Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 12 Februari 2023, Jika Ya Katakan Ya, Jika Tidak Katakan Tidak

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RD. Ambros Ladjar dengan judul Jika Ya, Katakan Ya. Jika Tidak, Katakan Tidak.

|
Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
RENUNGAN - RD. Ambros Ladjar menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Minggu 12 Februari 2023 dengan judul Jika Ya, Katakan Ya, Jika Tidak, Katakan Tidak. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RD. Ambros Ladjar dengan judul Jika Ya Katakan Ya, Jika Tidak, Katakan Tidak. Apa yang Lebih dari Itu Berasal dari Si Jahat.

RD. Ambros Ladjar menulis Renungan Harian Katolik ini merujuk bacaan pertama dari Kitab Putra Sirakh 58: 15-20, bacaan kedua 1Korintus 2: 6-10, dan bacaan Injil Matius 5: 20-37, Minggu Biasa VI.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Minggu 12 Februari 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

 

Di sebuah negara Jazirah Arab mayoritas penduduknya muslim. Hukum di negara tersebut sangat dijunjung tinggi. Barang berharga apa pun hanya dijual bebas di emperan toko tanpa penjaga tapi cuma dipantau lewat cctv. Jika ada orang yang ketahuan mencuri, maka tangan atau kaki yang ambil barang itu akan dipotong.

Tindakan jahat sungguh dilarang Injil pada hari ini. Para pengikut Yesus harus memiliki pemahaman hidup keagamaan yang benar. Larangan jangan membunuh, marah, mencuri, berzinah, dst adalah mandat Yesus dalam kotbah di bukit agar orang saling mengasihi.

Dengan sendirinya orang merasa tergerak hati untuk memperbaiki kelakuan yang salah. Semangat serupa ini yang bertentangan dengan praktik hidup para pemimpin agama bangsa Yahudi.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 12 Februari 2023, Menjadi Bijak, Bersyukur dan Bahagia

Mereka rasa diri terpandang karena selalu diberi ruang di tengah masyarakat. Jika iman dan perilaku mereka demikian tetap dijaga, maka hidup mereka selaras tapi kenyataan praktik mereka sangat bertentangan.

Yesus melihat gejala ini sebagai suatu skandal moral yang harus dijauhi para pengikut-Nya. Sebab orang akan mudah jatuh ke dalam kesalahan yang sama.

Kita manusia bukan malaikat karena itu selalu ada peluang untuk jatuh. Dari sebab itu harus hidup sejalan dengan cita-cita Kristus Sang Guru jika mau bahagia kelak. Apa gunanya niat dan cita-cita tinggi tapi perilaku hidup tak baik?

Lebih baik bagian tubuh yang salah dipotong supaya pincang masuk surga daripada utuh tapi tetap juga dimasukkan dalam neraka.

Tak boleh kita mendua hati. Jika Ya katakan Ya. Jika Tidak katakan Tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat.

Baik Kitab Putra Sirakh dan Kitab Perjanjian Lama maupun Injil sarat khazanah rohani. Semua larangan itu bertujuan agar kita menata martabat dan harga diri kita di hadapan Tuhan.

Dengan sendirinya moralitas hidup harus diperhatikan agar tetap baik. Tuntutan menjaga keutuhan iman berakar dari budaya, adat istiadat yang perlu dipatuhi sebagai identitas diri orang beriman.

Jika tak disadari hal ini, maka orang akan kehilangan sisi kemanusiaan, cinta, belas kasih dan pengampunan. Olehnya, praktik yang hanya merupakan pameran dari orang Farisi dan ahli Taurat selalu dikecam Yesus.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved