuk mahasiswa. 

Baca juga: Politeknik Negeri Kupang Luncurkan Aplikasi Lalepak Mobile

Dr. Kiki Yuliati mengatakan, dalam Permen 53 Tahun 2023, telah diatur mengenai penyelenggaraan pendidikan semacam ini.

Tapi, dia menyarankan agar kampus bisa menyesuaikan terlebih dahulu di pasal awal berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebelum menerapkannya. 

Dia mengatakan, para dosen tidak perlu khawatir akan perubahan kurikulum. Sebab, perubahan kurikulum seusai Permen 53 Tahun 2023 hanya bisa dilakukan setelah kampus menetapkan adanya nilai yang menjadi point menjalankan Permen tersebut. 

Direktur Politeknik Negeri Kupang, Frans Mangngi mengapresiasi kunjungan Dirjen Vokasi ke kampusnya. Karena aturan baru diluncurkan, pihaknya masih menggunakan aturan lama. 

"Ibu Dirjen bilang, jangan lihat Permen yang lain dulu, lihat Pasal 1 dan yang pertama-tama itu dulu. Secara progres, terencana," katanya terpisah. 


Menurut dia, Politeknik Negeri Kupang harus fokus pada satu item Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ada. Dampaknya akan memberi kesempatan lebih besar ke mahasiswa. 

Hal ini juga berimbas pada peniadaan tugas akhir bagi mahasiswa. Jika mahasiswa menyelesaikan sebuah proyek, maka dengan sendirinya hasil proyek itu menjadi tugas akhir atau skripsi. 

Kampus merdeka belajar ini, baginya, membuka peluang besar bagi mahasiswa dalam mengaktifkan kreativitas dan kemampuan. Kampus akan membantu proses itu. 

Frans Mangngi menyebut mahasiswa yang ada di kampus itu berjumlah 9.570 tersebar di 6 jurusan dan 17 program studi, yang terdiri dari 8 program studi Diploma III, dan 8 program studi Diploma IV serta satu program studi Magister. (fan)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved