Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Kepala BPIP KH Yudian Wahyudi: Dicari Megawati di Yogyakarta
Proses penunjukkan KH Yudian Wahyudi menjadi Kepala BPIP menarik karena tidak melewati tahap penyerahan CV dan tes.
Tapi begini yang menariknya betapa hebatnya Bu Megawati dan Pak Presiden Jokowi ya. Saya ini mohon maaf tidak pernah melamar kepala BPIP. Jadi saya ndak pernah nyerahin CV dan ndak pernah ditest.
Saya dicari dan ditawarin setelah itu SK dikasih ke saya seminggu atau delapan malam sebelum dilantik. Itu jabatan setingkat menteri diantar. Sampai hari ini demi Allah ndak ada orang yang minta uang ke saya.
Di sini saya mau tunjukkan kehebatan Bu Mega dan Pak Presiden Jokowi.
Memang sebelum saya menjadi Kepala BPIP mungkin ada yang dibaca oleh Bu Mega ataupun Pak Presiden ya. Itu salah satunya saya mendirikan Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara.
Waktu itu saya sebagai rektor (UIN Sunan Kalijaga), saya mohon maaf gelisah, kok saya melihat kampus ini akan dibawa ke arah lain oleh orang-orang yang saya tidak tahu tapi berada di luar kampus.
Oleh karena itu saya membuat kebijakan bahwa saya mau membina mahasiswi yang memakai cadar. Saya khawatir mereka ini tertipu. Jadi saya ingin menyelamatkan mereka supaya mereka jangan melawan negara.
Karena melawan negara di manapun itu tidak dibenarkan. Kemudian kan menjadi isu nasional. Akhirnya saya cabut kebijakan itu. Di sisi lain saya ditugasi untuk menjadi ahli di dalam persidangan soal pembubaran HTI.
Disitu saya tampil sebagai saksi ahli di PTUN Jakarta Utara menjelaskan masalah khilafah. Kemungkinan dari situlah Bu Mega melihat siapa pengganti dari yang mengundurkan diri Kepala BPIP.
Kira-kira begitu akhirnya ketemu saya, dan uniknya saya ulang dengan segala hormat, ibu Mega itu mencari saya ke Yogya bukan saya dipanggil ke Jakarta.
Jadi Bu Megawati mendatangi langsung Pak Yudian ke Yogkarta?
Iya saya diminta ke Bandara, maksud saya mestinya saya aja dipanggil ke Jakarta. Berdasarkan rekomendasi Bu Mega itulah kemudian Presiden mencari saya ke Yogya.
Saya bilang ke Mensesneg Pratikno sebaiknya saya yang berangkat ke Jakarta. Saya ditanya apakah bersedia, dan saya jawab sangat siap.
Pada waktu itu Pak Yudian belum kenal dengan Bu Megawati dan Pak Jokowi?
Saya mohon maaf memang ndak ada koneksi apapun. Bu Mega jadi Wakil Presiden saya tahu, Bu Mega jadi Presiden saya tahu. Waktu itu Bu Mega sebagai Wakil Presiden ke New York, saya ikut di situ. Tapi mosok ibu paham saya, ya ndak yo. Pak presiden juga demikian.
Cuma pernah saya sebagai Rektor diundang ke Istana dari perguruan tinggi keagamaan negeri termasuk yang Islam. Itu kalau foto bersama Presiden tentu ada, kan namanya tamu mesti difoto bersama Presiden.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.