KKB Papua

Egianus Kogoya Diminta Tahan Emosi, Uang Tebusan Rp 5 M Sudah Disiapkan, Begini Kata Kapoda

Kapolda Papua, Mathius D Fakhiri meminta Egianus Kogoya menahan emosi dengan tidak mengeksekusi pilot Susi Air, Philips Mark Merthens.

|
Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM
TAHAN EMOSI - Egianus Kogoya diminta menahan emosi dengan tidak menembak atau melukai pilot Susi Air, Philips Mark Merthens. Saat ini telah disiapkan uang Rp 5 miliar sebagaimana yang diminta asalkan pilot tersebut segera dibebaskan. 

POS-KUPANG.COM - Kapolda Papua, Mathius D Fakhiri meminta Egianus Kogoya menahan emosi dengan tidak mengeksekusi pilot Susi Air, Philips Mark Merthens sebagaimana yang diultimatum sebelumnya.

Permintaan Kapolda itu merespon pernyataan KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya yang menyebutkan akan segera menembak pilot tersebut jika tuntutan yang diajukan selama ini tak digubris oleh Indonesia.

Rencana mengeksekusi pilot Susi Air itu bertepatan dengan HUT ke-77 Bhayangkara RI pada Sabtu 1 Juli 2023. Egianus menyebutkan bahwa pada 1 Juli merupakan batas akhir negosiasi terkait pembebasan tawanan tersebut.

Untuk diketahui, pilot Susi Air itu disandera KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya pada 7 Februari 2023. Penyanderaan dilakukan setelah pilot itu mendaratkan secara sempurna pesawat Susi Air di Bandara Paro, Kabupaten Nduga, Selasa pagi.

Setelah pesawat mendarat, Egianus Kogoya bersama kelompoknya tetiba bergerak mendekat. Setelah memerintahkan semua penumpang turun, pesawat itu kemudian dibakar.

Usai pesawat naas itu ludes terbakar, pilot Philips Mark Merthens yang berkewarganegaraan Selandia Baru itu pun langsung disandera.

Hingga saat ini, pilot tersebut telah disandera hampir lima bulan lamanya. Selama penyanderaan, sang pilot selalu dibawa kemana pun Egianus Kogoya bergerak.

Meski kelompok itu bergerak di wilayah Kabupaten Nduga dan sekitarnya, namun keberadaan pilot Susi Air tersebut sulit dideteksi.

Makanya, pilot yang disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya itu, hingga kini belum diketahui keberadaannya.

Baca juga: Akouboo Douw: Pilot Susi Air Bukan Musuh, Jadi KKB Papua Tak Akan Bunuh Orang yang Tak Bersalah

Sementara baru-abru ini, KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya, mengancam akan mengeksekusi pilot tersebut kalau tak ada kata sepakat dalam negosiasi tersebut.

Selama ini, untuk melakukan negosiasi, Polda Papua telah mengutus sejumlah pihak untuk berembu dengan Egianus Kogoya. Namun dari semua pembicaraan itu tak satu item yang disepakati.

Hingga akhirnya Egianus Kogoya melalui video singkat yang viral dimedia sosial menyebutkan bahwa pihaknya akan mengeksekusi Philips Mark Merthens pada 1 Juli 2023 jika tak ada kesepakatan tentang pembebasan pria berkebangsaan Australia itu.

Ancaman eksekusi itu telah berakhir kemarin, Sabtu 1 Juli 2023. Dan, hingga saat ini belum ada perkembangan terbaru mengenai kasus pilot tersebut.

Terkait ancaman tersebut, pihak maskapai Susi Air mengaku kini tengah fokus mencari informasi soal kondisi terbaru Kapten Philips.

"Saya sedang fokus mencari informasi tentang kondisi kekinian pilot," ujar pengacara Susi Air, Donal Fariz, ketika dimintai tanggapan soal kesiapan pemerintah menebus pembebasan Philips seharga Rp 5 miliar.

"Karena ultimatum eksekusi itu batasnya kemarin," tambah Donal.

Dilansir dari Kompas TV, KKB pimpinan Egianus Kogoya melalui media sosial mengancam akan menembak Kapten Philips pada Sabtu 1 Juli 2023.

Terkait ultimatum itu, Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri mengatakan, pihaknya tetap membangun komunikasi dengan keluarga Egianus Kogoya.

Tujuannya agar pihak keluarga menyampaikan kepada Egianus Kogoya untuk menahan emosi dan bisa berkomunikasi dengan aparat keamanan.

Selain itu, Mathius juga meminta Penjabat Bupati Nduga untuk membantu membebaskan sandera dari tawanan.

Kapten Philips disandera setelah pesawat yang dikemudikannya dibakar di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan, pada 7 Februari 2023.

Baca juga: Gangguan KKB Papua, Puluhan Warga Mengungsi ke Kenyam, Jalan Kaki 4 Hari 

Saat itu, pesawat tersebut mengangkut lima penumpang yang merupakan orang asli Papua (OAP).

Kapten Philips dan kelima OAP disebut sempat melarikan diri ke arah yang berbeda.

Kelima OAP telah kembali ke rumah masing-masing. Sementara itu, Kapten Philips masih disandera. 

Pilot Bukan Musuh KKB Papua

Philips Mark Merthens, pilot Susi Air yang hingga kini masih disandera Egianus Kogoya, tak akan mungkin dibunuh oleh KKB Papua. Sebab pilot tersebut bukan musuh TPNPB-OPM.

Pernyataan ini disampaikan Ketua Dewan Diplomatik dan Urusan Luar Negeri Papua Barat, Akouboo Amatus Douw, melalui keterangan tertulisnya, Jumat 30 Juni 2023.

Akouboo Amatus Douw menuliskan kalimat tersebut merespon ancaman kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya yang menyebutkan bahwa mereka akan melukai pilot Susi Air yang saat ini sedang disanderanya.

Terhadap ancaman tersebut, Akouboo Amatus Douw mengatakan bahwa TPNPB OPM pasti akan menunjukkan pada dunia bahwa mereka berkomitmen melindungi hukum dan kemanusiaan internasional.

“Mereka (TPNPB OPM) memiliki itikad baik pada kemanusiaan dan kebebasan. Mereka memiliki kebijaksanaan yang baik dalam menghormati kehidupan masyarakat, menghormati semua makhluk di planet ini sebagaimana telah mereka buktikan di tiga bulan pertama menjamin kehidupan Pilot,” kata Akouboo.

Akouboo juga menyebutkan bahwa seluruh dunia akan terperangah melihat TPNPB di bawah Egianus Kogoya mengukir sejarah bangsanya dan memiliki reputasi yang baik.

“Itu sebabnya dia sekarang mencari solusi, bukan untuk hal lain atau membunuh orang yang tidak bersalah,” kata Akouboo.

Pernyataan Akouboo itu tentunya berbanding terbalik dengan ancaman yang pernah disampaikan Egianus Kogoya yang melakukan penyanderaan terhadap Kapten Philip. Ancaman tersebut diunggah ke media sosial baru-baru ini.

Dalam video tersebut, pilot Susi Air diapiti oleh Egianus Kogoya dan pasukannya. Video tersebut dikirim juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom.

“Militer Papua kasih dua bulan lagi untuk semua negara yang lain untuk bicara dengan Indonesia untuk Papua merdeka. Kalau sudah dua bulan dan mereka tidak bicara dengan Papua, mereka akan tembak saya,” kata Philips dalam video.

Masih dalam keterangan tertulisnya, Akouboo mengatakan, pilot Philip bukanlah musuh TPNPB.

Bahkan, pasukan Indonesia sebenarnya juga bukan musuh mereka, musuh mereka yang sebenarnya adalah kolonialisme dan ilegalitas di tanah Papua.

“Dewan Diplomatik mengimbau Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan masyarakat internasional untuk memberikan dukungan serius bagi pembebasan Pilot Merthen melalui mekanisme perdamaian internasional.”

“Kami juga menyarankan semua pihak yang menginginkan pembebasan Pilot Merthens, untuk meminta Selandia Baru dan Indonesia untuk bernegosiasi dengan TPNPB OPM melalui negosiasi yang dimediasi secara internasional,” sambung Akouboo.

Akouboo mengatakan secara khusus OPM memiliki dua tuntutan utama kepada Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins.

Kepada Presiden Jokowi, Akouboo meminta agar pemerintah Indonesia menarik personel militer dan membuka hati dan pikiran untuk mendengarkan permintaan rakyat Papua Barat.

Permintaan itu yakni dilakukannya negosiasi perdamaian yang dimediasi secara internasional tentang masa depan Papua Barat dan pembebasan Philips.

Sama halnya dengan tuntutan kepada PM Selandia Baru, Akouboo meminta untuk mendengarkan permintaan OPM untuk negosiasi perdamaian yang dimediasi secara internasional.

Begini Ancaman Egianus

Diketahui, Egianus Kogoya merupakan Panglima TPNPB KODAP III Derakma Ndugama.

Egianus berbicara dalam video setelah Philips. Ia mengancam negara-negara lain untuk memaksa Indonesia untuk mengakui kemerdekaan OPM.

Ia mengatakan apabila hal itu tidak dilakukan, maka mereka akan menembak Philips.

“Kalau dari negara tidak todong ke Indonesia terus Indonesia tidak mengaku, berarti dua bulan itu lewat, maka kami akan tembak pilot,” kata Egianus.

Banyak pihak menyebutkan bahwa tenggat waktu dua bulan itu akan jatuh pada 1 Juli 2023.

Baca juga: Dua Tuntutan KKB Papua Pasti Tak Bisa Dipenuhi, Begini Kata Kapolda Papua Soal Pilot Susi Air

Tanggal 1 Juli merupakan hari yang kerap disebut sebagai hari jadi OPM.

Pada 1 Juli 1971, dua tokoh Papua Barat memproklamasikan kemerdekaan negaranya dari luar negeri. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved