Berita NTT
Yayasan NAF Luncurkan Buku Berlatar Budaya di Riung Barat
Astrid, yang adalah teman baik Flo, ketika mengetahui Flo mendirikan yayasan yang konsen di isu budaya kemudian tertarik juga untuk menulis.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Yayasan NAF akhirnya mengeluarkan buku berjudul Ga'en Wongko Damu Dazar setelah melewati proses riset, penulisan hingga percetakan selama kurang lebih satu tahun.
Buku ini menyajikan bagaimana masyarakat adat di Riung Barat Kabupaten Ngada menjalani ritual - ritual menjelang musim tanam hingga musim panen.
Ketua Yayasan NAF dan Penulis, Nancy Agatha Florida, S.S., M.Pd dan partner penulisnya, Astrid Tehang, dalam Podcast Pos Kupang, Jumat, 4/8/2023, mengungkapkan seperti apa proses hingga akhirnya menghasilkan buku ini.
Yayasan NAF berdiri di Kupang tahun 2021 dengan konsen utamanya adalah di bidang pendidikan, kebudayaan dan juga ekonomi kreatif.
"Nah di salah satu programnya kami tentang kebudayaan itu kebetulan waktu itu kebetulan saya dekat dengan kak Astrid dan kami memang latar belakangnya sama - sama suka menulis dan saya sebelumnya tahun 2021 pernah ke Riung dan saya merasa sangat amaze dengan kondisi Riung jadi saya dalam hati itu someday saya pingin bikin buku tentang ini dan kebetulan ada peluang waktu itu oleh Dana Indonesiana, kebetulan ada peluang untuk dokumentasi maestro kemudian saya ajaklah kak Astrid untuk bergabung bikin buku ini," ujar Flo.
Baca juga: Anggota DPRD Ngada Bosko Ponong Sampaikan Utang Daerah Saat Musrenbangcam di Riung Barat
"Ga'en Wongko ini semacam tua - tua adat di Damu Dazar. Nah mereka ini kenapa penjaga budaya dan ketahanan pangan kami fokusnya di ketahanan pangan karena mereka ini mayoritas penduduknya adalah petani dan di suku Damu Dazar ini di setiap proses kehidupan terutama di dunia pertanian dari proses tanam hingga panen itu selalu ada ritual - ritual budaya dan ketika mereka tidak melakukan ritual itu pasti ada saja masalah dan saya rasa saya tertarik dengan hal tersebut jadi saya mengangkat apa saja sih ritualnya mereka dan bagaimana peran meraka apalagi sekarang sudah zaman modern sudah ada sistem pemerintahan Indonesia misalnya camat lurah RT RW tapi mereka ini masih ada di suku ini mereka punya pemerintahan sendiri juga. Ini yang menarik buat saya," jelasnya.
Damu Dazar sendiri merupakan nama suku di Riung Barat dan Ga'en Wongko adalah Ketua adat.
Penulisan buku ini tidak lepas dari beberapa sponsor yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, Dana Indonesiana dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Republik Indonesia.
"Kemudian saya dan Astrid kami membuat konsepnya dan Puji Tuhan diterima dan akhirnya bisa sampai kami melakukan penelitian lanjutan dengan tim lengkap," kata Flo.
Baca juga: Masyarakat Kecamatan Riung Barat dan Pantar Barat Laut Alor Dukung Bangun Jaringan Listrik Desa
Astrid, yang adalah teman baik Flo, ketika mengetahui Flo mendirikan yayasan yang konsen di isu budaya kemudian tertarik juga untuk menulis.
"Kayaknya sejalan nih background kita kan jurnalis juga jadi tidak jauh dengan literasi menulis. Jadi pas sharing - sharing diskusi kemudian sama - sama kita rembug arahnya bagaimana projectnya seperti apa jadi lahirlah Ga'en Wongko Damu Dazar ini," kata Astrid.
Gambar pada sampul buku Ga'en Wongko Damu Dazar, jelas Astrid, adalah tempat suci di daerah tersebut.
"Ini sebenarnya tempat paling suci di Damu Dazar. Dua batu ini namanya Watu Ame Azi, itu kayak tempat ritual dimana hasil panen itu mereka kumpulkan di sini, sebenarnya ada lingkaran di sini, mereka taruh persembahan hasil panen mereka di dalam batu ini. Nah ada semut yang keluar di batu ini, katanya kalau semut merah itu hasil panen kedepan akan bagus tapi kalau semut hitam itu hasil panennya tidak bagus," jelas Astrid.
Baca juga: Ketua Fraksi PAN DPRD Ngada: PLN Untuk Perluasan Jaringan Listrik di Riung Barat
Lanjut dia, masyarakat setempat percaya bahwa di tempat ritual tersebut ada leluhur yang menjaga sehingga seperti ada petunjuk dan dari ritual yang panjang yang dilakukan, pusatnya adalah di tempat dalam gambar tersebut.
"Dibilang tempat sakral lah jadi tidak sembarang orang berkunjung ke sini jadi kita pun waktu berkunjung ke sini ada Ketua Adat ini. Sebelum kita berkunjung ke sini ada ritual Ngampung Manuk pokoknya sebelum kita beraktivitas di kampung kita ikut ritual adat seperti belah ayam, kasih makan leluhur terus izin bahwa ada dua orang ini yang akan berkeliling di kampung jadi semuanya melalui ritual jadi kita bisa kunjungi tempat - tempat ini," ungkapnya.
Untuk penulisan buku ini sendiri, kata Astrid, sudah dilakukan survey awal sejak tahun 2021 silam.
Setelah itu, keduanya menghabiskan waktu satu bulan di Damu Dazar, membaur dengan masyarakat lokal kemudian mewawancarai para narasumber, mengunjungi tempat - tempat ritual, dimana di sana ada sembilan titik ritual yang sakral.
Baca juga: Anggota Polsubsektor Riung Barat Datangi TKP Orang Gantung Diri di Kampung Marobatong-Ngada
"Kita kunjungi, kita ambil gambar juga di sana kemudian setelah pulang dari sana kita lanjut proses menulis, itu sekitar 2 - 3 bulan karena ada kekurangan data kita lengkapi belum lagi kita beraktivitas yang lain jadi dua tiga bulan, berikutnya baru pencetakannya. Jadi dari riset sampai cetak hampir satu tahunan," ujarnya.
Buku tersebut juga didesain cukup Apik dan sangat ramah dengan mata karena lebih banyak menonjolkan warna hijau.
Desain tersebut sengaja dipilih karena sasaran buku tersebut adalah generasi muda sehingga mereka lebih tertarik untuk membaca.
Acara launching buku Ga'en Wongko Damu Dazar sendiri akan dilakukan di Celebes Resto pada Sabtu, 5/8/2023. (uzu)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.