Berita NTT

Dinas Kesehatan NTT Catat 77.338 Balita Penderita Stunting 

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting 

Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/SITI SOLEHA OANG
KONFERENSI PERS - Konferensi Pers mengenai data balita penderita Stunting di Nusa Tenggara Timur oleh Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil bersama Kominfo NTT di ruang kantor Kominfo, Selasa 28 Februari 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Siti Soleha Oang

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil mencatat 77.338 atau 17.7 persen balita menderita Stunting di tahun 2022.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan kependudukan dan Pencatatan Sipil bersama Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi  atau Kominfo NTT Aba Maulaka saat konferensi pers di kantor Dinas Komunikasi dan Informasi NTT  pada Selasa 27 Februari 2023.

Ia mengatakan, untuk mendapatkan status gizi balita pemerintah provinsi atas perintah kementrian kesehatan maka dilakukan operasi timbang

Baca juga: Politani Kupang Teken MoU dengan Kejaksaan Tinggi NTT

“Operasi timbang dilakukan oleh seluruh balita di seluruh di NTT dari bulan Januari sampai Desember, tetapi yang akan di olah dan di analisa hanya dua bulan yaitu dibulan timbang Februari dan Agustus,” kata Ruth

Selain itu, akan di lakukan penimbangan berat badan, diukur panjang serta tinggi badan dan akan mendapatkan vitamin A, obat cacing dan Imunisasi gratis. 

Kemudian, Lanjutnya  data yang di peroleh saat operasi timbang ini selanjutnya akan di olah menggunakan aplikasi e- PPGBM atau elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat untuk mendapatkan gambaran status gizi balita secara individu (by name by address) yang telah mengikuti proses operasi timbang.

Berikut hasil operasi timbang 2022.

1. Penderita  Stunting ( Pendek)  

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. 

Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.

Baca juga: Wakasau Marsdya A.Gustaf Brugman Ajak  Anak-Anak Sumba NTT  Ikut Tes TNI AU

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan ( HPK) 

Hasil operasi timbang pada tahun 2022 menunjukkan hasil bahwa dari 442.710 sasaran balita yang ada di Provinsi NTT 436.129 atau 98,5 persen diantaranya telah datang  ke posyandu untuk  ditimbang berat dan diukur panjang maupun tinggi badannya, untuk itu maka dapat dilihat prosentase balita stunting di NTT hasil pengukuran panjang maupun tinggi badan dibanding umur pada tahun 2022 adalah sebesar 17,7 % atau sebanyak 77.338 balita mengalami stunting.

Kabupaten dengan prosentase stunting tertinggi adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu 28,3 %  atau sebesar 11.642 balita stunting dan kabupaten yang prosentase stunting terendah adalah Kabupaten Nagekeo  yaitu 8,4 % atau sebesar 946 balita Stunting.

2.  Balita Wasting ( Gizi Buruk dan Gizi Kurang) 

Wasting adalah kondisi anak yang berat badannya menurun seiring waktu hingga total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan atau berat badan berdasarkan tinggi badannya rendah (kurus) dan menunjukkan penurunan berat badan (akut) dan parah.Wasting merupakan perpaduan antara balita gizi buruk dan gizi kurang. 

Prosentase balita wasting di NTT berdasarkan pengukuran panjang maupun tinggi badan dibanding berat badan pada tahun 2022 adalah sebesar 

8,5 % atau sebanyak 37.072  balita mengalami wasting.  Kabupaten dengan  prosentase wasting tertinggi adalah Kabupaten Lembata  yaitu 11,8 %   atau sebesar 1025 balita  dan kabupaten yang prosentase  wasting terendah adalah Kabupaten Manggarai  yaitu 3,4 % atau sebesar 915  balita. Dari balita wasting tersebut sebanyak 4200 balita mengalami gizi buruk dan 32.872  balita mengalami gizi kurang. 

3. Balita Underweight ( Berat Badan Kurang) 

Underweight (berat badan kurang) adalah kegagalan bayi untuk mencapai berat badan ideal yang kemudian juga bisa mempempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, sesuai usianya dalam Jang kan waktu tertentu Gangguan ini bisa disebabkan karena bayi kekurangan karena  energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan sesuai usianya.

Prosentase balita underweight  atau balita dengan berat badan kurang di NTT berdasarkan pengukuran berat  badan dibanding umur  pada tahun 2022 adalah sebesar 20,5 % atau sebanyak 89. 248 balita mengalami berat badan kurang atau Weight Faltering. 

Kabupaten dengan  prosentase  underweight tertinggi adalah Kabupaten Sabu Raijua yaitu 30,5 %  atau sebesar 2529 balita  dan kabupaten yang prosentase  underweight  terendah adalah Kabupaten Manggarai Timur 9,0 % atau sebesar 2240 balita. Dari balita underweight  tersebut sebanyak 13.200  balita  berat badan sangat kurang dan 76.048  balita mengalami berat badan kurang.

4. Trend Perkembangan Data Stunting Tahun 2021 dan 2022.

Trend perkembangan data stunting periode bulan Agustus tahun 2021 ke Agustus 2022 terlihat adanya penurunan dari 20,9 %  tahun 2021 menjadi 17,7 % pada tahun 2022 dan 2 kabupaten yang mengalami peningkatan prosentase stunting yaitu Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Sumba Tengah. 

Sedang kabupaten yang prosentase stunting  tertinggi adalah Kabupaten Timur Tengah Selatan (28,3 %) dan terendah adalah Kabupaten Nagekeo (8,4 %).

Untuk itu sebaran data  balita stunting di NTT dari 22 kabupaten/kota prosentase  diatas 20 %  ada sebanyak 6 (enam)  yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan (28,3 %), Timor Tengah Utara (24,4 %),  Sumba Barat (23,3 %) ,  Sumba Barat Daya (24,3 %),  Rotendao (22,3 %) dan Kota Kupang (21,5 %).

Sedangkan kabupaten dengan prosentase stunting di bawah 10 % sebanyak 5 (lima) kabupaten yaitu Kabupaten Manggarai Timur (9,6 %) , Ngada (9,3 %) , Ende (8,9 %); Sumba Tengah (8,7 %) dan Nagekeo (8,4 %)

Perkembangan data stunting periode bulan Februari 2022 dan bulan Agustus 2022 juga mengalami  tren  penurunan yaitu sebesar 2,3 %  dari 22,0 % periode bulan Februari menjadi 17,7 % pada bulan Agustus.  

Ada 1 (satu) kabupaten yang mengalami peningkatan prosentase stunting diantara 22 kabupaten/kota yang ada yaitu Kabupaten Sumba Barat walaupun hanya naik 0.6 % yaitu dari 22,7 % (Februari) menjadi 23,3 % (Agustus).

Kabupaten/kota yang mengalami penurunan stunting tertinggi untuk periode ini adalah Kabupaten Sumba Barat Daya yaitu turun sebanyak 20 % dari 44,3 % menjadi 24,3 % dan 3 (tiga) kabupaten lain yang prosentase stunting mengalami penurunan yaitu Kabupaten Timur Tengah Utara 7,2 % (dari 31,6 % turun 24,4 %), Kabupaten Lembata 6,6 % ( dari 27,7 % turun 16,0 %) dan Kabupaten Sabu Raijua 6,4 % (turun dari 24,4 % menjadi 18,1 %). ( Cr 18)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved