Berita NTT

Menteri PPPA Sebut NTT Darurat Tindak Pidana Perdagangan Orang

Pasalnya hingga 24 Mei 2023, pekerja migran non-prosedural asal NTT sudah mencapai 55 orang yang ditangani oleh BP3MI NTT.

|
Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/CHRISTIN MALEHERE
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati, SE.,M.Si. didampingi Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM, Anis Hidayah, SH.,MH. memberikan keterangan pers saat memantau penjemputan jenazah pekerja migran non-prosedural di Bandara El Tari, Rabu 24 Mei 2023 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, SE.,M.Si. menilai NTT dalam kondisi darurat tindak pidana perdagangan orang atau Human Trafficking.

Pasalnya hingga 24 Mei 2023, pekerja migran non-prosedural asal NTT sudah mencapai 55 orang yang ditangani oleh BP3MI NTT.

Hal itu terungkap saat Menteri PPPA bersama Komnas HAM memantau pemulangan jenazah pekerja migran non-prosedural asal Kabupaten Belu bernama Jacob Martins (49) yang tiba di Bandara El Tari Kupang, Rabu 24 Mei 2023.

Baca juga: Dua Jenazah Pekerja Migran Non Prosedural Asal Flores Timur Tiba di Kupang

Menteri PPPA, Bintang Darmawati mengaku miris karena paspor milik pekerja migran, Jacob Martins bertuliskan Entikong Kalimantan Barat, sedangkan jenazahnya berasal dari NTT.

"Sangat miris, jenazah pekerja migran asal NTT tapi dalam paspornya tertulis Entikong Kalimantan Barat," ujar Menteri PPPA, Bintang Darmawati.

Terhadap penanganan berbagai modus TPPO, Kementerian PPPA akan berkoordinasi dengan Kemendagri terkait permasalahan data kependudukan dan catatan sipil, terutama pengawasan di setiap Dispendukcapil yang mencatat dokumen kependudukan warga negara.

Pihaknya juga bekerjasama dengan Kemendagri dan BP2MI terkait proses penganan, penempatan, dan perlindungan pekerja migran di luar negeri secara prosedural demi mencegah TPPO mulai dari hulu sampai hilir.

Terkait penanganan pencegahan TPPO di tingkat hulu dimulai dari pemberdayaan masyarakat secara ekonomi dimulai dari akar rumput.

Baca juga: Pemerintah Diminta Perkuat Kebijakan Perlindungan Pekerja Migran

Dalam hal ini, Kementerian PPPA akan berkoordinasi dengan Kementerian Desa agar mengoptimalkan anggaran desa.

"Apabila masyarakat di tingkat akar rumput sudah mandiri secara ekonomi, maka tidak mudah tergiur dengan iming-iming gaji besar untuk bekerja di luar negeri dan berpotensi menjadi korban TPPO," tegasnya.

Hal senada juga diungkapkan Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM, Anis Hidayah, SH.,MH. mengaku TPPO sebagai kejahatan luar biasa sehingga penanganannya harus luar biasa.

Anis menambahkan, perlu komitmen bersama untuk upaya pencegahan dan penanganan TPPO sehingga Tim Gugus Tugas harus bekerja maksimal.

"Komnas HAM mendorong upaya pencegahan menggunakan perspektif HAM, mengutamakan hak konstitusional warga, artinya negara punya kewajiban untuk melindungi pekerja migran agar aman dan terhindar dari kerentanan TPPO saat bekerja di luar negeri," jelas Anis.

Pencegahan TPPO harus dimulai dari hulu, terutama pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, perlu adanya gerakan literasi TPPO, khususnya melalui pemerintah RT/RW, desa serta gerakan bersama dalam mencegah TPPO. (zee)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved