Opini

Opini Teguh Prakoso: Mengenal Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh

Dalam menjalankan proses bisnisnya, institusi penyelenggara PTTJJ memiliki beragam fleksibilitas, misalnya yang dilakukan Universitas Terbuka.

Editor: Alfons Nedabang
www.ut.ac.id
Universitas Terbuka. Dosen FKIP Universitas Terbuka (Pusat), Teguh Prakoso menulis opini Mengenal Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh. 

Dalam menjalankan proses bisnisnya, institusi penyelenggara PTTJJ memiliki beragam fleksibilitas, misalnya yang dilakukan Universitas Terbuka (UT).

Setiap mahasiswa di perguruan tinggi negeri tersebut dapat melaksanakan ujian di lokasi yang berbeda jika pada saat hari ujian ternyata ada kegiatan dan harus berpindah kota.

Misalnya, mahasiswa di UT Kupang terdaftar berdomisili di Kupang, tetapi saat ujian akhir semester ternyata harus ada kegiatan di Jakarta, maka si mahasiswa dapat tetap melaksanakan ujian di Kota Jakarta.

Kemudahan ini penting karena tanggal pelaksanaan ujian telah ditetapkan satu semester sebelumnya dan itu tidak akan berubah.

Kendala yang menghantui para pebelajar mandiri, terbuka, dan jarak jauh, hanya satu frasa saja, yakni rasa malas. Musuh utama belajar non-tatap muka hanya itu.

Ketika mahasiswa melakukan registrasi dan kemudian diberikan kalender akademik dan bekal menjadi mahasiswa yang penuh dengan kemandirian, mahasiswa harus mengubah pola pikirnya.

Baca juga: Opini Frans X Skera: Era Vuca

Jika semula menjadi pribadi yang selalu “disuapin”, maka ketika menjadi bergabung, prinsip disuapin itu berganti dengan mencari suapan sendiri. Aktif melakukan penggalian informasi secara mandiri. Tantangan terbesar mahasiswa hanya pola pikir yang harus berubah.

Bahan Ajar sebagai Instrumen Kualitas Pembelajaran

Satu-satunya sumber belajar dalam PTTJJ adalah bahan ajar (cetak atau digital). Jika mahasiswa memiliki disiplin yang tinggi dalam belajar. Mampu membagi waktu antara berkuliah dan bekerja, maka hasil studi tentu tidak akan mengecewakan. Soal dalam ujian akhir semester sepenuhnya diambil dari bahan ajar tersebut.

Jadi, siapapun yang kuat membaca dan sekaligus menempatkan hasil bacaan dalam ingatan yang tajam, pelaksanaan ujian akan mudah dilakukan.

Tentu ujian bukan tiba-tiba waktunya karena sebelumnya mahasiswa juga dapat memilih layanan bantuan belajar berupa tutorial tatap muka atau online sebagaimana yang diulas di awal.

Dengan kata lain, belajar non-tatap muka memiliki kelebihan dalam hal melatih kemandirian. Kemandirian ini penting dalam mendukung aktivitas keseharian, tetap sukses dalam beraktivitas dan selalu lancar juga dalam berkuliahan.

Selain itu, motivasi kuat juga menjadi instrumen yang sangat penting kesuksesan ini. Saluran komunikasi Ketika mahasiswa mengalami kendala juga dapat dengan mudah diakses.

Baca juga: Opini Bernadus Badj: Konsep Pembangun dalam Perspektif Peter L Berger

Konektivitas sebagai Pintu Utama

Dalam konteks Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) yang tipografi daerahnya terdiri atas daratan dan kepulauan, model pembelajaran seperti yang dijelaskan ini adalah sebuah keniscayaan.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved