Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 4 September 2023, Tiada Nabi yang Dihargai di Tempat Asalnya

Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Tiada Nabi yang Dihargai di Tempat Asalnya.

Editor: Agustinus Sape
DOK. POS-KUPANG.COM
RENUNGAN - Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Senin 4 September 2023 dengan judul Tiada Nabi yang Dihargai di Tempat Asalnya. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Tiada Nabi yang Dihargai di Tempat Asalnya.

Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama dari 1 Tesalonika 4: 13-17, dan bacaan Injil Lukas 4: 16-30.

Di bagian akhir Renungan Harian Katolik ini dilampirkan pula teks lengkap bacaan Senin 4 September 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Tempat asal tentu saja menjadi tempat yang akan dirindukan selalu karena kita dilahirkan dan dibesarkan di tempat asal kita. Semua hal yang telah terjadi itu menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Maka keinginan untuk kembali ke rumah, ke tempat asal adalah satu keinginan terbesar dalam hidup kita.

Namun kadang setelah berlalunya waktu, tempat asal bisa menjadi tempat yang asing lagi buat kita karena sudah lama tak pernah berkunjung.

Asing terhadap orangnya juga terhadap tempat dan situasi baru yang tak pernah kita alami lagi.

Namun apa pun itu, tempat asal selalu menjadi tempat paling nyaman untuk mengenangkan kembali situasi kita sebelumnya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 3 September 2023, Rahasia Messias, Rahasia Jalan Salib

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Kisah tentang Yesus ditolak di tempat asalNya, Nazareth menjadi bacaan yang sering kita baca dan renungkan.

Kisah ini ketika kita baca bahkan berulang-ulang pun kita pasti tetap merasa tidak percaya akan sikap orang sekampungNya.

Kisah ini sebenarnya berawal dari tugas Yesus sebagai seorang Rabi untuk membacakan teks Kitab Suci pada hari Sabat dan memberikan wejangan sebagaimana lazimnya sebagai seorang Rabi umumnya.

Semua orang juga tahu bahwa semua anak laki-laki bangsa Yahudi yang dewasa sudah belajar Taurat dengan baik sejak mereka masih remaja.

Dan Yesus tentu sudah pelajari juga sampai Dia dipandang layak untuk menjadi seorang Rabi untuk bisa mewartakan Firman.

Ketika kita melihat lebih mendalam, dari kisah itu kita lihat bahwa pada awalnya mereka sangat tertegun dan sangat berminat karena Yesus mengajarkannya dengan sangat luar biasa bahkan mereka sendiri membenarkan apa yang disampaikan oleh Yesus dan menjadi heran karena kata-kata yang indah yang diucapkan oleh Yesus.

Kata heran ini mengandung pengertian “tidak masuk akal” atau “tidak bisa diterima” orang seperti ini bisa melakukan hal-hal itu.

Dan mereka mengenal Yesus sebagai salah satu dari mereka di kampung Nazareth ini, “Bukankah Dia anak Yusuf?”

Konteks kalimat mereka sebenarnya sudah mewakili konteks orang Nazareth pada umumnya dan situasi sosial dan ekonomi masyarakatnya.

Secara sosial, Nazareth dipandang sebagai kampung kecil dan tak dikenal orang.

Secara sosial mereka juga dianggap sebagai masyarakat kalangan bawah saja karena kebanyakan mereka hanya bekerja sebagai petani atau nelayan saja.

Tidak ada yang luar biasa. Maka bagi mereka dan juga dipercaya oleh mereka bahwa nabi-nabi besar dan Mesias itu tak mungkin berasal dari Nazareth. Itu isapan jempol saja.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 4 September 2023, Mengenal Yesus Lebih Dalam

Bagi mereka konteks Nazareth tidak mugkin masuk dalam tatanan rencana Allah untuk manusia.

Jadi ketika mereka mendengar Yesus, mereka lalu menjadi heran sekali karena tak mungkin itu bisa terjadi. Maka mereka menolak Yesus.

Mereka menolak karena setelah membaca kitab Yesaya yang berbicara tentang penggenapan akan janji Allah seorang Mesias bagi bangsa Israel dan Yesus menyebutkan diriNya sebagai penggenapan akan firman yang mereka dengar dari Yesaya itu. Bagi mereka, ini palsu karena dalam pandangan mereka Mesias itu tak pernah berasal dari Nasareth.

Dalam konteks inilah, Yesus ditolak oleh orang-orang sekampungnya.

Dan Yesus pun membenarkan itu, “Aku berkata kepadamu, sungguh tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”

Yesus tahu bahwa orang-orang seasalnya menolak Dia, tetapi tetap saja Yesus mengajarkan firman itu kepada orang-orang seasalnya.

Dalam konteks ini, bagaimanan dengan kita? Ada banyak orang yang ada di sekitar kita yang punya banyak kemampuan dan bisa jadi memiliki talenta atau karunia tertentu yang luar biasa.

Namun kadang kita secara langsung membuat penolakan karena melihat status orangnya, tempat asalnya, pendidikannya, dan seterusnya.

Dan kita selalu membanding-bandingkan atau begitu gampang untuk menilai orang lainnya tidak layak mendapatkan itu.

Hal-hal begitu hanya bisa terjadi di kalangan orang lain. Kita lalu menjadi begitu cemburu dan membuat penolakan.

Sikap menolak itu terjadi karena kita sendiri tidak tinggal dalam Roh dan Kebenaran. Karena hanya dalam Roh dan Kebenaran itulah kita akan bisa mengenal karya Allah dalam hidup kita.

Sekarang ini kita gampang sekali jatuh ke dalam menghakimi atau mempersalahkan orang lain padahal kita sendiri juga tidak mengerti.

Mari kita belajar dari Yesus untuk selalu tinggal dalam Roh dan Kebenaran karena Yesus selalu hidup dalam Roh dan Kebenaran itu.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 4 September 2023, Tuhan Tidak Tutup Mata

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Pesan untuk kita, pertama, hidup selalu dalam Roh dan Kebenaran agar kita selalu dituntun dalam jalan yang benar.

Kedua, walaupun kita ditolak, kita harus tetap mewartakan firman Tuhan.

Ketiga,jangan pernah menghakimi atau cenderung mempersalahkan orang lain karena kita juga  pasti punya kesalahan, maka hiduplah dengan apa yang kita punyai dan bukan karena tekanan atau karena apa kata orang tentang kita.

Teks Lengkap Bacaan 4 September 2023

BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Senin 4 September 2023.
BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Senin 4 September 2023. (Dok. POS-KUPANG.COM)

Bacaan Pertama – Tesalonika 4:13-17a

“Mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan oleh Allah bersama Yesus”

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika:

Saudara-saudara, kami ingin agar kalian mengetahui tentang orang-orang yang sudah meninggal dunia, supaya kalian jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

Karena kalau kita percaya bahwa Yesus telah wafat dan bangkit, maka kita percaya juga bahwa semua orang yang telah meninggal dunia dalam Yesus akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus.

Hal ini kami katakan kepadamu seturut sabda Allah ini. Kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali takkan mendahului mereka yang sudah meninggal.

Sebab pada waktu tanda diberikan, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, Tuhan sendiri akan turun dari surga. Dan mereka yang telah meninggal dalam Kristus Yesus akan lebih dahulu bangkit.

Sesudah itu kita yang hidup dan masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Kristus di angkasa.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan – Mzm. 96:1.3.4-5.11-12.13

Refr. Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil.

1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa, kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.

2. Sebab mahabesarlah Tuhan, dan sangat terpuji, Ia lebih dahsyat daripada segala dewata. Sebab segala allah para bangsa adalah hampa, tetapi Tuhan, Dialah yang menjadikan langit.

3. Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai.

4. Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.

Bait Pengantar Injil – Lukas 4:18

Refr. Alleluya.

Roh Tuhan menyertai aku; Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik kepada orang-orang miskin.

Bacaan Injil – Lukas 4:16-30

“Aku diutus menyampaikan kabar baik kepada orang miskin. Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya”

Inilah Injil suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.

Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin;

dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”

Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri.

Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.

Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.

Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.

Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.

Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved