Penyakit Ternak

Indonesia Laporkan Penyakit Kulit Menggumpal pada Sapi yang Diimpor dari Australia

Sebuah pernyataan dari kepala dokter hewan Australia Mark Schipp mengatakan Australia tetap bebas dari LSD.

|
Editor: Agustinus Sape
DAWE/Shutterstock via abc.net.au
CSIRO telah mengimpor virus hidup penyakit kulit kental. Indonesia menghentikan impor sapi Australia dari empat fasilitas ekspor. 

Menanggapi laporan dari Indonesia, John McKillop dari Dewan Penasihat Daging Merah mengatakan penting untuk mengingat Australia bebas dari LSD.

"Sistem kuat yang dimiliki Australia untuk memantau status penyakit hewan kami mendukung kami untuk berdagang di seluruh dunia," kata McKillop.

"Kami menghormati hak otoritas teknis Indonesia untuk mencari jaminan yang relevan bahwa ternak hidup yang diekspor dari Australia memenuhi persyaratan kesehatan hewan mereka. Ini termasuk bebas dari LSD."

Produsen sapi Australia sangat waspada terhadap penyakit ini sejak terdeteksi di pulau Sumatera, Indonesia pada Maret 2022.

Analisis dari Center of Excellence for Biosecurity Analysis tahun lalu menemukan 28 persen kemungkinan wabah dalam lima tahun ke depan.

Itu sebanding dengan risiko 11,6 persen untuk kaki dan mulut.

LSD hadir di lebih dari 50 negara, termasuk Rusia, China, Malaysia, Singapura, Turki, India, dan Kenya.

Ekspor daging sapi dan sapi Australia ke Indonesia bernilai hampir $900 juta pada tahun 2021-22.

Tentang penyakit LSD

Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) yang merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.

Virus ini umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau. Belum ada laporan terkait kejadian LSD pada ruminansia lain seperti kambing dan domba.

Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine.

Secara tidak langsung, penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.

Penularan secara mekanis terjadi melalui vektor yaitu nyamuk (genus aedes dan culex), lalat (Stomoxys sp, Haematopota spp, Hematobia irritans), migas penggigit dan caplak (Riphicephalus appendiculatus dan Ambyomma heberaeum).

LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia. Pada tahun 2019, LSD dilaporkan di China dan India lalu setahun setelahnya dilaporkan di Nepal, Myanmar dan Vietnam.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved