Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 17 Februari 2023, Setia Bersama Tuhan dengan Salib di Bahu

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Setia Bersama Tuhan dengan Salib di Bahu.

Editor: Agustinus Sape
YOUTUBE/SUARA PAGI RENUNGAN HARIAN KATOLIK
RENUNGAN - RP. John Lewar SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Jumat 17 Februari 2023 dengan judul Setia Bersama Tuhan dengan Salib di Bahu. 

Kontemplasi

Kehidupan orang Kristen tidak jauh dari kenyataan dan pengalaman hidup Yesus. Apa yang dilami sang Guru, akan menjadi pengalaman kita. Kalau Yesus menderita dan memikul salib, maka kita pun akan mengalami hal yang sama. Apakah kita pernah berpikir untuk lari dari risiko yang kita hadapi?

Doa

Ya Tuhan Yesus, menjadi pengikutMu ternyata tidak mudah apalagi harus memanggul salib. Bukalah pikiran dan hati kami agar kami tidak
menginggalkan salib yang berwujud penderitaan dan kesulitan hidup, melainkan ajarilah kami menerima salib dalam terang iman sebagai jalan menuju kemuliaan kekal. Semoga kami setia bersamamu memikul salib di bahu. Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Jumat. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Teks Lengkap Bacaan Jumat 17 Februari 2023

BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Jumat 17 Februari 2023.
BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Jumat 17 Februari 2023. (Tokopedia)

Bacaan Pertama: Kejadian 11:1-9

"Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan bahasa mereka."

Bacaan dari Kitab Kejadian:

Pada zaman dahulu di seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.

Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.

Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

Lalu turunlah Tuhan untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya.

Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."

Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan Tuhan bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan Tuhan ke seluruh bumi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved