Berita Sikka
Dua Desa di Talibura Sikka Belum Nikmati Listrik dan Jalan Aspal
sudah lama warga menanti listrik dan akses jalan. Setiap malam warga masih menggunakan lampu pelita yang dibuat dari kaleng bekas
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Arnold Welianto
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Warga dua Desa di Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur (NTT) belum menikmati listrik.
Warga di dua desa di Talibura itu masih gelap gulita di malam harinya. Setidaknya terdapat 256 kepala keluarga yang mengalami masalah itu.
Rinciannya, di desa Ojang 72 kepala keluarga sedangkan di Desa Waipaar terdapat 184 kepala keluarga.
Baca juga: Grace Natalie Dijadwalkan Berkunjung ke Kabupaten Sikka
Warga dua desa tersebut masih menggunakan lampu pelita yang terbuat dari kaleng bekas diisi minyak tanah.
Selain penerangan listrik akses jalan menuju Dusun Kolit Desa Ojang dan Desa Waipaar juga masih sulit dijangkau kendaraan.
Petrus Padak Tukan, Warga dusun Lewomudat Desa Waipaar Kecamatan Talibura mengatakan ia hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut.
Dikatakannya, Ia hanya berharap dibangun peningkatan jalan menuju Dusun Lewomudat.
"Yang lebih kami butuhkan jalan, kalau listrik kami masih bisa gunakan lampu pelita," ujarnya
Sementara itu, Kepala Dusun Kolit Desa Ojang, Silvinus Nong Meko mengatakan sudah lama warga menanti listrik dan akses jalan. Setiap malam warga masih menggunakan lampu pelita yang dibuat dari kaleng bekas diisi minyak tanah.
Baca juga: NTT Memilih, 35 Kader Partai Hanura Sikka Ikut Seleksi Calon Legislatif untuk Pileg 2024
"Sudah lama kami tidak ada listrik dan akses jalan aspal, Kami masih gunakan lampu pelita setiap malam," katanya saat dihubungi TribunFlores.com, Rabu 15 Maret 2023.
Hal senada juga diungkapkan Ketua BPD Desa Waipaar Kecamatan Talibura, Yohanes Ojan mengatakan, di Desa Waipaar terdapat 184 kepala keluarga yang belum menikmati listrik. Selain itu akses jalan menuju desa Waipaar masih sulit dijangkau.
" Listrik dengan jalan tidak ada di Waipaar, kondisi jalannya masih tanah, " ujarnya
Dikatakannya, Warga masih menggunakan lampu pelita yang terbuat kaleng bekas diisi minyak tanah.
" Warga gunakan lampu pelita, namun di sini ada warga punya genset, kalau solar atau bensin habis, mereka tidak bisa isi baterai ponsel, tambah sengsara, kalau menelepon turun ke kota kecamatan," katanya
Kondisi ini membuat warga sangat kesulitan apabila ada diantara mereka yang sakit, warga harus membawa pasien dengan cara digotong menuju jalan umum kemudian membawa ke puskesmas terdekat.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS