Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Jenderal TNI Purn Andika Perkasa: Sering Dimarahi Presiden Jokowi

Kekesalan Presiden Jokowi menjadi cerita yang tidak terlupakan bagi Andika Perkasa saat menjabat Komandan Paspampres.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM
Mantan Panglima TNI (Purn) Andika Perkasa dan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta Pusat, Rabu 23 Agustus 2023. 

Satu sisi beliau harus terlihat normal bagian dari kegiatan masyarakat. Jangan membuat keribetan hanya karena beliau presiden datang akhirnya mereka merasa risau harus diperiksa. Apalagi di pasar lapak mana yang nggak ada pisaunya.

Akhirnya kita mengandalkan pagar betis dan mengandalkan radio. Perintah itu harus benar-benar akurat dan real time.

Pak Andika bisa cerita mengapa Presiden Jokowi tidak menginginkan rangkaian kendaraannya terlalu panjang dan tidak terlalu noise?

Itulah jadi rangkaian kendaraan yang diserahterimakan dari Mas Doni itu kan macam-macam, mulai sweeper polisi, protokol Istana, sekretariat militer, ada mobil perbaikan kendaraan, belum lagi ambulans, yang saya ingat 22 kendaraan.

Pertama beliau begitu minta tidak ingin rangkaian panjang karena menganggu di jalan. Presiden Jokowi minta jalan tidak perlu ditutup. Itu butuh waktu saya ingat itu nggak mudah karena perangkat ini sudah menjadi kebiasaan.

Jadi untuk mengubah itu lupa lagi perempatan ditutup. Saya ingin perempatan ditutup hanya 100 meter begitu rangkaian mau melintas.

Rupanya bohong, karena kelihatan panjangnya antrean ini pasti sudah setengah jam ditutup. Dan kita hilangnya ambulans, yang saya ingat rangkaian enam. Yang tidak bisa dihapus namanya security 1 isinya paspampres semua, security 2 dibelakangnya dengan saya.

Jadi rangkaian kendaraan empat paling minimal. Enam dengan mobil polisi. Begitu sederhana rangkaian Presiden Jokowi.

Sebelum purna tugas Pak Andika punya tugas mengmankan KTT G20 di Bali? Saya nonton video ketika Anda melakukan inspeksi lalu menanyakan prajurit yang berendam di hutan bakau apa sih ceritanya?

Kalau detail itu kebiasaan karena sejak masuk 40 tahun lalu dilatih mimpin regu 9 orang. Kemudian ditambah terus anggotanya.

Jadi perintah itu harus langsung saja sebab latar belakang prajurit kita berbeda-beda ya mungkin setingkat SMA, ada yang SMK. Begitu beragam sehingga tingkat pemahamannya juga berbeda.

Kita ngomong gini dari 9 anak buah yang 5 paham tapi yang 4 bekum tentu. Karena pengalaman lah yang mengajarkan saya harus detail.

Untuk pengamanan KTT G20 sudah dari awal kita persiapannya setelah tinjau lapangan oke berarti pasukan kita taruh di hutan mangrove. Kan venuenya ada hutan mangrove, Garuda Wisnu Kencana (GWK), ada kemudian Nusa Dua Bali Beach Convention dan beberapa rumah sakit.

Di situ kita plot, khususnya di hutan mangrove yang terbuka ini semakin rawan karena kalau di dalam gedung makin enak. Kalau mangrove kan nggak ada gedung orang jauh dia bawa sniper bisa.

Kebetulan di hutan mangrove nggak kelihatan jalur dan ada akses dari lautan lepas. Saya nggak mau ambil risiko. Di hutan mangrove itu jarak setiap 50 meter ada pos.

Dan kita masuk posisi hari H-10. Nggak bisa kita tunggu sampai hari H. Karena kita harus sudah masuk dan memeriksa siapa yang keluar masuk kawasan hutan mangrove.

Masalahnya kalau hutan mangrove pasang surut, begitu pasang hampir setengah pohon terendam. Begitu surut ya gak pernah kering. Karena pengalaman dulu waktu latihan komando ada materi survival di Cilacap hutan bakau mangrove.

Kita bangun batang-batang pohon itu ceper supaya kita bisa duduk. Boro-boro tidur bayangin kalau tiga hari kita disitu neggandul. Makanya dibuatlah para-para di atas titik tertinggi pasang.

Ketika masih di Akabri Pak Andika konon mempunyai cita-cita menjadi KSAD?

Iya waktu saya daftar kan ada lima tes fisik akademik psikotek, kesehatan dan mental. Ada pertanyaan cita-cita apabila diterima ya saya tulis KSAD.

Kalau boleh tahu gelar Pak Andika kan banyak? Apakah memang hobi sekolah?

Dari kecil sebetulnya cita-cita saya mau menjadi arsitek karena Bapak saya lulus Teknik Sipil ITB. Dan kerjanya di Angkatan Darat korps seni yang membidangi konstruksi jalan, jembatan, bangunan.

Saya kepenginnya itu, begitu mau naik kelas tiga tahu betapa sulitnya orang tua saya cari uang. Saya melihat orang tua kesulitan membiayai kakak-kakak saya kuliah.

Melihat adik-adik saya bagaimana nanti apakah bisa dikuliahkan. Saya langsung berpikir ingin sekolah tapi yang gratis. Jadi keinginan itu memang dari dulu. Bagi saya kita nggak akan maju kalau nggak sekolah.

Menjadi attitude saya akhirnya. Begitu ada kesempatan seleksi semacam LPDP begitu jadi apapun tingkatan saya ikut.

Gelar akademis itu apakah membantu amanah yang dijalankan di kedinasan tidak?

Tentu membantu, sekolah militer juga di luar negeri. Sekolah umum bidang yang saya ambil terdekat dengan profesi sebagai militer.

Sangat memberikan support atas amanah yang saya jalankan dikedinasan. Pengetahuan saya dapat dari sana. (tribun network/reynas abdila)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved