Berita Nasional
Bocah 12 Tahun di Banyumas Diperkosa 8 Pemuda Hingga Hamil Lalu "Diusir" Dari Sekolah
Nasib pilu dialami Dini, bocah 12 tahun asal Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dini diperkosa delapan pemuda yang merupakan para tetangganya.
POS-KUPANG.COM, BANYUMAS - Nasib pilu dialami Dini, bocah 12 tahun asal Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
Dini diperkosa delapan pemuda yang merupakan para tetangganya. Mirisnya, setelah jadi korban pemerkosaan delapan pemuda, Dini juga 'diusir' dari sekolahnya karena kehamilan akibat perkosaan itu.
Dini menjadi potret bagaimana para remaja perempuan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan “menjadi korban dua kali”.
Para remaja perempuan ini pada akhirnya rentan mengalami pernikahan dini dan terjerat lingkaran kemiskinan.
“Bapak dari pihak laki-laki tidak ada bekasnya, anak saya sekolahnya hancur, masa depannya enggak tahu bagaimana, risiko melahirkan juga,” kata Wati, bukan nama sebenarnya, ketika mengulang perkataannya kepada keluarga pelaku pemerkosa anaknya.
Dilansir dari Kompas.com, Wati menceritakan kisah pilu anaknya yang menjadi korban ganda praktek ketidakadilan itu.
Wati adalah ibu dari tiga anak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Baca juga: Siswi SMA di Manokwari Diperkosa 8 Pria, Awalnya Dicekoki Miras
Keluarganya hidup pas-pasan. Suaminya berjualan dompet dengan berkeliling di pasar, sedangkan Wati adalah seorang ibu rumah tangga.
Selama ini, dia berharap masa depan ketiga anaknya akan lebih baik. Tetapi, harapan itu seakan diempaskan pada suatu pagi di pengujung 2022. Putri keduanya, Dini (bukan nama sebenarnya) yang baru berusia 12 tahun, hamil.
Kecurigaan itu muncul setelah Dini terlambat menstruasi selama dua bulan.
Wati meminta putri sulungnya membeli alat tes kehamilan di apotek. Hasilnya, Dini positif hamil. Remaja yang baru duduk di bangku kelas 1 SMP itu diperkosa oleh delapan orang pelaku, yang merupakan tetangga-tetangganya.
Beberapa di antaranya telah lanjut usia.
Baca juga: Jadi Korban Pemerkosaan Beramai Ramai, Siswi SMP di Bone Tewas Saat Dirawat
Wati dan suaminya kemudian melaporkan kasus ini ke polisi. Namun, beberapa waktu setelahnya, keluarga pelaku mendatangi mereka dan meminta agar kasus ini diselesaikan secara damai.
Wati dengan tegas menolak permintaan itu.
“Nangis batin saya, Bu. Saya sebagai orangtua kesal, jangan seperti itulah, anak saya memang polos, dikasih duit gampang. Jangan seperti itu, bapak-bapak kan jauh lebih dewasa dari anak saya. Kalau masih ngasih uang ngasih aja, tapi bapak-bapak kurang ajar,” ujar Wati, kembali mengulang perkataannya kepada keluarga pelaku dengan nada suara yang meninggi.
Dini bercita-cita menjadi seorang guru TK. Tetapi, sejak hamil, dia tidak lagi bersekolah.
Baca juga: Polisi Tangkap 6 Pelaku Pemerkosaan Anak 15 Tahun di Brebes
Perwakilan sekolah lalu mendatangi rumah Wati setelah mendengar kehamilan Dini. Mereka menyampaikan agar Dini dimutasi ke sekolah lain karena hamil.
"Katanya enggak mungkin sudah kayak gini sekolah normal lagi. Pihak sekolah menyampaikan agar bapak ke sekolah, nanti suruh bikin surat pernyataan pengunduran diri, ya 'dimutasilah, Bu'," ujar Wati kepada wartawan Muhammad Fadlan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Pada pertemuan itu, Wati justru meminta maaf kepada pihak sekolah karena merasa telah mencoreng nama baik sekolah.
Masih pada hari yang sama, suami Wati segera ke sekolah. Di sana dia diminta membuat surat pernyataan mengundurkan diri.
Sekolah tidak memberikan pilihan lain kepada mereka.
Baca juga: Anak 2 Pimpinan DPRD di Seram TImur Jadi Tersangka Pemerkosaan Siswi MTs
"Enggak ada [pilihan lain dari pihak sekolah], suruh kejar paket B gitu aja. Enggak ada misal ini kan lagi hamil nunggu proses lahiran atau bagaimana," kenang Wati.
Di sisi lain, Wati juga tak sampai hati anaknya dirundung karena hamil dan dipandang telah membuat malu sekolah.
Sebab, Dini pernah mendapat pesan bernada seperti itu dari teman sekolahnya setelah kabar ini merebak.
“Hancur, rasanya marah, gimana ya. Tapi kalau di sana terus juga tidak mungkin, kalau dipaksa sekolah di situ kan kasihan nanti di-bully teman-temannya," tutur Wati.
Baca juga: Siswi SMP Mengaku Diperkosa di Kamar Kos Usai Jalan Jalan, Orang Tua Lapor Polisi
"Nomor WhatsApp [Dini] sampai diganti sama kakaknya, karena sudah ada yang ngirim pesan seperti itu, katanya 'kamu malu-maluin sekolahan'. Kalau tidak diganti nanti banyak yang WA, itu baru satu orang, mengantisipasi biar enggak jadi beban pikiran," sambungnya.
Dini pun kini lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi di rumah, sambil sesekali mengontrol kehamilannya ke puskesmas. Baru setelah kasus ini disorot banyak pihak, pihak sekolah kembali datang ke rumah mereka dan meminta maaf.
“Katanya [mereka] siap memfasilitasi mencarikan sekolah kejar paket B,” tutur Wati.
Namun, soal bagaimana kepastian ke depannya, Wati sendiri mengaku masih bingung dan untuk saat ini masih fokus mengurus kehamilan Dini. (*)
Berita ini telah tayang di Kompas.com
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.