Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 7 April 2023, Kisah Sengsara, Kisah Kasih Kehidupan
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Kisah Sengsara, Kisah Kasih Kehidupan.
Dan seperti biasanya, dari setiap perjalanan karyaNya di sudut-sudut kota di Galilea dan sekitarnya, Yesus selalu berbuat baik dan mewartakan FirmanNya.
Dan itu terus dilakukanNya sampai pada titik darah penghabisannya di atas salib.
Perkataan dan perbuatanNya selalu seimbang dalam seluruh karya penyelematanNya. Dan pada saat-saat terakhir itu, kedua pilar itu berjalan sekalian.
Kali ini Yesus tidak berbuat mukjizat atau membantu menyembuhkan orang seperti biasanya, tetapi dalam kisah sengsara ini, Dia yang menjadi obyek penderita dari kesombongan manusia.
Tindakan memikul salib dan menerima begitu banyak sesah dan pukulan serta penghinaan adalah bentuk terakhir perbuatan KasihNya kepada kita.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 6 April 2023, Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku
Bukan sekadar melakukan sebuah tindakan penyaliban seperti para penjahat umumnya, tetapi tindakan penyalibanNya adalah sebuah kisah paling paripurna dari KasihNya sendiri seperti yang sudah disampaikan dari mulutNya sendiri, “Tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sabahatnya.”
Dan Yesus sendiri melakukan itu dengan penuh ketaatan pada kehendak Bapa. Perjalanan Yesus dari taman Getzemani menuju Golgota adalah perjalanan terakhirnya sebagai bentuk perbuatan Kasih yang tanpa pamrih kepada semua manusia untuk ditebus.
Dan pada saat-saat terakhir itu, Dia masih berfirman mewartakan belaskasih Allah kepada manusia.
Tercatat dalam Kitab suci, 7 Sabda terakhir Yesus “The Last Seven Words” saat disalibkan, memberi petunjuk akan betapa kesempurnaan kisah kasih Allah kepada manusia terwujud dalam diri Yesus sendiri.
Ajaran Yesus tentang kasih langsung dinyatakan dalam kisah perjalanan salibNya.
Kita sebagai pengikut Yesus pun seharusnya seperti Yesus. Memberikan segala-galanya dan siap berkorban bagi banyak orang.
Tapi kenyataannya kecenderungan manusiwai kita adalah kita berbuat sesuatu hanya sekadarnya saja supaya orang lain tahu kita berbuat sesuatu.
Kecenderungan manusiawi kita ini perlu disalibkan dulu supaya kita pun bisa berbuat sesuatu yang baik bagi orang banyak.
Kisah sengsara kita hari ini adalah sebuah kisah kasih. Kita mungkin tak seperti Yesus. Tapi kita bisa mungkin berbuat sesuatu kebaikan dengan hal yang kecil dan sederhana saja tapi dengan kasih yang besar dan terus menerus sebagai sebuah habitus yang baik.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 6 April 2023, Kamu Harus Saling Membasuh
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.