Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 1 Juni 2023, Supaya Aku Dapat Melihat

Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul, Rabuni, Supaya Aku Dapat Melihat.

Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
RENUNGAN - Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Kamis 1 Juni 2023 dengan judul Supaya Aku Dapat Melihat.. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul, Rabuni, Supaya Aku Dapat Melihat.

Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama dari Putra Sirakh 42: 15-25, dan bacaan Injil Markus 10: 46-52.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Kamis 1 Juni 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.


Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Salam damai sejahtera bagi kita semua. Semua kita butuh mata untuk melihat. Jika mata sudah tak bisa melihat lagi karena berbagai masalah yang berhubungan dengan mata, maka dunia terasa gelap karena tak dapat melihat.

Maka kita bisa membayangkan bahwa teman-teman kita yang tuna netra pasti memiliki kerinduan yang sangat besar untuk melihat.

Kerinduan itu bisa muncul kapan saja apalagi ketika mendengar ada orang yang mampu memelekkan mata kita. Karena mata menjadi kebutuhan utama manusia untuk bisa mengenal dunia luar.

Maka ketika orang buta itu mendengar Yesus mengatakan tentang apa yang engkau inginkan, maka dia langsung menjawab: “Rabuni, supaya aku dapat melihat.”

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Kitab Putra Sirakh yang kita dengarkan pada hari ini memuji dan memuliakan Tuhan karena karya Tuhan yang luar biasa diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Tuhan menciptakan segala sesuatunya itu sempurna adanya. Termasuk menciptakan manusia itu sendiri.

Untuk itu Tuhan layak untuk disembah dan dipuji-puji keagunganNya.

Maka atas kesempurnaan itulah kita patut memuji Tuhan dan bersukacita karena semuanya telah diciptakanNya dengan kabaikan dan kesempurnaan.

Namun dalam kenyataannya, ketika kita sudah diciptakan secara sempurna kita malah membanggakan diri dan menghina orang lain atau menjelek-jelekkan orang lain karena ketidaksempurnaan yang dialami oleh orang lain.

Kita begitu sombong menghina orang lain dan merasa diri begitu sempurna.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved