Opini

Opini Arnoldus Nggorong: Prapaskah - Sekolah Penderitaan

Setiap tahun pada hari Rabu Abu, umat katolik di seluruh dunia memasuki masa puasa. Masa ini ditandai dengan penerimaan abu yang dioleskan di dahi.

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/HO-ARNOLDUS NGGORONG
Arnoldus Nggorong menulis opini berjudul Prapaspah: Sekolah Penderitaan. 

POS-KUPANG.COM - Dalam Buku Hariannya, Sta. Faustina menulis pengalaman batin tentang perjumpaannya dengan Yesus, Guru dan Sang Raja Kerahiman Ilahi.

Berikut tulisannya, “Selama seluruh masa prapaskah ini, Aku membawa engkau ke sekolah-Ku. Aku ingin mengajar engkau bagaimana caranya menderita” (BH. No. 1626).

Dengan menyebut ‘sekolah’ serta merta seluruh pikiran kita tertuju kepada suatu aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Di sekolah terjadi kegiatan transfer ilmu dan nilai yang dilaksanakan secara bertahap, sistematis, metodis, terstruktur dan terukur. Setiap kegiatan dilaksanakan dalam durasi waktu yang diatur secara ketat.

Dalam konteks ini, disiplin, cermat, tepat, tanggung jawab, komitmen, konsistensi adalah hal yang mendapat aksentuasinya. Di sini pula anak-anak dilatih, diajar, dibimbing dan dididik dalam hal-hal tersebut.

Guru dan Murid

Di sekolah ada sejumlah orang yang terlibat dalam kegiatan belajar dan mengajar. Ada murid dan guru. Guru, bukan hanya dengan tugas mengajar, membimbing dan mendidik, tetapi serentak dengan itu pula dia belajar bagaimana mengembangkan, membarui ilmu yang diampunya, kemudian menjelaskan ilmu itu agar dapat dengan mudah dimengerti oleh peserta didik.

Guru juga belajar tentang keunikan setiap pribadi peserta didik dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Dengan itu pula dia mendekati setiap anak dengan cara yang tidak persis sama antara anak didik yang satu dengan anak didik yang lain.

Sedangkan murid, tugas utamanya adalah belajar, belajar, dan belajar. Dia berjuang dengan gigih memperkaya dirinya dengan ilmu dan nilai sebanyak yang dapat dipelajari menurut batas kemampuannya.

Bagi dia, tiada kata lain selain belajar dan terus belajar demi memperlengkapi dirinya dengan sejumlah ilmu dan nilai sebagai bekal hidup di masa depan.

Pengendalian Diri

Setiap tahun pada hari Rabu Abu, umat katolik di seluruh dunia memasuki masa puasa. Masa ini ditandai dengan penerimaan abu yang dioleskan di dahi. Masa puasa juga disebut masa Prapaskah.

Jika sekolah merupakan sarana mempersiapkan anak didik, maka masa prapaskah dapat diumpamakan pula sebagai sekolah. Sebab pada masa ini segenap umat Katolik mempersiapkan diri untuk menyongsong hari raya terbesar yang berhubungan dengan Magnalia Dei (Karya Agung Allah) dalam sejarah hidup umat manusia (Bdk. SC. Art. 109). Hari raya dimaksud mulai dari Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Minggu Paskah.

Persiapan memaksudkan suatu upaya melatih, mengajar, membimbing, dan mendidik diri dalam ihwal kepatuhan dan kesetiaan melaksanakan sederetan syarat yang ditentukan berkaitan dengan puasa dan pantang.

Dengan rumusan yang universal, kita belajar mengendalikan diri, mengalahkan diri sendiri. Dalam bahasa rasul Paulus, kuasailah dirimu dalam segala hal (2 Tim. 4:5).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 5 Maret 2023, Mendengarkan Yesus dengan Hati

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved