Berita NTT
Adaptasi Perubahan Iklim Dengan Pengelolaan DAS Pada Wilayah Semi Ringkai
Perubahan Iklim akan berdampak signifikan pada siklus air dan menyebabkan masalah lingkungan yang parah dan bencana di daerah aliran sungai tropis
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Provinsi NTT adalah salah satu wilayah di Indonesia termasuk dalam kategori daerah dengan iklim semi ringkai dimana ada perbedaan antara musim hujan dan kemarau yang sangat menyolok.
Iklim semi-ringkai (semi-arid) adalah iklim daerah yang menerima curah hujan (presipitasi) lebih rendah dibandingkan dengan evapotranspirasi potensial dan kawasan semi-arid ini di dunia meliputi 31 persen wilayah.
Hal ini pula menjadikan Provinsi NTT sebagai provinsi yang rentan terhadap banjir dan kekeringan. Tingginya evapotranspirasi potensial (penguapan dari permukaan lahan) hampir 2x lipat dari curah hujan yang diterima.
Tentunya kondisi ini akan menjadi lebih rentan lagi dengan adanya pemanasan global dan Perubahan Iklim.
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim berpengaruh terhadap siklus hidrologi, keseimbangan air di daerah aliran sungai, dan kejadian ekstrim seperti kekeringan dan banjir.
Perubahan Iklim akan berdampak signifikan pada siklus air dan akan menyebabkan masalah lingkungan yang parah dan bencana di daerah aliran sungai tropis.
Di Nusa Tenggara Timur diketahui sebagian besar kondisi sungai merupakan kategori intermitten, yang artinya sungai yang airnya hanya ada pada musim penghujan dan saat kemarau menghilang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) suhu tahunan di muka bumi mengalami peningkatan 0,14˚ - 0,20˚C per dekade sejak tahun 1960. Di Asia Tenggara peningkatan suhu global mencapai 1,5˚ C - 2˚ C dan pemanasan global ini akan meningkat lebih besar dari 2°C.
Data yang dikeluarkan oleh BMKG untuk wilayah Indonesia akan terjadi peningkatan suhu sebesar 0,50˚C pada 10 tahun mendatang. Musim kemarau akan terasa lebih panas dan kering karena adanya penurunan curah hujan sebesar 20 persen (BMKG, 2023).
Namun jumlah hari hujan yang lebat semakin meningkat dan berpotensi terhadap timbulnya bencana hidrometeorologi. Perubahan curah hujan memiliki implikasi yang sangat penting dalam hidrologi dan sumber daya air.
Karena Perubahan Iklim, frekuensi hujan telah menjadi tidak dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu bagian dan kekeringan di bagian lain.
Perubahan pola hujan/ presipitasi di musim hujan berdampak pula pada peningkatan terjadinya limpasan/ banjir di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Nusa Tenggara Timur.
Perubahan Iklim di Nusa Tenggara Timur menjadi tantangan yang sangat unik, karena Nusa Tenggara Timur memiliki kerentanan yang begitu banyak dibanding daerah lainnya.
Bila saya urutkan maka daerah kita rentan terhadap cuaca ekstrim, banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor, letusan gunung api, angin puting beliung, badai siklon tropis, tsunami dan gempa.
Data yang dikeluarkan oleh BNBP Provinsi Nusa Tenggara Timur bahwa dalam rentang waktu 22 tahun terakhir (1999-2021) telah terjadi 843 kejadian bencana alam dengan rincian 40 persen yang diakibatkan cuaca ekstrim, 31 persen diakibatkan banjir, 11 persen diakibatkan tanah longsor dan sisanya kejadian bencana lainnya (BNBP, 2021).
Meskipun Nusa Tenggara Timur tidak termasuk dalam 7 provinsi penyumbang kejadian bencana secara nasional, namun pengurangan resiko dan potensi dampak kerugian yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin dengan upaya kesiapsiagaan yang memadai dan respon yang efektif terhadap kerentanan bencana.
Pengenalan terhadap kondisi wilayah yang rentan bencana harus sudah ditanamkan sejak dini pada anak cucu kita yang terlahir di Bumi Flobamorata ini.
Nusa Tenggara Timur memiliki 1.227 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tersebar di pulau Timor, Flores, Sumba, dan pulau kecil lainnya. Setiap DAS memiliki karakteristik yang unik dan berbeda, artinya setiap DAS memberikan respon yang berbeda terhadap hujan yang masuk ke DAS tersebut.
Perbedaan karakteristik DAS akan mempengaruhi besarnya debit banjir dari satu DAS ke DAS lainnya. Aliran puncak banjir merupakan salah satu variabel terpenting dalam pemodelan dan peramalan banjir.
Berbagai model untuk mengidentifikasi daerah rawan banjir telah banyak diterapkan di lapangan. Minimnya ketersediaan data curah hujan dan tipe pengunaan lahan seringkali menjadi kendala dalam penyusunan peta bahaya banjir.
Untuk mengatasi minimnya dan atau tidak tersedianya data hujan dalam beberapa tahun terakhir telah dilakukan sejumlah studi penggunaan data hujan berbasis satelit sebagai komplemen data hujan yang diukur di lapangan secara manual.
Perkembangan teknologi saat ini memberikan opsi lain sebagai pengganti data hujan terukur untuk dapat dimanfaatkan dalam analisis hidrologi.
Ada satu metode yang diberi nama dengan Metode Cendana untuk mengimplemetasikan daerah aliran sungai (DAS) yang rawan / berpotensi terhadap banjir di Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan 10 parameter data, meliputi Luas DAS, Panjang Sungai Utama, Kemiringan Sungai Utama, Bentuk DAS, Kerapatan Sungai, Hujan Harian Maksimum, Nilai Parameter α, Kekasaran Saluran,Tutupan Lahan, dan Nilai Curve Number.
Metode ini didukung dengan penggunaan Sistim Informasi Geografis dan peta hidrogeologi kawasan yang mudah untuk diaplikasikan pada tingkat awal meskipun data pendukung terbatas.
Pemahaman tentang DAS tidak hanya penting untuk hidrologi tetapi juga untuk banyak bidang lainnya, seperti pengelolaan sumber daya air, ilmu lingkungan, dan ekologi.
Manfaat tentang pemahaman sistim kompleksitas DAS menjadi metodologi untuk menjawab konteks tantangan ke depan dalam mengatasi perubahan iklim global, krisis dan konflik air, degradasi lingkungan dan ekosistem, di antara isu-isu lainnya.
Dampak perubahan iklim telah mempengaruhi air, energi, transportasi, pertanian, ekosistem, kesehatan serta berbagai aspek kehidupan lainnya. Konsensus umum bahwa perubahan iklim akan menyebabkan wilayah basah menjadi lebih basah dan wilayah kering menjadi lebih kering.
Isu pemanasan iklim meningkatkan kandungan uap air di atmosfer, yang dapat mengakibatkan lebih intens curah hujan dan kejadian banjir berpotensi lebih.
Untuk keberhasilan dalam pengelolaan daerah aliran sungai di wilayah semi-ringkai (semi-arid) guna adaptasi terhadap perubahan iklim maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
Cermat terhadap kondisi karakteristik wilayah dan kondisi iklim setempat: Pemahaman akan karakteristik DAS di Nusa Tenggara Timur yang unik.
Pemahaman tentang kondisi hidrometeorologi di Nusa Tenggara Timur meliputi trend perubahan iklim, pergeseran musim, kejadian cuaca ekstrem di wilayah semi-ringkai.
Cerdas dalam mengambil langkah-langkah mitigasi: Meningkatkan kualitas siklus hidrologi (meningkatkan penyerapan dan mengurangi limpasan air permukaan).
Komponen utama siklus hidrologi adalah presipitasi, evaporasi, limpasan, air tanah, dan kelembaban tanah. Maka ini sejalan yang dilakukan oleh pemerintah dengan banyak dibangun embung dan bendungan di NTT guna menampung air hujan sebanyak mungkin dan dimanfaatkan pada saat musim kemarau.
Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam langkah-langkah mitigasi dan adaptasi baik terhadap kekeringan ataupun banjir.
Cerdik dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai di wilayah semi-arid: Strategi peningkatan ketahanan air: perencanaan, pengoperasian, pemantauan dan evaluasi.
Tujuan kepada pengelolaan yang berkelanjutan dengan terus menjaga sumber daya air, tanah serta lingkungan.
Strategi kebijakan yang dibuat dalam pengelolaan juga mempertimbangkan nilai jasa lingkungan yang belum atau tidak diperhitungkan secara komersial. Termasuk penyelarasan terhadap konflik kepentingan yang bersumber dari penentuan batas-batas alamiah dan batas-batas politis/administratif.
Strategi dalam menciptakan investasi, peraturan, insentif dan perpajakan yang mengkaitkan dengan adanya interaksi antara aktivitas pemanfaatan lahan di daerah hulu dan dampak yang ditimbulkan di daerah hilir.
Kondisi di Nusa Tenggara Timur akan mempengaruhi cara kita melihat, cara kita berpikir dan cara beradaptasi terhadap wilayah yang rentan bencana. Tentunya begitu dekat potensi bencana yang ada di daerah ini, sehingga dibutuhkan juga kesiapan pemerintah beserta seluruh masyarakat untuk siap dan tanggap bencana.
Penanganan dan mitigasi terhadap bencana memerlukan banyak sumbangan pemikiran dari berbagai disiplin ilmu. Ilmu Teknik sipil tidak dapat berdiri sendiri untuk memecahkan berbagai permasalahan pembangunan infrastruktur dengan kerentanan tersebut diatas.
Kolaborasi ilmu pengetahuan dari bidang lainnya amat sangat dibutuhkan guna menghadapi dampak perubahan iklim tersebut. Kepakaran dari berbagai disiplin ilmu tentu akan lebih lengkap dengan dukungan keterlibatan berbagai stakeholder yang ada baik di lingkup pemerintahan pusat, provinsi ataupun pada tingkat kabupaten.
Seperti yang sering disampaikan oleh Presiden bahwa Pembangunan Infrastruktur sama artinya dengan membangun peradaban dan jembatan menuju keunggulan suatu bangsa.
Untuk membangun Nusa Tenggara Timur harus dimulai dengan membangun ketahanan air yang akan berhilir pada ketahanan pangan untuk menuju masyarakat lebih unggul.
Nama Lengkap: Prof. Dr. Ir. Denik Sri Krisnayanti, ST, MT
Jenis Kelamin: Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir: Pasuruan, 28 – 12 – 1975
Pekerjaan: Dosen pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana (2000 – sekarang)
Identitas Keluarga:
Nama Suami : Florianus Rio, SE
Nama Anak : Alvine Cinta Damayanti, ST, Batara Doa Megonondo, Chantra Doa Basunonda
Nama Ayah: JF. Soegondo Mulyo Dharmo, BE
Nama Ibu: Maria Andriana Rukiyati
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SD Negeri Pisang Candi 3 Malang (1981-1987)
SMP: SMP Negeri 8 Malang (1987 – 1990)
SMA: SMA Negeri 1 Malang (1990-1993)
D1- Bahasa Inggris: Universitas Brawijaya Malang (1993-1994)
S1 – Teknik Sipil : Universitas Merdeka Malang (1994 – 1998)
S2 – Teknik Sipil : Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1999 – 2002)
S3 – Teknik Sipil : Universitas Brawijaya Malang (2013 – 2016)
PENGALAMAN MENJABAT
2018 – 2022 : Sekretaris Program Studi Teknik Sipil
2022 – Sekarang : Koordinator Program Studi Teknik Sipil
KEGIATAN BIDANG JASA KONSTRUKSI YANG DITEKUNI
Asesor untuk Penilaian SKK Tenaga Terampil dan Tenaga Ahli di Bidang Jasa Konstruksi terlisensi BNSP sejak Tahun 2019 - sekarang
Asesor untuk Penilaian SKK Tenaga Terampil dan Tenaga Ahli di Bidang Jasa Konstruksi terlisensi LPJKN sejak Tahun 2007.
Narasumber/ Instruktur untuk kegiatan Bimbingan Teknis dan Pembekalan Kompetensi di Bidang Konstruksi terlisensi BNSP sejak tahun 2017
Tenaga Ahli yang sering terlibat pada pekerjaan infrastruktur keairan sejak Tahun 2005.
ORGANISASI PROFESI/ILMIAH 10 TAHUN TERAKHIR
Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Nasional (2020 – sekarang)
Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia Pusat (2020 – 2023)
Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia (ATAKI) Cabang NTT (2010 – sekarang)
Komisi Irigasi Provinsi Nusa Tenggara Timur (2021 – 2025)
Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Provinsi NTT (2019 – 2023)
Masyarakat Hidrologi Indonesia (MHI) (2019 – 2023)
Persatuan Insinyur Indonesia (PII) NTT (2019 – sekarang)
Komite Nasional Indonesia-Bendungan Besar Indonesia National Comitee on Large Dams (KNI-BB INACOLD) (2019 – sekarang)
Asosiasi Konsultan Nasional Indonesia (ASKONI) Provinsi NTT (2019 – 2023)
Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia Cabang NTT
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi NTT (2017 – 2020)
Ikatan Instruktur dan Asesor Pelatihan Konstruksi Indonesia (IALKI) Cabang NTT (2012 – 2016). (Fan)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Telkomsel, Wajah Baru Gaya Inovatif yang Menghipnotis |
![]() |
---|
Sejarah Baru, Atlet Gymnastik Pertama dari NTT Langsung Naik Podium Juara di Jakarta |
![]() |
---|
Pengamat Undana Nilai Hakim MK Tidak Berprinsip Hapus Parlemen Threshold |
![]() |
---|
Pj Bupati Kupang Ajak Pemuda Katolik NTT Sinergi dengan Pemerintah Daerah |
![]() |
---|
Mantan Gubernur NTT, Herman Musakabe Minta Warga NTT Eratkan Rasa Persatuan dan Persaudaraan |
![]() |
---|