Berita Alor

Mendulang Rupiah di Pulau Lapang, Kabupaten Alor

Siang itu, di bawah terik matahari tampak segerombolan warga sedang memindahkan rumput laut dari perahu menuju pemukiman, untuk dijemur.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/ELSE NAGO
PANEN - Warga Kampung Pulau Lapang, Kecamatan Pantar Barat, Kabupaten Alor memanen rumput laut. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Else Nago

POS-KUPANG.COM, KALABAHI - Siang itu, di bawah terik matahari tampak segerombolan warga sedang memindahkan rumput laut dari perahu menuju pemukiman, untuk dijemur.

Mereka adalah warga Kampung Pulau Lapang, Kecamatan Pantar Barat, Kabupaten Alor.

Pulau Lapang merupakan salah satu tempat budidaya rumput laut di Kabupaten Alor. Jika bertolak dari Kota Kalabahi, harus menggunakan perahu motor ke Pelabuhan Baranusa dengan jarak tempuh sekitar satu setengah jam, kemudian menyebrang lagi dari Baranusa menuju Pulau Lapang sekitar dua puluh lima menit.

Mulai dari anak kecil hingga lansia, bahu membahu mengolah rumput laut. Umumnya remaja putra dan pria dewasa menanam dan memanen, sedangkan anak-anak, wanita dan lansia bertugas merangkai bibit pada tali dan menjemur hasil panen rumput laut.

Baca juga: Kunjungan ke Pantar Barat Laut, Bupati Alor Minta Masyarakat Pelihara Fasilitas Umum

Satu kilo rumput laut, saat ini dijual dengan harga Rp 32.000 per kilo. Dalam satu bulan, masing-masing pembudidaya mampu menjual hingga lebih dari 5 ton rumput laut. 

"Saat ini, rumput laut kami jual dengan harga Rp. 32.000 per kilo. Penghasilan kami selama satu bulan paling rendah sekitar Rp. 30.000.000," ujar Abdul salah seorang warga, Minggu 26 Maret 2023.

Menurut Abdul seluruh warga telah beralih profesi. Dulunya Kampung Lapang terkenal dengan penghasil ikan kering terbaik di Kabupaten Alor, namun saat ini semua warga telah beralih menjadi pembudidaya rumput laut.

Baca juga: Harga Terjangkau, Susi Air Resmi Beroperasi di Bandara Pantar

"Menurut saya, budidaya rumput laut secara ekonomi lebih menjanjikan. Hampir semua warga kampung berhasil menyekolahkan anak-anaknya dari hasil rumput laut. Bahkan berhasil menunaikan umroh berkat penghasilan dari rumput laut. Secara ekonomi kami warga kampung Pulau Lapang sudah bisa dikatakan mandiri," jelasnya.

Masing-masing warga saling mengenali lokasi budidaya. Jaraknya sekitar 3 kilo dari bibir pantai. Masyarakat Pulau Lapang juga memiliki pantangan yang unik. Mereka percaya bahwa nasi ataupun beras, tidak boleh jatuh di lautan tempat budidaya karena akan mengakibatkan rumput laut mati dan gagal panen.

"Pantangan masyarakat Pulau Lapang memang seperti itu. Pokoknya nasi atau beras tidak boleh jatuh di kawasan budidaya. Beberapa waktu lalu ada kapal yang muat beras dan terbalik persis di kawasan budidaya rumput laut. Setelah itu mati semua rumput laut alami yang ada di pulau lapang, habis tidak tersisa," terang Aty, salah seorang pembudidaya yang telah lanjut usia.

Baca juga: Pemuda Klasis Pantar Timur Sukses Rayakan Natal

Aty juga menjelaskan bahwa ketika rumput laut musnah, tetua adat dan orang kampung berusaha mencari jalan keluar, agar rumput laut bisa tumbuh dan dibudidayakan lagi di Pulau Lapang. Akhirnya pihak setempat mengambil bibit dari Kabupaten Lembata.

"Bibit rumput laut yang sekarang kami ambil dari Lembata, kualitasnya tidak sama dengan rumput laut asli Pulau Lapang. Tetapi kami bersyukur harga di sini tidak pernah turun, kalau bisa kami bersaing dengan harga lebih tinggi lagi," harap Aty.

Selain itu, Muhammad Saleh Goroh, selaku Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Kabupaten Alor mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha menjaga kestabilan harga rumput laut.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved