Berita Regional

Pengurus Besar IDI: Pita Hitam untuk Dokter Mawartih Susanti, Meninggal Tidak Wajar

IDI keluarkan edaran resmi yang mengimbau segenap anggota IDI untuk mengenakan pita hitam di lengan kanan selama tiga hari.

Editor: Alfons Nedabang
Shutterstock
Ilustrasi dokter. Pengurus Besar IDI: pita hitam untuk Dokter Mawartih Susanti, meninggal tidak wajar. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi pastikan penelusuran kasus kematian misterius dokter spesialis paru, Mawartih Susanty di Nabire berjalan transparan dan terbuka.

“Jaminan dari saya masalah ini akan dibuka secara transparan karena itu juga yang diminta oleh pihak keluarga. Tapi tentunya ini butuh proses sesuai aturan,” tegas Budi.

Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan bersama Kepolisian RI masih melakukan penelusuran untuk mengetahui penyebab pasti kematian dr. Mawar.

Budi menjelaskan meninggalnya dr Mawar telah menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk terus meningkatkan jaminan keamanan kepada tenaga kesehatan. Terutama yang bertugas terutama di wilayah terpencil dan tertinggal.

Karena itu, Kemenkes akan menjalin komunikasi dengan Polri dan pemerintah daerah terkait hal ini.

“Saya akan berkomunikasi dengan Kapolri dan Pemerintah Daerah bagaimana layanan kesehatan tetap berjalan dengan adil dan merata. Namun harus disertai dengan jaminan keamanan yang baik untuk dokter dan tenaga kesehatan,” kata Budi.

Pasalnya, keberadaan tenaga kesehatan merupakan bagian dari misi kemanusiaan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Oleh karenanya mereka harus mendapatkan jaminan keselamatan, keamanan dan kesehatan dari pihak pemerintah daerah dan aparat penegak hukum.

Baca juga: Pastikan Beri Rekomendasi, IDI NTT Minta Dokter Bekerja Wajib Punya SIP

Lebih lanjut, Budi turut menyerahkan secara langsung piagam penghargaan serta santunan tali kasih kepada keluarga almarhumah.

Pemberian santunan, kata Menkes, merupakan bentuk apresiasi dan penghargaan dari pemerintah atas jasa dan dedikasi dr. Mawar dalam memberikan pelayanan kesehatan di Indonesia.

Selain itu Budi sampaikan rasa duka yang mendalam kepada keluarga mendiang dr. Mawar, di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Senin 13 Maret sebagai bentuk penghormatan terhadap dedikasi almarhumah.

Budi menjelaskan bahwa mendiang dr Mawar adalah sosok dokter yang penuh dedikasi, cinta dan tanggung jawab akan profesinya.

Kecintaannya ini dibuktikan dengan menjadi dokter spesialis paru satu-satunya di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, selama 6 tahun.

Tahun ini seharusnya menjadi tahun terakhir dr. Mawar bekerja di RSUD Nabire, untuk selanjutnya pindah ke tempat lain.

Namun, karena beliau adalah satu-satunya dokter spesialis paru di Kabupaten Nabire, maka almarhum harus menunggu juniornya tiba untuk menggantikan posisinya. (tribun network/ais/wly)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NWS

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved