Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Selasa 26 September 2023, Yang Mendengarkan Sabda Allah dan Melaksanakannya

Hari ini gereja menyajikan kepada kita inpirasi kitab suci yang membuka jalan bagi kita untuk selalu belajar dari Tuhan sendiri

Editor: Edi Hayong
Foto Pribadi
RENUNGAN - Renungan Harian Katolik Bruder Pio Hayon SVD Selasa 26 September 2023 berjudul 'Yang Mendengarkan Sabda Allah dan Melaksanakannya' 

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul 'Yang Mendengarkan Sabda Allah dan Melaksanakannya'.

Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik pada Hari Selasa Biasa XXV  ini merujuk Bacaan I: Ezr. 6:7-8.12b.14-20 dan Injil:Luk.8:19-21

Berikut ini teks lengkap Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Mendengarkan adalah sebuah tindakan untuk mendengar sesuatu secara serius dan penuh perhatian. Semua makluk yang memiliki telinga dengan sendirinya mampu mendegar.

Namun mendengar saja itu pasti umum saja tetapi mendengarkan itu mengandung satu nilai lebih karena menitiberatkan pada sikap seseorang dalam mendengar.

Di sana ada sikap perhatian dan keseriusan.  Karena tindakan mendengarkan itu selalu bernuansa timba balik atara yang memberi dan yang menerima. Kekuatan dari mendengarkan adalah sikap kesetiaan dan kerendahan hati.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini, gereja menyajikan kepada kita inpirasi kitab suci yang membuka jalan bagi kita untuk selalu belajar dari Tuhan sendiri.

Kitab Ezra yang kita dengarkan selama sepekan ini memberi kita petunjuk tentang kesetiaan umat Israel yang sudah sekian lama di wilayah diaspora diberi semangat untuk harus kembali ke Yerusalem untuk membangun Kenisah bagi Tuhan, pusat relasi iman mereka kepada Yahwe.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 25 September 2023, Pelita

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 25 September 2023, Terang Dunia

Sebagai sebuah bangsa, mereka diingatkan untuk kembali membangun pusat kehidupan iman mereka agar semua mereka dapat berkumpul kembali dalam rumah Tuhan sebagai pusat kehidup iman mereka sebagai satu bangsa yang telah menjadi bangsa pilihan Allah.

Kesetiaan dan kerendahan hati bangsa Israel untuk kembali ke Yerusalem untuk membangun Rumah Tuhan adalah tanda kebenaran iman mereka kepada Yahwe.

Dan titah raja untuk membuat mereka bergerak kembali kepada Tuhan adalah sebuah gerakan kesetiaan dan kerendahan hati bangsa Israel yang selalu mendengar firman Yahwe dan siap untuk melaksanakannya melalui titah raja.

Hal yang sama ini juga hendak disampaikan oleh Yesus kepada kita pada hari ini. Ketiak ibu dan saudara-saudarinya ada di luar dan hendak mencariNya, orang-orang itu pun menyampaikanya kepada Yesus:  “Ibu dan saudara/imu mencari Engkau.” Dan Yesus menjawab mereka: “Ibu dan saudara/iKu ialah mereka yang mendengarkan firman dan melaksanakannya.”

Jawaban Yesus memang mengejutkan semua orang yang mendengarkan apa yang dikatakan Yesus. Bagi orang Yahudi, keluarga adalah harta yang tak ternilai harganya. Bersatunya satu keluarga adalah tanda kehadiran Allah dalam keluarga itu sendiri.

Bahkan seperti kata nabi Ezra, semua orang yang telah berada di luar Yerusalem untuk kembali dan membangun Kenisah di Yerusalem, berarti juga kembalinya semua anggota keluarga itu untuk bersatu kembali sebagai satukeluarga di Yerusalem. Kebenaran ini tertanam sangat kuat. Maka saat ketika Yesus “sepertinya” membantah pemikiran ini pasti mendapat reaksi yang kurang baik.

Dan mungkin diantara kita juga berpikir demikian bahwa Yesus sepertinya tidak menghargai ibu dan saudara/inya yang sedang mencarinya. Namun pada saat yang sama Yesus juga mau memberikan arti yang sesungguhan sebagai sebuah keluarga baik itu ibu atau saudara/i dalam perspektif yang lebih mendalam dan kuat.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 25 September 2023, Tiga Cara Membuat Mata Suara Hati Semakin Bersinar

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 25 September 2023, Menjadi Pelita Hidup

Kebersatuan keluarga untuk membangun Kenisah Rumah Tuhan itu kini terpatri pada diri Yesus itu sendiri. Konteks ibu dan saudara/i yang sebagai satu keluarga itu bagi Yesus tidak sekedar pulang dari tanah diaspora dan membangun pusat iman dalam bentuk Kenisah Rumah Tuhan saja tetapi lebih dari itu, adalah mereka yang mampu

Mendengarkan FirmanNya dan Melaksanakannya. Itu inti dari kebenaran iman yang sebenarnya. Yesus mengajarkan lagi kepada semua orang yang mendengarkan Dia pada saat itu akan satu konsep yang benar tentang keluarga itu sendiri, tentang ibu dan bapak dan saudara/i yang sebenarnya.

Dan orang-orang yang pertama yang sangat mendengarkan Sabda Allah, atau Firman Tuhan  atau mendengarkan Firman Yesus adalah ibu dan saudara/iNya sendiri. Mereka itulah yang sudah menjadi saksi paling nyata dalam mendengarkan FirmanNya dan melaksanakannya dalam hidup mereka.

Atau paling sederhana Yesus mau sampaikan bahwa: ibu dan saudara/iKu ini adalah contoh orang-orang yang biasa mendengarkan dan melaksanakan Firman Tuhan. Kita pun tentunya dipandang sebagai ibu dan saudara/inya Tuhan kalau kita betul-betul mendengarkan FirmanNya dan melaksanakannya.

Dan untuk bisa seperti itu, maka kita perlu belajar dari ibuNya, Maria, yang selalu setia mendengar dan melaksanakan Sabda Tuhan dalam hidupnya. Marilah kita mulai dengan mendengarkan Firman Tuhan dengan setia dan berusaha untuk melaksanakannya.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, Pertama: Tuhan adalah pusat iman kita. Kedua, kebenaran iman kita harus dibuktikan dalam hidup harian kita lewat mendengarkan FirmanNya. Ketiga, mendengarkan firman dan melaksanakannya adalah bagian dari tanda kita telah membangun “Rumah Tuhan” di dalam hati kita sendiri.(*)

Baca juga Renungan Harian Katolik Lainnya KLIK di SINI

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved