Berita Kabupaten Manggarai Barat

YABB Dorong Inovasi Ekonomi Sirkular di Kawasan Pariwisata Nasional Labuan Bajo

menyelesaikan permasalahan kompleks dengan menyiapkan solusi jangka panjang berkolaborasi dengan lintas sektor. 

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO
PELUNCURAN - Peluncuran Changemakers Ecosystem (CCE) yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Bali, Danau Toba, dan Labuan Bajo. Rabu 15 Februari 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu

POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Yayasan Anak Bangsa Bisa atau YABB, bagian dari Group GoTo, mempersembahkan kembali Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Bali, Danau Toba, dan Labuan Bajo. 

YABB melalui CCE, mengajak para startup dan organisasi kemasyarakatan Civil Society Organization (CSO) untuk menciptakan inovasi yang dapat mempercepat penerapan ekonomi sirkular dan mewujudkan Indonesia bebas sampah.

Tahun ini, CCE gelombang kedua akan berfokus untuk menyelesaikan permasalahan sampah melalui penerapan ekonomi sirkular. Sampah masih menjadi salah satu isu sentral untuk membangun ketangguhan terhadap iklim. 

Baca juga: Siswi di Pelosok Manggarai Barat Raih Juara Satu Olimpiade Bahasa Inggris Tingkat Nasional

Berdasarkan data, permasalahan sampah menyumbang 6,94 persen emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia, dan hal ini masih terus terjadi dari tahun ke tahun.

Monica Oudang, Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa mengungkapkan pihaknya banyak mempelajari hal baru dalam menyelesaikan permasalahan kompleks dengan menyiapkan solusi jangka panjang berkolaborasi dengan lintas sektor. 

"Oleh karena itu, YABB meluncurkan Catalyst Changemakers Ecosystem gelombang kedua sebagai wujud dari tekad kami untuk terus menciptakan dampak yang lebih besar," ungkap Monica dalam keterangan yang diterima Pos Kupang, Rabu 15 Februari 2023.

Monica menjelaskan, CCE adalah cara untuk mewujudkan komitmen mempercepat transisi ekonomi sirkular menuju Indonesia bebas sampah. Melalui kolaborasi dengan para pembuat dampak, YABB menerapkan solusi berbasis ekosistem yang dapat melahirkan inovasi untuk menyelesaikan masalah secara sistemik. 

Baca juga: Pemdes Liang Sola Manggarai Barat Launching Launching Posyandu Kesehatan Jiwa Bantu Pelayanan ODGJ

Untuk mencapai tujuan tersebut, CCE memiliki tiga kegiatan utama, yaitu Link Up (bersatu), Sync Up (melebur), dan Scale Up (berkembang).

CCE memilih pendekatan ekonomi sirkular karena perannya yang vital dalam menyelesaikan masalah sampah dan turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. Melalui pendekatan ini, lanjut dia, CCE menghubungkan para pembuat dampak di area hulu dan hilir agar solusi yang dihasilkan dapat menjadi lebih holistik. 

"Untuk lokasi implementasi solusi, CCE memilih kawasan pariwisata karena peran pentingnya dalam mendorong perekonomian negara," ungkapnya. 

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Angela Herliani Tanoesoedibjo,  mengapresiasi inisiatif CCE. Menurutnya, alam merupakan salah satu aset terbesar bagi pariwisata Indonesia. 

"Kalau kita lihat 5 destinasi super prioritas (DSP) sekarang ini, orang datang karena alam kita tidak ada duanya. Oleh karena itu, kita harus betul-betul menjaga keberlanjutan alam, salah satunya dengan penanganan sampah. Ini harus menjadi prioritas, agar nilai ekonomi pariwisata yang memiliki multiplier effect sangat besar bisa diteruskan dari generasi ke generasi," ujarnya. 

Baca juga: Wartawan di Labuan Bajo Minta Kapolri Evaluasi Kinerja Kapolres Manggarai Barat

Untuk diketahui, pada November 2021, CCE dimulai dengan mengembangkan kapabilitas 33 changemakers, serta memantik kolaborasi yang mengkoneksikan sekitar 200 organisasi lewat Catalyst Changemakers Lab (Lab). 

Tiga kelompok changemakers yang terpilih kemudian mendapatkan pendanaan untuk mengimplementasikan solusi inovatif melalui proyek percontohan di Semarang, Bandar Lampung, dan Makassar. 

Saat ini, proyek percontohan sudah mulai membuahkan dampak nyata, sebagai bukti dari konsep ekosistem yang dimotori oleh para changemakers. 

Menurut Dicky Dwi Alfandy, Co-founder Gajahlah Kebersihan, yang merupakan salah satu changemakers CCE 1.0, perjalanan di dalam CCE adalah pengalaman yang paling mengubah hidupnya selama 10 tahun berkiprah sebagai pegiat lingkungan. 

Dicky menambahkan, CCE memberikan pengalaman yang komprehensif dan berbeda dengan inisiatif sejenis lainnya, di mana kemampuan berpikir dan teknis kami para peserta ditempa oleh para profesional. 

Hingga kami menjalankan proyek percontohan ‘Pasaran Wawai’, kami pun terus dikawal dan dibukakan akses ke berbagai pihak di tingkat nasional sampai internasional agar proyek bisa berjalan secara berkelanjutan. 

"Sekarang sampah tidak lagi bermunculan ketika air pasang, dan kami optimistis bisa mencapai target untuk mengurangi timbulan sampah sebanyak 20 persen selama setahun. Yang lebih penting, proyek ini membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat. Tanpa bantuan dari CCE, kami belum tentu bisa menghasilkan dampak ini," ujar Dicky.  

Di CCE gelombang kali ini, YABB melibatkan lintas pemangku kepentingan sejak awal agar solusi lebih tepat sasaran dalam menjawab masalah untuk jangka panjang. 

Mulai dari pelibatan pemerintah dan universitas di daerah untuk turut mengidentifikasi permasalahan, sampai pelibatan pihak swasta dan donor untuk memastikan inovasi yang dihasilkan bisa memiliki keberlanjutan.

YABB mengajak semua startup dan CSO di seluruh Nusantara, yang memiliki teknologi atau program di sektor sampah, akses air, atau bencana alam, dan siap mengimplementasikan di salah satu target kota percontohan, untuk bergabung ke Catalyst Changemakers Ecosystem 2.0. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved