Berita NTT

Dalam Sebulan, 5,4 Juta Penduduk NTT Butuh 52 Ribu Ton Beras

saat ini persediaan produksi beras di NTT sekitar 300 ribu ton. Dalam sebulan membutuhkan 52 ribu ton beras bagi 5,4 juta jiwa penduduk NTT.

Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lecky Koli (tengah) saat memberikan arahan kepada peserta Knowledge Sharing Meeting program READSI di John's Hotel Kupang pada Selasa, 3 Oktober 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG -  Sebanyak 5,4 juta jiwa penduduk di Provinsi NTT membutuhkan 52 ribu ton beras dalam satu bulan.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lecky Koli menyampaikan, saat ini persediaan produksi beras di NTT sekitar 300 ribu ton. Dalam sebulan membutuhkan 52 ribu ton beras bagi 5,4 juta jiwa penduduk NTT. 

Jika NTT memiliki stok beras di masyarakat, distributor, penggilingan, cadangan beras pemerintah di gudang Bulog sebanyak 300 ribu ton maka bisa bertahan untuk 6 bulan ke depan seandainya tidak ada gejolak pasar yang berarti untuk menyongsong persediaan beras menuju panen berikutnya.

"Kita yang berada di komunitas pertanian, bertanggung jawab untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa beras kita itu baik-baik saja. Tidak ada masalah, sehingga tidak perlu panik menimbulkan reaksi berlebihan terhadap kondisi akibatnya pasar bergejolak memberikan indikasi tidak baik, tidak kondusif untuk kepentingan dalam negeri ya apalagi itu terjadi. Kita nanti bulan Januari Februari itu agak rawan. Oleh karena itu stok kita dapat bantuan China itu 1 juta ton saja, kita punya kebutuhan satu bulan itu 2,5 juta ton untuk makan rakyat Indonesia," jelas Lecky saat membuka Knowledge Sharing Meeting program READSI di John's Hotel Kupang pada Selasa, 3 Oktober 2023.

Baca juga: Kurangi Ketergantungan Beras, Penjabat Bupati Lembata Matheos Tan Imbau Warga Makan Pangan Lokal

Produksi di sektor pertanian sangat berat. Laju konversi lahan pertanian ke non pertanian pertanian cukup tinggi di Indonesia, kemudian penurunan produktivitas lahan, kesuburan lahan mengakibatkan penurunan produktivitas lahan per satuan luas juga semakin hari semakin menurun, bahan kimia semakin hari semakin mahal dan semakin sulit didapatkan, daya beli masyarakat pasca Covid-19 mempengaruhi kapasitas produksi pertanian secara keseluruhan. Produksi berkurang, manusia bertambah mengakibatkan defisit yang menimbulkan isu global.

Hal ini membutuhkan upaya untuk menggunakan inovasi teknologi menyiasati laju pertumbuhan penduduk tidak sebanding dengan laju pertumbuhan pangan, ada inisiasi yang dilakukan. Sehingga seluruh penduduk dunia memperoleh akses pangan, sehingga ada daerah surplus dan defisit.

Di NTT sendiri ada kabupaten surplus dan kabupaten defisit. Ini yang harus diatur manajemen distribusinya supaya daerah surplus  membantu daerah defisit. Ini semua berkaitan dengan peran distribusi pangan agar semua bisa mendapat akses pangan. "No one left behind. Tidak ada satu pun yang tertinggal dalam pembangunan bangsa dan pembangunan manusia itu sendiri,"ungkapnya. (dhe)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lain di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved