Dukung Pariwisata Labuan Bajo, Kualitas Beras Lembor Ditingkatkan

Ia mengatakan, keberhasilan panen padi organik ini membuktikan bahwa petani bisa menerapkan pertanian alami, tanpa ketergantungan pupuk maupun obat-obatan kimia. 

Kedepan metode ini akan dilatih dan diterapkan di desa-desa lain di Kecamatan Lembor. "Harapannya juga bisa diterapkan di desa-desa di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur," pungkasnya. 

Antonius Kaus (63), seorang petani di Dusun Pong Nombong, menuturkan, sebelumnya sawah milik dia dengan luas setengah hektare menggunakan pupuk kimia. Selama menggunakan pupuk kimia Antonius harus merogoh kocek hingga Rp 1.500.000.

"Hasilnya tergantung. Kadang 1, 5 ton. Kadang juga 2,5 ton," jelas dia. 

Baca juga: Pemkab Manggarai Barat Stop Pungutan Retribusi Taman Nasional Komodo, Kehilangan PAD Belasan Miliar

Menurutnya, sebagai petani biaya Rp 1,5 juta sangat besar. Belum lagi saat padi terserang hama. Di situ, petani harus mengeluarkan biaya lebih. 

Namun di tahun 2023 semenjak menggunakan pupuk organik jadam, eco enzym dan bioska, dirinya tidak lagi mengeluarkan biaya seperti menggunakan pupuk kimia.

"Tahun ini hanya saya hanya keluarkan uang Rp 50 ribu untuk buat pupuk organik. Jauhnya beda sekali. Tidak bisa dibanding," kata Antonius.

Antonius bersyukur karena Keuskupan Ruteng dan PT Ekosis terus mendampingi para petani di dusun itu menggunakan pupuk organik menggantikan pupuk kimia. 

"Dari sisi pembiayaan, ini sangat hemat. Hasilnya juga sangat beda. Musim ini saya bisa panen lebih dari 2 ton. Beda jauh saat menggunakan pupuk kimia," pungkasnya. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS