Berita NTT
Julie Laiskodat Pelaku UMKM di NTT Masih Kesulitan Modal
Saat awal menjabat sebagai Ketua Dekranasda NTT, Julie Laiskodat melihat ada potensi budaya dalam tenun dan rata-rata penenun sudah tua
Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Ketua Dekranasda NTT, Julie Laiskodat mengatakan, pelaku UMKM di NTT khususnya potensi tenun masih kesulitan modal.
Saat awal menjabat sebagai Ketua Dekranasda NTT, Julie Laiskodat melihat ada potensi budaya dalam tenun dan rata-rata penenun sudah tua dan anak muda tidak mau menenun karena dianggap menenun tidak bisa mendapatkan uang atau penghasilan.
Hal ini mengakibatkan anak muda memilih menjadi pekerja imigran atau Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Padahal, menurut Julie Laiskodat, potensi tenun merupakan budaya yang ditinggalkan leluhur yang diyakini bisa untuk mensejahterakan anak cucu.
Baca juga: Masa Jabatan Hampir Selesai, Julie Laiskodat Titip 3.500 PAUD
Kemudian kendala yang dialami adalah modal. Karena pembuatan tenun harus handmade, sehingga membutuhkan modal cukup besar untuk membeli alat tenun dan benang. Banyak sekali ditemukan benang-benang luntur, hal ini cukup sulit ditemukan di NTT menggunakan benang dengan pewarna alami.
"Jadi ada beberapa program yang kita masuk ke sekolah-sekolah khususnya SMK, kita kasih benangnya, kita kasih tenunnya, lalu habis tenun sesuai standar kita, dijual kembali kepada kita. Jadi dari kecil pun mereka sudah bisa cari uang," ungkap Julie saat menjadi pembicara dalam Talkshow Pentahelix Insight : Pengembanagn UMKM Berbasis KKP (Korporatisasi, Kapasitas, Pembiayaan) dalam Exotic Tenun Fest (ETF) 2023 di Atrium Lippo PLaza Kupang pada jumat, 25 Agustus 2023.
Selama lima tahun masa kepemimpinanya sebagai Ketua Dekranasda NTT, pada 2018 hingga 2019, ia mengklaim mencari potensi di NTT yang tersebar di 22 kabupaten/kota dan 3.457 desa.
Baca juga: 10 Anak NTT Dapat Beasiswa Pendidikan Penuh dari Julie Laiskodat, Maria Dijemput Fortuner
Setelah itu di tahun 2020 dan 2021, dari potensinya tersebut, mereka difasilitasi dan dibantu banyak oleh Bank Indonesia (BI) dan juga jajaran para perbankan yang ada di NTT untuk mencapai standar produk UMKM yang dibutuhkan pasar.
"Salah satu contoh mungkin potensinya itu pisang tetapi pisangnya itu biasanya mereka bikin keripik masih pakai tangan, jadi tebal tipis-tebal tipis taruh di plastik, lalu ditutupnya pakai lilin, nah akhirnya kita bawa ke rumah, besoknya sudah melempem, jadi yang kayak gitu-gitu kita selama dua tahun di 2020 -2021 untuk bagaimana meningkatkan standarisasi produk-produk UMKM," kenang Julie.
Ia mengatakan, produk UMKM yang hadir dalam EFT 2023 hampir semuanya sudah bekerja sama dengan Dekranasda NTT. Karena dua tahun ini menurutnya produk UMKM tersebut sudah terstandar baik tenun maupun kuliner, di 2021-2022 bagaiman UMKM NTT menargetkan pangsa pasar tenun sendiri salah satunya PNS wajib mengenakan tenun setiap Selasa dan Jumat yang diajukan Dekranasda NTT kepada Gubernur NTT.
"Saya apresiasi Pemerintah Provinsi NTT, mereka itu punya aturan Gubernur, sabun cuci tangannya pun sudah dari produk UMKM kita. Lalu, teh kelor maupun kopi NTT. Itu pangsa pasar yang kita kunci. Sebagai pemerintah kan kita bisa kunci seperti itu," lanjutnya.
Baca juga: Anggota DPR RI Julie Laiskodat Bersama KKP Serahkan 1000 Paket Sembako kepada Nelayan di Ende
Di luar itu, Dekranasda NTT bekerja sama dengan KADIN NTT untuk membuka pangsa pasar kelor karena salah satu produk kelor terbaik di dunia yaitu kelor NTT.
Kelor sebagai makanan pemberantas stunting dan gizi buruk juga menjadi pangsa pasar kelor bagi UMKM dengan mewajibkan rumah tangga-rumah tangga bisa dikonsumsi dan mimpi ini dicapainya saat ini.
Ia juga mengapresi BI NTT yang telah mengikutsertakan dalam EFT selama tiga tahun berturut-turut hingga UMKM naik kelas seperti saat ini. (dhe)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.