Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 19 Oktober 2023, Tidak Bermuka Dua
Yesus mengecam orang Farisi yang dalam praktek hidup agama mereka lebih mengutamakan hal-hal lahiriah yang tampak dan mengabaikan kemurnian batin
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul : Tidak Bermuka Dua.
Kali ini RP. John Lewar SVD menulis Renungan Harian Katolik Hari Biasa Pekan XXVIII merujuk pada Roma 3: 21-30, Mazmur 130: 1-2.3-4b.4c-6 dan Injil : Lukas 11: 47-54.
Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Katolik yang ditulis, RP. John Lewar SVD hari ini.
Saudari – saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Dalam Injil hari ini, Yesus mengecam sikap mendua dari kaum Farisi dan para ahli Taurat yang menuntut bagi orang-orang lain standar hidup yang mereka sendiri tidak mau penuhi. Ia tidak mau mentolerir sikap munafik mereka yang justru lebih mementingkan hal-hal luaran dan ritual-ritual dangkal.
Mereka tidak peduli dengan apa yang ada di dalam; membayar persepuluhan tetapi mengabaikan keadilan, mencari penghormatan, menjadi seperti kuburan yang
bersih di luarnya tetapi dalamnya penuh dengan kotoran.
Yesus mengecam orang-orang Farisi yang dalam praktek hidup agama mereka lebih mengutamakan hal-hal lahiriah yang tampak dan mengabaikan kemurnian
batin yang justru membuat mereka menjadi orang-orang sombong dan Munafik.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 18 Oktober 2023, Kerajaan Allah Sudah Dekat
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 18 Oktober 2023, Tuhan Panggil dan Percaya Bahwa Kita Bisa
Mereka mengabaikan keadilan dan kasih Allah demi bentuk-bentuk kesucian luaran. Mereka sombong dan merasa diri penting sebagai kelompok pemimpin dalam masyarakat Yahudi. Karena apa yang mereka praktekkan itu, mereka justru menyesatkan orang-orang yang semestinya mereka bimbing menuju pada Allah.
Yesus juga mengecam ahli Taurat, karena meletakkan beban berat di pundak orang sementara mereka sendiri tidak mau menanggungnya Yesus tampil dengan garang. Ia mengecam cara hidup orang-orang Farisi dan ahli Taurat dengan keras bahkan menyakitkan.
‘Celakalah kalian’. Kata-kata ini tidak hanya bernada mengecam, namun juga ada nada mengutuk. Ia tidak takut mengkritik mereka yang dihormati sebagai pimpinan agama Yahudi. Ia tidak merasa terganggu dengan konsekuensi-konsekuensi yang harus dihadapiNya, seperti diintai dan dibanjiri dengan rupa-rupa soal.
Yesus bersikap tegas terhadap kesalahan. Ia tidak pernah mau berkompromi dengan si jahat. Ia menolak, Ia mengusir dan Ia mengutuk. Kata celaka mengingatkan kita bahwa ada sesuatu yang serius dan perlu disikapi. Jika tidak, hidup kita bisa benar-benar celaka Pertama kejahatan itu candu dan mengikat.
Sekali kita melakukannya maka kita masuk ke dalam lingkarannya, ketika seseorang masuk di dalamnya, maka cara berpikir pun dirusak dan akhirnya lahirlah aksi yang merusak segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Meski demikian, kita bisa luput darinya.
Kita luput, jika kita tidak mendekat dan masuk dalam lingkarannya, kita luput jika menyadari dan bersikap bijak terhadapnya, kita luput bila memiliki iman yang teguh dan sikap tegas terhadapnya, kita luput bila selalu berjalan bersama Yesus Sang Guru kebenaran.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 18 Oktober 2023, "Pewarta"
Kedua, si jahat selalu menjebak dengan cara yang manis. Sebagus apapun ajaran, sebijak apapun nasehat, jika dimiliki oleh hati yang jahat, itu adalah jebakan menuju yang buruk. Kita diingatkan oleh orang-orang yang selalu mencari kesalahan Yesus, mereka itu berpendidikan dan mengikuti banyak hal, tetapi itu menjadi alat kemunafikan.
Contemplasi;
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.