Berita NTT

Angka Stunting di Provinsi NTT Terus Menurun Dalam 5 Tahun Terakhir

Untuk penanganan stunting, lanjut Iwan, dibagi menjadi dua intervensi yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif

Editor: Eflin Rote
BBC
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Elisvbeth Eklesia Mei

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Angka stunting di Provinsi NTT terus menurun dalam waktu 5 tahun Terakhir (2018-2022)

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, ( Kadiskesdukcapil NTT ), Ruth Laiskodat,S.Si, Apt, MM, melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Iwan Martino Pellokila, S.Sos di ruang kerjanya, Jumat, 10 Februari 2023.

Iwan mengatakan, angka stunting pada tahun 2018 sebesar 35,4 persen. Tahun 2019 turun menjadi 30 persen, tahun 2020 turun menjadi 24,2 persen, tahun 2021 turun lagi menjadi 20,9 persen dan tahun 2022 menjadi 17,7 persen.

Baca juga: Upaya Penurunan Stunting, Pemerintah Upayakan Pengadaan Alat Antropometri Kit di Seluruh Puskesmas

"Masalah stunting bukanlah masalah kesehatan semata-mata tapi menjadi masalah multifungsi. Otomatis penanganannya bukan hanya dari dinas kesehatan tapi perlu melibatkan sektor lainnya juga," kata Iwan.

Untuk penanganan stunting, lanjut Iwan, dibagi menjadi dua intervensi yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif

"Intervensi spesifik dengan prevalensi 30 persen merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT dan Dinas Kesehatan di 22 Kabupaten/Kota lainnya," ungkap Iwan.

Lalu, lanjut Iwan, intervensi sensitive dengan prevalensi 70 persen. Itu menjadi tanggung jawab semua sektor, seperti pendidikan, PUPR,Dinas Sosial, Dinas pertanian tanaman pangan, dinas pemberdayaan masyarakat desa, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak (DP3A) dan dinas-dinas lainnya.

"Jadi semua semuanya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama, sehingga butuh kerja sama," ujar Iwan.

Iwan menambahkan, untuk cakupan penimbangan selama 5 tahun terakhir selalu meningkat. Pada tahun 2018 terdapat 230.319 anak, tahun 2019 terdapat 303.551 anak, tahun 2020 meningkat menjadi 375.448 anak, tahun 2021 meningkat lagi menjadi 388.726 anak dan tahun 2022 juga lebih meningkat lagi yaitu 442.710 anak.

Baca juga: Lurah Oebufu Catat Tahun 2022 Ada 146 Balita Penderita Stunting

"Itu semua merupakan peningkatan bayi balita yang ditimbang berdampak pada cakupan penimbang di Posyandu," sambung Iwan.

Untuk strategi penurunan angka stunting, kata Iwan, perlu melibatkan semua bidang sektor untuk lakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Makanan tambahan yang dimaksudkan yaitu sayur, telur dan ikan.

"Kebijkan Pemerintah Pusat terkait pemberian makanan tambahan dilakukan selama 90 hari dan wajib ditambahkan dengan menggunakan makanan lokal. Salah satu makanan tambahan yang menjadi makanan lokal masyarakat NTT ialah kelor atau marungga," jelasnya

Iwan juga sampaikan, salah satu sasaran yang harus diberikan makanan tambahan yaitu ibu hamil yang kekurangan energi kronis atau KEK. Karena ibu hamil yang dinyatakan KEK akan melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

"Jadi perlu penangan dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal selama 90 hari. Khusus untuk KEK kita tambahkan dengan serbuk marungga dan bayi balita gizi kurang juga perlu diberikan makanan tambahan yang sama," ujarnya.

Baca juga: Lurah Oesapa Catat 373 Balita Stunting

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved