Berita Flores Timur

Suara Jurnalisme Warga di Flores Timur untuk Perubahan Iklim

Direktur Yayasan Ayu Tani Mandiri, Thomas Uran, mengatakan peran anak muda sangat dibutuhkan dalam menghadapi dampak perubahan iklim global.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Anak muda di Flores Timur dan Lembata diberi pelatihan jurnalisme warga menyuarakan isu perubahan iklim, Sabtu 12 Agustus 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Anak Flores Timur dan Lembata semakin matang menyuarakan isu Perubahan Iklim setelah diberi pelatihan jurnalisme warga oleh jurnalis di Pulau Flores, Provinsi NTT.

Pelatihan di Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur itu didorong agar anak muda yang tergabung dalam Lokal Champion (LC) Koalisi Pangan Baik mampu menggalang partisipasi masyarakat untuk kerja-kerja kolahoratif.

Direktur Yayasan Ayu Tani Mandiri, Thomas Uran, mengatakan peran anak muda sangat dibutuhkan dalam menghadapi dampak Perubahan Iklim global.

Baca juga: Polres Flores Timur Tangguhkan Penahanan Anak Polisi Pelaku Penganiayaan, Korban Kecewa

Thomas menjelaskan, perubahan iklim telah berdampak bagi kehidupan masyarakat. Perlu keterlibatan anak muda khususnya LC untuk mengampanyekan perubahan iklim

"Dampak perubahan iklim sudah dirasakan masyarakat kita, misalnya cuaca tidak menentu, gagal panen, hasil laut kurang, dan perubahan lain. Hal ini membutuhkan kreativitas orang muda untuk mempengaruhi masyarakat," beber Thomas.

Ia menuturkan, salah upaya menghadapi perubahan iklim adalah memperkuat ketahanan pangan lokal. Dengan begitu, ungkapnya, masyarakat tidak lagi bergantung pada pangan yang berasal dari luar daerah.

"Sudah banyak praktik baik khususnya strategi menghadapi perubahan iklim. Untuk itu kampanye yang LC lakukan selama ini harus lebih kuat lagi," ucapnya.

Baca juga: Tersangka Kasus Penganiayaan di Flores Timur Lapor Balik Korban, Ini Kata Polisi

Pater Lorens, salah satu narasumber mengatakan bahwa saat ini wajah bumi sudah berubah. Banyak mata air kering, ketersediaan air bersih kurang, tanah kering, kehilangan kepastian musim tanam, panas ekstrem pohon mati, sawah kering, dan gagal panen.

Oleh sebab itu, manusia perlu mempertanggungjawabkan perbuatannya dan mengakui kesalahan terhadap bumi. 

"Manusia harus mengakui kesalahan dan bertobat dari kebiasaan yang merusak alam. Manusia tidak boleh lepas dari sikap religius dan budaya agar tidak merusak alam," ujarnya.

Pater Lorens juga mendorong anak muda untuk berkreasi, merakit teknologi yang ramah terhadap lingkungan. 

Baca juga: Viral Guru Siksa Siswa di Flores Timur, Mengaku Salah dan Tetap Diproses Hukum

Kepala Desa Hokeng Jaya Gabriel Namang berujar, orang muda harus bergerak dan terlibat. Pemerintah pasti akan memberi dukungan melalui anggaran.

Gabriel mengakui, saat ini dampak perubahan iklim mulai terasa yang mengakibatkan produktivitas pertanian di wilayahnya menurun drastis.

Pihaknya telah melakukan berbagai program, seperti ketahanan pangan, reboisasi, pembersihan sampah, dan penanaman pucuk merah.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved