Berita Nasional

Perkuat Mitigasi Multibencana Geo-hidrometeorologi, BMKG Bangun Markas Terpadu di NTT

Provinsi NTT merupakan daerah rawan bencang. Demi memperkuat Mitigasi Multibencana Geo-hidrometeorologi, BMKG Bangun Markas Terpadu di NTT

Editor: Adiana Ahmad
ISTIMEWA
BMKG Bangun Markas Terpadu di NTT/ Kepala BMKG Dwikorita Karnawati - Perkuat Mitigasi Multibencana Geo-hydrometeorologi, BMKG bangun markas terpadu di NTT 

POS-KUPANG.COM - Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang rawan bencana, baik Gempa Bumi maupun Bencana Hidrometeorologi. Demi memperkuat memperkuat Mitigasi Multibencana Geo-hidrometeorologi tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) membangun Markas Terpadu di NTT.

Peresmian Markas Terpadu di NTT dilakukan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada Kamis 2 Februari 2023. 

Dwikorita Karnawati berharap markas tersebut memperkuat sistem peringatan dini multibencana di wilayah timur Indonesia.

"Selain itu juga semakin memudahkan masyarakat untuk mendapatkan layanan data dan informasi MKG untuk seluruh wilayah NTT," katanya.

Baca juga: BMKG: Waspada Gelombang Esktrem 4-6 Meter di Laut NTT

Dwikorita Karnawati menyebut, wilayah NTT merupakan daerah rawan gempabumi dan tsunami karena diapit beberapa sumber pembangkit gempa aktif.

Di NTT bagian utara terdapat Sumber Gempa Sesar Naik Flores (Flores Thrust), Sesar Naik Sawu (Sawu Thrust) dan Sesar Semau (Semau Thrust).

Kemudian di bagian selatan terdapat sumber gempa pada bidang kontak Zona Megathrust yang memiliki kekuatan maksimum mencapai M8,5, serta Jalur Sesar Naik dan Lipatan Timor (Timor Fold and Thrust Belt-FTB).

Sejarah mencatat, bencana gempa bumi merusak dan tsunami sudah sering kali terjadi di NTT, seperti pada tahun 1855, 1891, 1896, 1908, 1919, 1977, 1979, 1982, 1991, 1992 dan 2004.

Sementara itu, berdasarkan data kejadian bencana di NTT yang bersumber dari data bencana BPBD Provinsi NTT, bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, curah hujan ekstrem, dan puting beliung adalah bencana yang paling banyak terjadi setiap tahun di NTT.

Baca juga: BMKG Sebut Pesisir 7 Pulau di NTT Berpotensi Banjir Rob 3 Hari Ke Depan, Masyarakat Diimbau Waspada

Adapun bencana paling besar adalah pada saat kejadian Siklon Tropis Seroja pada 5 April 2021, yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia dan mencatatkan kerusakan infrastruktur yang cukup banyak.

Dwikorita mengatakan Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis, tapi keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara, dan sekitar Australia akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia.

Perubahan pola cuaca akibat adanya siklon tropis inilah, lanjut Dwikorita, menjadikan siklon tropis memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia.

Siklon tropis yang terbentuk di sekitar perairan sebelah utara maupun sebelah barat Australia seringkali mengakibatkan terbentuknya daerah pertemuan angin di sekitar Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut Arafuru.

"Pertemuan angin inilah yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyebab hujan lebat di daerah tersebut," katanya.

Halaman
12
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved